kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Obligasi

oleh Eko P. Pratomo - Senior Advisor PT BNP ParibasInvestment Partners


Selasa, 17 Februari 2015 / 13:36 WIB
Obligasi

Reporter: Eko P. Pratomo | Editor: tri.adi

Selain investasi "riil" dan instrumen keuangan seperti tabungan dan deposito, ada instrumen obligasi dan saham yang sering disebut sebagai instrumen investasi pasar modal. Instrumen pasar modal, walau menawarkan potensi keuntungan lebih besar dari tabungan dan deposito, namun banyak yang belum mengenalnya.

Mereka yang mengenal obligasi dan saham pun mempersepsikan instrumen pasar modal ini rumit cara berinvestasinya serta berisiko karena tidak dijamin dan bisa merugi.

Obligasi sebetulnya mirip dengan deposito. Bedanya, deposito diterbitkan bank, sementara obligasi diterbitkan bisa pemerintah atau perusahaan. Jika deposito dijamin Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) hingga Rp 2 miliar, obligasi pemerintah bahkan memberikan jaminan pengembalian seluruh nominal investasi pada saat jatuh tempo. Perbedaan lain, obligasi memiliki tenor lebih panjang, misal 3 tahun20 tahun, sementara deposito 1 bulan12 bulan. Walau bertenor panjang, investor obligasi bisa "mencairkan" investasinya jika membutuhkan dana, tidak perlu harus menunggu hingga jatuh tempo, dengan cara menjual obligasinya kepada investor lain.

Soal pembayaran bunga, umumnya obligasi membayarkan bunga secara triwulan untuk obligasi korporasi, dan enam bulanan untuk obligasi pemerintah. Bunga obligasi umumnya lebih tinggi dari bunga deposito. Di sisi perpajakan, bunga deposito dikenai pajak 20%, sedangkan kupon obligasi dikenai pajak sebesar 15%. Inilah salah satu daya tarik obligasi.

Perbedaan lain, obligasi bisa diperdagangkan sementara deposito tidak, sehingga ada kemungkinan keuntungan lain, yaitu keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli atau capital gain. Tapi, ada juga risiko jika harga jual lebih rendah dari harga beli, sehingga menimbulkan capital loss. Risiko lainnya, kemungkinan terjadi wanprestasi bagi o-bligasi korporasi, jika perusahaan penerbitnya memiliki kinerja buruk sehingga tidak sanggup membayar bunga dan/atau nominal investasi ketika jatuh tempo. Di sinilah investor perlu berhati-hati.

Dulu investasi di obligasi membutuhkan dana miliaran rupiah, kini pemerintah telah menerbitkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang bisa dibeli oleh masyarakat dengan nilai nominal investasi mulai dari Rp 5 juta. ORI ini cocok untuk tujuan investasi jangka menengah (kurang lebih 3 tahun) dan relatif aman karena adanya jaminan pemerintah.



TERBARU

×