kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Horizontalisasi pengetahuan bisnis

oleh Elliot Simangunsong, Ph.D. - Ketua Center for Asian Supply Chain Competitiveness Prasetiya Mulya Business School


Senin, 20 Januari 2014 / 13:49 WIB
Horizontalisasi pengetahuan bisnis

Reporter: Elliot Simangunsong, Ph.D. | Editor: tri

Berita KONTAN Online  pada tanggal 8 Januari 2014, berjudul "TAM Menaikkan Harga Jual Mobil Toyota", seakan berlomba dengan berita kenaikan harga mobil merek lain yang sudah berlaku sejak awal 2014 ini. Yang terbaru adalah kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram yang mengagetkan banyak orang pada awal tahun ini. Meski begitu, belakangan, kenaikan harga itu direvisi oleh Pertamina.

Kenaikan harga-harga merupakan kado tahun baru ini, termasuk harga sembako dan harga berbagai produk manufaktur yang menggunakan bahan baku impor. Pemicu gelombang kenaikan harga tersebut adalah penguatan dollar Amerika Serikat terhadap mata uang rupiah yang masih bertahan di atas level Rp 12.000-an.

Bagi konsumen dan pebisnis, kenaikan harga-harga bukanlah kabar yang menggembirakan. Belum lagi pengumuman Kementerian Keuangan bahwa perekonomian Indonesia tahun 2013 meleset dari target. Selain itu, Wakil Presiden Boediono mengingatkan berbagai risiko perekonomian tahun 2014 yang menunjukkan tantangan dan ketidakpastian bisnis pada setahun ke depan ini.

Namun, ketidakpastian iklim bisnis ini dipandang berbeda oleh ekonom Faisal Basri. Dalam laman blog-nya tanggal 2 Januari 2014, dia justru optimistis melihat prospek bisnis dan pasar Indonesia di tahun 2014, terutama dari sisi pengembangan bisnis. Hal ini menarik karena di tengah kesulitan dan ketidakpastian bisnis, ternyata masih ada kesempatan.

Kuncinya, apakah perusahaan mampu secara cepat mengenali ketidakpastian lingkungan bisnis itu, beradaptasi, dan kemudian mengeksploitasi semua peluang yang ada. Mengakuisisi pengetahuan baru dan mengintegrasikan pengetahuan tersebut ke dalam operasional perusahaan memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan dan kinerja usaha.

Untuk dapat mengakuisisi pengetahuan bisnis baru secara cepat, pimpinan perusahaan pertama-tama perlu memiliki pola pikir yang terbuka. Maksudnya, kemauan melakukan unlearning pengetahuan, nilai-nilai, dan asumsi bisnis yang mungkin tidak relevan lagi dengan lingkungan yang berubah.

Pikiran yang terbuka mendorong fleksibilitas dalam akuisisi pengetahuan baru, menantang pemahaman yang ada, dan mendorong integrasi dan rekonfigurasi pengetahuan. Tapi, pimpinan bisnis yang memiliki pola pikir yang tertutup akan cenderung mengeksploitasi pengetahuan yang sudah dimilikinya ketimbang mencari pengetahuan baru.

Selain pola pikir yang terbuka, perlu juga dibangun kapabilitas akuisisi pengetahuan dari setiap dinamika dan perubahan yang terjadi di pasar. Ada tiga kapabilitas yang penting di sini. Pertama, kapabilitas pembelajaran pengetahuan baru untuk menambah stok pengetahuan perusahaan.

Kedua, kapabilitas pembelajaran eksternal secara vertikal, misalnya melalui kolaborasi dengan pemasok dalam pengembangan produk atau layanan baru. Contoh lain adalah penyelidikan konsumen dan pesaing yang lebih baik untuk mengakuisisi informasi yang penting dan kemudian membuat respons yang relevan.

Kapabilitas ketiga adalah pembelajaran manajemen kualitas untuk mempertahankan fokus konsumen yang kuat, dan perbaikan terus-menerus dalam mengintegrasikan pengetahuan baru itu dalam operasional perusahaan.


Peran pimpinan

Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam kemampuan mengakuisisi pengetahuan ini, karena sumber pengetahuan juga terdapat dan tersebar di mereka. Namun, apakah para pemimpin bisnis mengetahui kekuatan akuisisi pengetahuan yang terdapat di pimpinan dan karyawan perusahaan?

Pakar social learning Etienne Wenger-Trayner menyebutkan, akuisisi pengetahuan ini sebagai akuisisi pengetahuan horizontal. Pengetahuan didapatkan melalui hubungan secara horizontal dan sosial.

Saat ini, komunikasi massal setiap individu dalam perusahaan melalui media sosial telah menjadi sumber informasi terbarukan. Jika dikelola secara baik maka menjadi sumber pengetahuan berharga untuk mengenali ketidakpastian lingkungan bisnis. Misalnya, business networking site seperti LinkedIn, Google Buzz, Google+, MySpace, dan Facebook, yang bisa memfasilitasi orang berbagi pengetahuan secara universal.

Contoh lain adalah microblog seperti Twitter, Tumblr, dan mobile instant messaging seperti BlackBerry Messenger, Skype, atau WhatsApp, yang telah menjadi media komunikasi baru untuk berinteraksi secara real-time dan efektif di dalam sebuah komunitas yang terbuka. Demikian juga sumber pengetahuan online makin bisa diandalkan, seperti Wikis (Wikipedia) dan social bookmarking (Delicious) yang mendukung akuisisi pengetahuan dengan mengandalkan pengetahuan bersama.

Untuk itu, talenta setiap individu di dalam perusahaan diandalkan dan semakin penting agar mampu mengakuisisi pengetahuan bisnis. Terutama jika pembelajaran horizontal diterapkan sesuai kebutuhan pekerjaan maka akan meningkatkan kinerja perusahaan. Ada alasan yang kuat bahwa akuisisi pengetahuan secara horizontal ini akan semakin relevan dan menjanjikan untuk bisnis masa kini dan di masa depan. Mereka yang bisa berinovasi dan menciptakan nilai baru dengan pengetahuan itu akan semakin dihargai. Siapa yang gagal, maka perannya lambat laun akan digantikan oleh mesin atau dialihdayakan (outsource).

Yang penting diingat, kemudahan berbagi informasi secara horizontal ini sudah memicu information overload sehingga bisa menyulitkan akuisisi pengetahuan. Karena itu, pimpinan perusahaan perlu terus mempelajari proses akuisisi pengetahuan bisnis yang horizontal. Jadi, pelaksanaannya bisa dilakukan secara efisien, dengan cakupan pengetahuan yang lengkap. Dus, pengetahuan yang diakuisisi ini cukup fleksibel dalam proses integrasinya dan mendukung penciptaan kompetisi baru perusahaan.         

Email: elliot@pmbs.ac.id



TERBARU

×