kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Kota juga bisa bangkrut

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Senin, 12 Agustus 2013 / 17:49 WIB
Kota juga bisa bangkrut

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Di tengah-tengah berita pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan terakhir ini, menyembul sebuah ironi. Kota Detroit yang pernah menjadi markas terbesar otomotif dunia mengalami kebangkrutan. Pemerintah kota itu terbelenggu utang US$ 18,5 miliar (sekitar Rp 188 triliun) dan telah mengajukan pernyataan bangkrut ke pengadilan. Kita tersentak, karena ini kebangkrutan terbesar yang pernah dilakukan sebuah kota.

Kota Detroit di negara bagian Michigan, AS sejatinya adalah simbol kebesaran industri otomotif AS pada masa lalu, karena di kota inilah tiga perusahaan otomotif terbesar AS yaitu Ford, General Motor (GM), dan Chrysler berada. Tapi, persaingan industri otomotif dengan Jepang dan Korea serta kebangkitan pendatang baru di industri ini yakni China memudarkan kebesaran The Big Three. Krisis keuangan 2008 serta anjloknya permintaan domestik dalam lima tahun terakhir kian memerosotkan aktivitas kota ini. GM dan Chrysler pun pernah mengajukan kepailitan ketika resesi finansial mencapai puncaknya sekitar empat tahun lalu.

Kondisi kehidupan dan perekonomian, yang menyertai jatuhnya perekonomian kota ini, tak kurang mengenaskan. PHK merebak sehingga tingkat pengangguran menembus 16,3%, ketegangan rasial mencuat dan tingkat pembunuhan mencapai angka tertinggi, pelayanan umum memburuk. Sekitar 40% lampu jalan mati dan hanya sepertiga armada ambulan yang beroperasi. Tak heran jika banyak penduduk memilih meninggalkan kota ini sehingga populasi kota Detroit menyusut hampir 250.000 orang dalam 12 belas tahun terakhir dari 946.000 di 2000 menjadi sekitar 700.000 orang saja pada 2012 sehingga 78.000 bangunan menjadi telantar. Kehidupan mereka yang masih bertahan juga memprihatinkan karena sebagian besar berpenghasilan kurang dari separuh pendapatan rata-rata nasional di AS atau di bawah US$ 25.000 per tahun.

Kasus sebuah kota bangkrut bukanlah yang pertama kalinya terjadi, namun Detroit adalah yang terbesar. New York sekitar tahun 1970 juga pernah hampir bangkrut jika tak diselamatkan pemerintah pusatnya. Sejak tahun 1950, tercatat sudah ada 60 pemerintah kota dan desa yang mengajukan kebangkrutan. Bangkrutnya sebuah kota kecil di negara bagian California pada akhir tahun 1994 yaitu Orange County akibat salah kelola dana oleh bendahara pemdanya yaitu Robert Citron dibahas dalam buku-buku behavioral finance. Padahal, New York dan California adalah dua negara bagian kaya dan New York adalah kota terbesar di AS.

Sebagai pengelola dana publik, Citron sadar betul jika secara hukum dia tak boleh berinvestasi di saham atau dalam obligasi korporasi. Karenanya, dia hanya memutarkan dana di pasar uang dan dalam obligasi pemerintah melalui serangkaian strategi agresif untuk memaksimalkan return seperti repo dan inverse floater.

Instrumen keuangan inverse floater dirancang sedemikian rupa untuk membayar kupon rendah saat suku bunga pasar naik dan membayar  kupon tinggi ketika suku bunga pasar rendah. Begitu yakinnya Citron bahwa suku bunga pasar akan turun, dia berani mempertaruhkan dana kelolaannya dalam instrumen ini. Nyatanya, bunga terus dinaikkan dan pada 4 Desember 1994, kerugian yang dialami pemerintah kota ini mencapai US$ 2 miliar. Dua hari berselang, Orange mengajukan kebangkrutan.

Mengapa sebuah pemerintah kota bisa bangkrut? Ini dapat terjadi jika sebuah pemerintahan kota berutang kepada publik melalui obligasi yang dikeluarkannya. Dana penjualan obligasi pemerintah daerah ini dapat digunakan untuk membiayai defisit APBD kota itu (general bond) seperti obligasi pemerintah pusat untuk menutupi APBN atau untuk membangun sebuah proyek yang dapat menghasilkan pendapatan yang akan digunakan untuk membayar bunga dan pokok obligasi itu (revenue bond). Dilihat dari risikonya, general bond jauh lebih berisiko daripada revenue bond yang dikeluarkan sebuah pemda.

Masalahnya, banyak pemda menerbitkan obligasi bukan untuk proyek yang menghasilkan dan mereka tak sadar bahwa berbeda dengan pemerintah pusat, pemda bisa default layaknya korporasi. Karena ada risiko ini, obligasi pemda wajib diperingkat sebelum ditawarkan ke publik. Obligasi Pemda Detroit, misalnya, masuk kelompok junk (sampah) sejak 1992. Obligasi pemda ini menarik karena bunga yang diterima bebas pajak penghasilan.

Untung, kasus pemda bangkrut belum akan terjadi di Indonesia karena belum ada pemda yang menerbitkan obligasi meski aturan sudah memperbolehkan. Pemda DKI Jakarta urung jadi penerbit pertama karena terjadi pergantian gubernur.



TERBARU

×