kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / diaryppm

Revolusi Mental Versi Pebisnis Muda

oleh Aries Heru Prasetyo - Ketua Program Sarjana PPM School of Management


Selasa, 18 November 2014 / 08:00 WIB
Revolusi Mental Versi Pebisnis Muda

Reporter: Aries Heru Prasetyo | Editor: cipta.wahyana

PELANTIKAN Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia, berikut para menteri yang mendampinginya, menandai era Revolusi Mental bagi Indonesia untuk berkiprah lebih hebat lagi dalam kancah persaingan perdagangan bebas dunia. Alhasil, sejumlah pekerjaan rumah mulai dari yang bersifat soft skill, seperti peningkatan kualitas pendidikan dan daya saing tenaga profesional lokal di pasar global, hingga yang bersifat hard skill, yakni penyiapan infrastruktur baik di bidang energi terbarukan maupun di bidang transportasi menjadi fokus utama.

Simbol lengan baju yang terlipat menandakan bahwa para pemimpin negeri kita sudah siap untuk bekerja bersama-sama dengan rakyat demi mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kemakmuran yang berkeadilan sosial. Semangat itu pulalah yang beberapa waktu terakhir mengisi jiwa Para Pebisnis Pengkolan Menteng (PPM).

Apakah Anda masih mengingat kisah CV Dwi Lestari Farm, yang merupakan perusahaan bentukan duet mahasiswa program Sarjana Manajemen Bisnis angkatan 6 PPM, Yehuda Ardhito dan Abimanyu? Atau, bisnis jus bertajuk AHA Juice yang dimotori Firman Agus dan Tri Alga? Terhitung sejak pertengahan bulan ini, keempat orang tersebut berhak menyandang gelar Sarjana Manajemen. Seorang di antara mereka, yaitu Yehuda, bahkan menyabet predikat lulusan dengan prestasi pengembangan diri terbaik.

Ingin mengetahui rahasia sukses keempatnya? Revolusi mental adalah kuncinya, ungkap Yehuda, sambil mencermati penghargaan yang diraihnya. Betapa tidak, ia harus menjalani peran sebagai mahasiswa sekaligus pebisnis muda. Sebagai mahasiswa, ia dituntut memenuhi sejumlah kewajiban akademik yang tidak sedikit. Sedang sebagai pebisnis muda, ia memiliki pekerjaan rutin mengelola bisnis yang digelutinya berikut menghadapi kompleksitas berbagai masalah. Kita harus mampu menyeimbangkan antara tugas-tugas kuliah dengan urusan bisnis, serta antara misi jangka panjang dengan target jangka pendek. Berat di satu sisi akan berdampak pada ketidakharmonisasian hidup, Pak, jelas Yehuda.

Itulah penyebab banyaknya pebisnis muda yang memutuskan untuk menghentikan kegiatan studinya. Tak jarang bahkan di antaranya malah memilih untuk meninggalkan bangku kuliah. Ironis, bukan? Padahal, pengembangan bisnis di masa depan mutlak membutuhkan sentuhan-sentuhan inovasi, yang merupakan hasil pengayaan ilmu di institusi pendidikan tinggi.

Disiplin dan komit

Hasil keseimbangan tersebut adalah kedewasaan dalam menentukan hirarki target hidup. Tak jarang kami harus menomorduakan urusan bisnis agar target jangka pendek, yaitu lulus sarjana, dapat lekas tercapai. Peluang untuk beroleh penghasilan lebih terkadang harus ditampik demi kepentingan jangka pendek lain yang lebih penting, papar Yehuda, yang diamini oleh Abimanyu dan Firman.

Nah, agar program Revolusi Mental ini berhasil, maka pebisnis harus memiliki misi dan visi bisnis yang kuat. Visi memberi arahan akan menjadi apa bisnis di masa depan, atau what do you wanna be? Sedangkan misi merupakan sumber inspirasi dan semangat kehadiran bisnis di tengah-tengah masyarakat. Melalui pertanyaan what business are we in, kita diingatkan untuk terus hadir melayani pasar agar masyarakat mengalami peningkatan kualitas hidup. Tak jarang saya menemukan taktik baru dari hasil refleksi misi CV Dwi Lestari Farm, kata Abimanyu.

Ia memberi contoh hadirnya misi menyediakan hasil budidaya ayam kampung yang memenuhi prasyarat kesehatan sebagai pemicu semangat para pengelola Dwi Lestari Farm. Kendati, kami terkadang harus berhadapan dengan kendala-kendala besar seperti kenaikan biaya pakan yang terjadi tiba-tiba, ujar Abimanyu. Namun, Dengan mengusung misi, kami berani memangkas target margin agar masyarakat tetap dapat mengkonsumsi produk kami pada harga yang wajar, khususnya di saat harga pakan tidak stabil, imbuh Yehuda.

Selain misi-visi, hal ketiga yang wajib dimiliki pebisnis adalah komitmen untuk disiplin dengan apa yang telah direncanakan. Banyak bisnis yang tumbuh dengan sukses karena hadirnya komitmen dengan disiplin yang tinggi.

Saya belajar bahwa disiplin merupakan hal yang sangat penting. Disiplin waktu serta kedisiplinan dalam memandang setiap target merupakan kunci agar dua fungsi itu (kuliah dan bisnis) dapat tercapai dengan sukses di waktu yang hampir bersamaan, ujar Agus. Meski sulit, upaya itu juga memberi benefit dalam kehidupan saya. Tanpa disadari, disiplin dalam menata aktivitas telah mewarnai ritme kehidupan. Banyak target yang dulunya sebatas impian, tahun ini, Alhamdulillah, sudah terwujud, imbuh dia.

Secara konseptual, membangun komitmen memerlukan dukungan cara pandang yang kuat akan kehidupan yang tengah dijalani oleh pebisnis. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menempatkan visi-misi pribadi sebagai sesuatu yang hendak diraih. Dulu saya belum paham bahwa dalam mengarungi kehidupan kita butuh visi dan misi. Namun setelah duduk di kelas keuangan pribadi, saya sadar sepenuhnya bahwa dua hal itu mutlak dibutuhkan agar hidup semakin bermakna, imbuh Agus. Artinya, ketika pemaknaan tersebut mendekatkan pebisnis pada nilai-nilai humanis dalam mengelola usaha, maka di situlah potensi perkembangan bisnis yang berkelanjutan tercipta.

Merujuk pada pendapat itu, terlihat jelas bahwa kunci sukses berikutnya adalah kemampuan pebisnis dalam memahami bahwa dua dunia yang tengah dijalani, pendidikan dan bisnis, bukanlah dua hal yang berbeda secara signifikan. Keduanya saling melengkapi. Sebab bisnis tanpa ilmu yang jelas sama halnya dengan tanpa arahan, Pak. Hitung-hitungan di atas kertas mutlak dibutuhkan untuk meminimalkan risiko kerugian di masa depan, tutur Yehuda. Opini ini sekaligus menepis stigma bahwa ilmu-ilmu di bangku kuliah tidak terlalu terpakai di dunia nyata.



TERBARU

×