kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ceritalah

Vietnam

oleh Karim Raslan - Pengamat Asia Tenggara


Selasa, 08 Juli 2014 / 10:28 WIB

Reporter: Karim Raslan | Editor: cipta

PADA bulan Mei 2014, Vietnam diguncang berbagai kerusuhan, termasuk yang terjadi di provinsi industri bernama Binh Duong. Binh Duong terletak di 78,5 kilometer sebelah utara Ho Chi Minh. Kota ini merupakan pusat dari sekitar 34 industri besar yang dimiliki 950 perusahaan asing, termasuk anak perusahaan Foxconn, pemasok produk-produk Apple.

Kerusuhan pada 13-14 Mei 2014 lalu itu dipicu oleh peletakan alat pengeboran minyak China senilai US$ 1 miliar berjarak 200 kilometer di lepas pantai Vietnam. Ini artinya alat pengeboran yang dimiliki Perusahaan Nasional Hulu Minyak China atau CNOOC itu ada di Laut China Selatan. Padahal laut ini tidak hanya sedang menjadi objek sengketa negara China dan Vietnam. Tapi juga negara lain seperti Filipina, Malaysia, Taiwan dan Brunei.

Para perusuh menunjukkan kemarahannya ke pabrik-pabrik milik China dan para pekerja migran di Vietnam. Media memberitakan bahwa mereka juga menyerang perusahaan milik Taiwan, Singapura, Hong Kong dan Korea Selatan. Akibatnya, sebanyak 950 bangunan perusahaan asing rusak, empat orang tewas dan ada 100 luka-luka.

China pun lantas mengevakuasi sekitar 4.000 warga negaranya dari Vietnam. Kerugian yang ditimbulkan kerusuhan ini ditaksir mencapai miliaran dollar. Dari perusahaan Korea saja diperkirakan merugi hingga US$ 13 juta. Sementara kerugian perusahaan Taiwan mencapai US$ 500 juta.

Dari peristiwa ini jelas bahwa kerusuhan politik bisa merusak bisnis. Sebenarnya, Vietnam dan China memiliki sejarah yang kelam. China telah menjajah Vietnam beberapa kali di masa lalu dan dua kali terjadi peperangan yang berakhir 1979. Namun demikian, kerusuhan itu juga menyoroti perkembangan kekuatan industri dan ekonomi Vietnam.
 
Seharusnya, Indonesia melihat Vietnam dengan tatapan mata penuh ke-iri-an. Memang benar bahwa kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dari Vietnam. Ekonomi Vietnam hanya tumbuh 5,4% pada tahun 2013 sedangkan Indonesia mampu tumbuh 5,78%. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Vietnam adalah US$ 1.899 dibandingkan dengan Indonesia US$ 3.595 per tahun.

Tetapi, 200 industri di Vietnam menyumbangkan 30% ekspor dan menarik investasi asing langsung US$ 110 miliar. Pada tahun 2013, sebanyak 89,7 juta warga Vietnam menghasilkan US$ 132,2 miliar untuk ekspor. Tidak berbeda jauh dari Indonesia yang menghasilkan US$ 174,9 miliar dari 242,3 juta penduduknya.

Ini berarti bahwa setiap orang Indonesia hanya mampu menghasilkan US$ 721,81 untuk ekspor. Bandingkan dengan US$ 1.437,8 per orang untuk ekspor.

Secara keseluruhan, produksi industri Vietnam adalah 5% dari PDB pada 2013 dibandingkan dengan 4,3% untuk Indonesia. Lima komoditas ekspor terbesar Indonesia adalah batubara, gas minyak bumi, minyak kelapa sawit, karet dan minyak mentah. Sedangkan dari Vietnam dari minyak mentah, peralatan penyiaran, sepatu kulit, beras dan furnitur. Berarti ekonomi Vietnam ditopang oleh basis industri yang tentunya lebih berkelanjutan dari pada bergantung sumber daya alam.

Yang menarik juga, meskipun terjadi kerusuhan, Binh Duong bisa menarik US$ 1,4 miliar investasi pada 2014 ini. Target awal investasi asing adalah US$ 5 miliar pada periode 2011-2015, tapi target ini telah tercapai tahun ini.

Daya tarik Vietnam adalah biaya murah. Upah minimum hanya US$ 126,9 per bulan dibandingkan dengan US$ 206 di Jakarta, Indonesia.

Namun, pengembangan sumber daya manusia Vietnam lebih baik. Pada 2011, Vietnam mengalokasikan 6,3% dari PDB untuk pendidikan. Indonesia cuma 2,8%. Bukan kebetulan merek global seperti Samsung Electronics dan Intel beralih ke Vietnam karena China semakin mahal meski pekerjanya berkualitas.
Vietnam bukan tidak memiliki tantangan tersendiri. Seperti Indonesia, Vietnam memiliki 432 BUMN yang membutuhkan reformasi. Mereka secara kolektif menyumbangkan 35% untuk GDP Vietnam. Ketika pemerintah Vietnam mencoba melelang 304,5 juta saham BUMN awal tahun ini, lebih dari 70% tidak laku terjual.
Selain itu, sengketa dengan China berpotensi merusak Vietnam karena China merupakan mitra dagang terbesar dengan total omzet US$ 50,21 miliar. Wisatawan China juga pengunjung utama Vietnam mencapai 1,9 juta orang pada 2013.

Jika Vietnam bisa mengelola hubungan luar negeri yang lebih baik, tentu kekuatan ekonominya siap bersaing sebagai pemain regional. Ingat, Vietnam adalah tetangga Indonesia yang perlu kita perhatikan!



TERBARU

×