kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Saham jelek dari perusahaan bagus

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Uang


Kamis, 17 Maret 2011 / 13:41 WIB
Saham jelek dari perusahaan bagus

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Seorang kolumnis investasi yang kebetulan terlibat dalam proses Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk tidak henti-henti mengirimkan pesan perihal murahnya saham maskapai penerbangan tersebut.

Alasan pertama, harga jual IPO yang dipilih adalah batas bawah. Teman itu juga menekankan bahwa harga IPO senilai Rp 750 rendah karena tidak memasukkan hidden value perusahaan atas usia pesawat yang semakin baik di masa mendatang. Dia tidak lupa berpesan bahwa hidden value itu dapat dihitung dengan model Black-Scholes.

Penggunaan model Black-Scholes untuk valuasi saham sebenarnya ngawur karena itu adalah metode valuasi opsi, selain model binomial. Bahwa harga IPO Garuda senilai Rp 750 adalah murah sangat berkebalikan dengan valuasi versi saya.

Dalam presentasi mengenai menarik-tidaknya tawaran saham IPO Garuda di sebuah BUMN, Januari lalu, saya menyebut saham Garuda sebagai contoh sangat pas untuk saham jelek dari perusahaan bagus.

Sebelumnya, saya sering menggunakan TLKM sebagai contoh saham jelek dari perusahaan bagus. Siapa yang tidak mengenal bisnis dan produk TLKM? Namun persaingan yang sengit dan besarnya kebutuhan capital expenditure industri telekomunikasi membanting kinerja saham TLKM. Setelah pernah menyentuh kisaran harga belasan ribu rupiah, TLKM sulit keluar dari kisaran harga Rp 8.000-an selama tiga tahun terakhir.

Persepsi saya tentang Garuda ternyata tetap lebih positif daripada penilaian para investor asing, terutama investor Singapura. Mereka menilai Garuda sebagai perusahaan start-up karena laba bersih tahunan tidak stabil. Seperti saya, mereka pun hanya menawar Rp 500 untuk saham ini di saat IPO.

Pertanyaan kritis banyak investor dalam proses IPO Garuda adalah mengapa rasio price earning dan price to book value dan tipisnya margin keuntungan industri penerbangan tidak banyak diungkap? Ada juga yang menyoroti timing IPO Garuda yang tidak pas karena bursa sedang bearish.

Saya menilai, alasan terakhir bukan masalah mengingat IHSG yang stabil di kisaran 3.400-3.500 selama dua bulan terakhir adalah wajar dan sehat. Masalah yang lebih masuk akal menyangkut timing adalah, "Mengapa pemerintah berani menggelar IPO Garuda berbarengan waktunya dengan rights issue Bank Mandiri yang target perolehan dananya hampir Rp 20 triliun?"

Dalam pandangan saya, alasan utama investor enggan mengikuti IPO Garuda adalah harga saham yang mahal. Prinsip dasar investasi yang berlaku universal adalah membandingkan nilai dan harga.

Pada harga penawaran Rp 750, dan PER serta PBV yang juga di atas rata-rata, saham Garuda adalah jelek karena harga jauh di atas nilainya. Jika ada analis yang mengatakan GIAA murah atau memprediksi saham ini bisa diperdagangkan sekitar Rp 900 di hari pertama pencatatannya, bisa jadi dia tidak independen. Atau, dia belum termasuk investor lihai. Buktinya, sejak diperdagangkan di bursa, harga GIAA tak pernah lebih dari Rp 700 dan ditutup Rp 500 per Kamis minggu lalu.

Di industri penerbangan, terutama rute domestik, kita tak meragukan Garuda sebagai perusahaan terbaik walaupun pangsa pasarnya di bawah Lion Air. Saya selalu memilih Garuda untuk semua perjalanan dinas dalam negeri saya dari Banda Aceh hingga Jayapura.

Saya juga anggota Garuda Frequent Flyer sejak sembilan tahun lalu. Untuk penerbangan internasional dari bandara-bandara di Indonesia, kinerja Garuda juga tidak buruk karena berada di peringkat dua setelah AirAsia. Intinya, sebagian besar investor dan masyarakat sepakat Garuda adalah maskapai bagus.

Masalahnya, tidak semua perusahaan bagus sahamnya layak dikoleksi dan tidak semua perusahaan jelek sahamnya harus kita hindari. Ini yang membedakan investor lihai daripada investor awam. Jika kebanyakan investor mendasarkan keputusan investasinya pada jelek-bagusnya perusahaan, investor cerdas akan memperhitungkan murah-mahalnya harga.

Bagi investor lihai, saham bagus dan perusahaan bagus adalah dua hal yang berbeda. Saham bagus adalah saham yang menjanjikan return besar di masa depan. Ini hanya bisa diberikan saham yang memiliki harga jauh di bawah nilainya.

Kriteria yang sering digunakan untuk perusahaan bagus adalah rating minimal triple B, produknya ada di sekitar kita, brand kuat, penguasa pasar, pelayanan memuaskan, sudah berdiri lama, dan total aset serta penjualan perusahaan terus naik secara konsisten. Di bursa kita, saham-saham berkapitalisasi besar umumnya memenuhi kriteria itu.

Tip dari saya, tantangan menjadi investor saham adalah bagaimana Anda dapat menemukan saham yang bagus, dan bukan perusahaan yang bagus.



TERBARU

×