kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Co-creation value melalui komunitas

oleh Agus W. Soehadi - Faculty Member Prasetiya Mulya Business School


Senin, 09 Desember 2013 / 16:10 WIB
Co-creation value melalui komunitas

Reporter: Agus W. Soehadi | Editor: tri

Semakin maraknya komunitas di Indonesia menarik untuk dikaji lebih lanjut, terutama terkait dengan manfaatnya bagi perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan komunitas berkontribusi positif bagi perusahaan (Soehadi  dan Ardianto 2007).

Lebih lanjut, Soehadi (2011) mengusulkan agar perusahaan memberikan ruang bagi komunitas untuk dilibatkan dalam penciptaan nilai. Pelibatan komunitas dalam proses tersebut akan meningkatkan komitmen terhadap perusahaan. Yang menjadi tantangan perusahaan adalah bagaimana memulai proses tersebut. Penulis bersama tim Prasetiya Mulya mengkaji lebih lanjut tahapan yang perlu dilalui agar proses co-creation value dapat terjadi antara perusahaan dan komunitas.  

Ada dua sumber co-creation value: co-consumption dan co-production. Co-consumption adalah pengalaman mengonsumsi bersama antaranggota komunitas dan perusahaan demi menciptakan pengalaman mengonsumsi yang berbeda (unique experience) bagi anggotanya. Adapun co-production adalah interaksi antara komunitas dan perusahaan untuk mengembangkan atau menghasilkan proposisi nilai yang superior, baik bagi kepentingan komunitas maupun konsumen (Soehadi 2013). Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.

Sebelum aktivitas co-creation dijalankan,  diperlukan adanya kesediaan dua belah pihak, yaitu perusahaan dan komunitas untuk melakukan kemitraan dalam berbagai kegiatan (co-engagement). Pemilihan komunitas yang akan diajak kerja sama menjadi penting. Salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah adanya kemiripan prinsip dan nilai yang diperjuangkan.

Contohnya, Canon bermitra dengan photographer.com untuk membantu kemampuan pemilik kamera dalam menghasilkan foto kualitas terbaik. Berbagai kegiatan untuk meningkatkan engagement komunitas seperti gathering, workshop, dan seminar.

Faktor lainnya adalah seberapa solid komunitas tersebut, misalnya memiliki minat yang disepakati bersama, ada nilai-nilai moral yang diperjuangkan, dan memiliki ritual yang menjadi ciri komunitas. Komunitas yang solid memiliki daur hidup lebih panjang. Jika perusahaan kesulitan memilih mitra, langkah yang dapat dilakukan adalah menginisiasi pembentukan komunitas.

Contohnya, Nutricia dan Nutriclub membantu para ibu selama kehamilan dan tumbuh kembang balita. Unilever dan ibu Bercahaya (bersih, sehat, ramah dan berdaya) membantu ibu-ibu rumah tangga untuk berbagi inspirasi kepada lingkungannya dalam membentuk lingkungan lebih baik.


Melibatkan komunitas

Manfaat yang dirasakan oleh anggota selama mengikuti berbagai kegiatan akan meningkatkan keingintahuan untuk melakukan eksperimen dalam mengonsumsi produk. Contohnya, Achilles mengajak komunitas drifters bersama-sama mengangkat nama Indonesia di forum formula drifting dunia. Perusahaan dan komunitas mencoba mempelajari para drifter terbaik dunia dalam hal kekuatan ban, mesin, keterampilan pembalap, arena balapan, maupun kolaborasi antara sponsor dan pembalap. Tahapan ini disebut co-learning,  masing-masing anggota komunitas dan perusahaan berbagi pengetahuan, pengalaman dan keahlian untuk meningkatkan kemampuan anggotanya.

Proses diskusi yang mendalam akan memperkaya mereka untuk mendapatkan cara terbaik mengonsumsi produk. Lalu, mereka melakukan berbagai macam eksperimen untuk mencari cara-cara baru atau pengalaman yang berbeda ketika mengonsumsi produk (co-enriching). Tingkat kepercayaan di antara mereka juga meningkat. Hal ini akan mempercepat proses pelibatan komunitas konsumen dalam kegiatan riset dan pengembangan perusahaan (co-involving).

Sebagai contoh, setiap tahun perwakilan dari komunitas Harley diundang ke kantor pusat untuk mendiskusikan ide-ide baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja produk Harley. Antusiasme komunitas terhadap perusahaan semakin tinggi. Bagi perusahaan, komunitas merupakan kepanjangan tangan dari kegiatan penelitian dan pengembangan mereka.

Pelibatan komunitas yang lebih intensif akan mengarahkan pada proses lebih lanjut. Perusahaan mengundang komunitas mengembangkan produk bersama-sama, mulai dari ide, perancangan produk, pembuatan sampai distribusi produk (co-developing). Umumnya produk tersebut ditujukan secara ekskusif untuk kepentingan komunitas.

Contohnya, perusahaan telekomunikasi bersama-sama komunitas gamers mengembangkan konten permainan yang sesuai dengan karakteristik para anggota komunitas itu. Polygon bersama Bike to Work (B2W) mengembangkan produk folding bike khusus bagi anggota komunitas.

Tahapan co-creation value berikutnya co-innovating. Jadi, produk yang dikembangkan tidak hanya untuk kepentingan komunitas tapi konsumen lebih luas. Misalnya, salah satu produsen sepeda bersama-sama komunitas sepeda merancang dan mengembangkan sepeda hibrida (gabungan sepeda balap dan gunung).

Ke depan, pengelolaan proses co-creation value menjadi tantangan perusahaan. Penulis mengusulkan beberapa tahapan yang perlu dilakukan perusahaan, dimulai dengan co-engaging, co-learning, co-enriching, co-involving, co-developing, dan co-innovating. Keseluruhan proses ini akan membantu perusahaan meningkatkan efektivitas kolaborasi dengan komunitas.       



TERBARU

×