Reporter: Prof. Andreas Budihardjo | Editor: tri
Persaingan bisnis yang semakin tajam menuntut perusahaan dikelola secara profesional agar mampu bertahan dan terus berkembang. Nah, tak dapat dipungkiri bahwa sumber daya manusia secara signifikan sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Berbagai survei dan penelitian pun telah menunjukkan bahwa perusahaan yang mempekerjakan orang-orang yang baik dan talented akan mampu berkinerja unggul.
Permasalahannya adalah banyak perusahaan yang telah mempekerjakan orang-orang unggul namun tetap saja tidak mampu berprestasi seperti yang diinginkan. Padahal, perusahaan itu telah melakukan tes kompetensi bagi para calon pelamar. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang membajak karyawan “unggul” dari perusahaan lain.
Pertanyaannya adalah mengapa hal tersebut terjadi? Yang pasti, ada faktor lain yang juga berperan untuk mengoptimalkan kompetensi seseorang. Faktor tersebut adalah psychological capital (modal psikologi). Kompetensi dan modal psikologi yang positif akan mengarahkan karyawan berprestasi unggul.
Pada tahun 2007, Luthans dan kawan-kawan (dkk) memperkenalkan modal psikologi yang lazim dikenal sebagai Psychological Capital (PsyCap). Konsep ini sebenarnya merupakan perkembangan dari perilaku organisasional positif yang menekankan pada pengaplikasian kekuatan atau kelebihan (hal-hal positif) dalam sumberdaya manusia.
Menurut Luthans dkk ada empat modal psikologi.
Pertama, kepercayaan diri (self-efficacy), yaitu upaya keras untuk mengatasi tantangan-tantangan pada tugas. Kepercayaan diri tersebut berkait dengan task mastery. Jadi, karyawan dengan kepercayan diri ini akan berupaya meraih keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketekunan dan keuletan dalam berusaha demi meraih prestasi.
Kedua, optimisme yaitu sikap optimistis terhadap keberhasilan masa sekarang atau masa yang akan datang. Karyawan yang optimis akan selalu berharap bahwa sesuatu yang baik akan terjadi. Sikap optimistis itu akan mendorong dan mempengaruhinya untuk berupaya keras mencapai keberhasilan.
Ketiga, harapan (hope). Harapan berhasil yang diwujudkan dalam suatu upaya tetap bertahan pada sasaran dan jika perlu mencari jalan lain agar sasaran dapat dicapai.
Keempat, daya tahan (resilience) yaitu kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan demi mencapai tujuan. Fakta menunjukkan tidak semua orang memiliki daya tahan yang tinggi dalam menghadapi tantangan. Alhasil, banyak dari mereka yang putus asa, bahkan tidak bersemangat untuk menggapai cita-citanya.
Keempat modal psikologi itu diyakini mampu berkontribusi positif dalam diri seseorang sehingga ia dapat berkinerja optimal. Dalam persaingan usaha yang ketat dan lingkungan yang dinamis, kualitas sumber daya manusia sangat menentukan kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan, di samping tentunya pengelolaan sumberdaya manusia itu sendiri.
Kompetensi adalah syarat mutlak, menjadi bagian yang terpisahkan dari modal manusia, namun modal psikologi perlu diindahkan sehingga keduanya menjadi modal yang unggul. Perusahaan senantiasa perlu melakukan diagnostik modal psikologi karyawan serta mampu mengelolanya secara tepat. Tujuannya agar menjamin pencapaian sasaran perusahaan.
Modal psikologi yang kuat membuat para karyawan berkomitmen kuat pada pekerjaannya. Komitmen ini dicirikan antara lain kemauan bekerja keras dan tidak menyerah pada kesulitan-kesulitan, keterlibatan, antusiasme dan berkonsentrasi penuh dalam bekerja. Karyawan yang berkomitmen dengan pekerjaannya akan sangat asyik dan bersemangat dalam bekerja, bahkan seolah-olah tidak memikirkan waktu kerja dan reward yang diterimanya. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, tekun, persisten dengan serius namun ceria.
Penelusuran score card
Untuk mengetahui modal psikologi, perusahaan dapat melakukan tes atau wawancara mendalam kepada calon karyawan. Pada proses rekrutmen, seyogianya juga diungkap score card calon karyawan. Apakah score card mereka, yang meliputi antara lain kompetensi, visi, misi, modal psikologi dan nilai-nilai mereka? Sejauh mana score card mereka tersebut selaras dengan score card perusahaan?
Penelusuran score card tersebut diharapkan mampu memberi gambaran kompetensi, visi, misi, modal psikologi serta nilai-nilai mereka. Keterikatan kerja yang positif akan terjadi jika mereka memiliki kompetensi dan modal psikologi yang positif, termasuk nilai-nilai dan visi diri yang positif serta selaras dengan visi dan nilai-nilai perusahaan.
Pengelolaan modal psikologi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pemberdayaan pekerjaan yang memadai dan didukung oleh budaya perusahaan yang menekankan pada pembelajaran. Selain itu, pemberian pekerjaan yang menantang serta pemberian reward yang fair mengacu kepada kinerja dan juga mempertimbangkan situasi pasar pada umumnya melalui tolok ukur atau bench marking.
Perusahaan perlu senantiasa memfasilitasi para karyawan untuk berkinerja optimal melalui program-program pengembangan yang terarah. Melibatkan mereka dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan akan membuat para karyawan itu bisa mengaktualisasikan dirinya sehingga keterikatan emosional dan kognitif akan meningkat.
Dengan demikian, modal psikologi perlu diindahkan dan dikelola secara efektif agar kompetensi dan modal psikologi karyawan dapat berkembang secara optimal sehingga berkontribusi secara positif pada kinerja individu. Ujung-ujungnya, berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai bagian dari human capital, selain kompetensi, modal psikologi terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja individu dan perusahaan.