kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / refleksi

Prinsip dan realitas

oleh Ekuslie Goestiandi - Pengamat manajemen dan kepemimpinan


Kamis, 05 Maret 2015 / 13:48 WIB
Prinsip dan realitas

Reporter: Ekuslie Goestiandi | Editor: tri.adi

Kita pasti pernah mendengar adagium yang berbunyi Bisnis adalah kesempatan. Semakin lihai meng-endus kesempatan maka semakin hebatlah Anda sebagai pengusaha. Semakin banyak kesempatan yang tertangkap, semakin berkibar pula usaha Anda.

Karena percaya dengan pepatah yang berbunyi Kesempatan tak akan datang dua kali, orang rela untuk melakukan apa saja dan mengorbankan siapa saja untuk memenangkan kesempatan (yang diyakininya tidak akan datang dua kali) tersebut.

Di dalam wacana politik, kita mengenal cara pandang seperti ini sebagai sikap Machiavellian. Lewat bukunya yang tersohor, The Prince (Sang Pangeran), Machiavelli memberikan beberapa pencerahan politik bagi seorang penguasa (sang Pangeran) yang hendak mempertahankan takhtanya. Bahkan, jika diperlukan dan dalam kondisi-kondisi tertentu, seorang penguasa boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kaidah-kaidah moralitas demi menjaga keamanan dan stabilitas negara.

Oleh karenanya, sikap Machiavellian ini juga dikenal sebagai cara pandang tujuan menghalalkan cara (the ends justify the means). Dengan kata lain, tidak ada hukum dasar atawa prinsip yang berlaku dalam memburu tujuan kita, karena segala cara menjadi halal sesuai dengan konteks dan situasinya.

Tahun 2011, hadir sebuah naskah buku berjudul Principles (Prinsip), yang ditulis oleh Ray Dalio, seorang pebisnis Amerika Serikat dan pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates. Sejak George Soros pensiun, bisa dikatakan Ray Dalio adalah hedge fund alias manajer investasi terbesar di dunia dengan nilai kekayaan bersih mencapai US$ 15,2 miliar. Majalah bisnis Forbes menobatkan Dalio sebagai orang paling kaya urutan ke-30 di Amerika, dan peringkat 69 di dunia.

Berbeda dengan kelompok oportunistik Machiavellian yang siap memburu kesempatan (bisnis) dengan cara apa pun, Dalio justru meletakkan prinsip-prinsip dasar (principles) sebagai landasan awal dalam membangun dan menjalankan operasi bisnisnya. Baginya, prinsip adalah nilai-nilai hakiki yang secara konsisten menuntun langkah dan tindakan hidup seseorang. Prinsip juga sekaligus membantu seseorang untuk menghadapi kenyataan hidup di sekitarnya. Saat seseorang menghadapi pilihan-pilihan keputusan hidup yang sulit, ke arah prinsip hidupnya-lah orang itu akan berpaling.

Sesungguhnya, menurut Dalio, seluruh dinamika kehidupan, termasuk kehidupan bisnis, bergerak mengikuti hukum alam. Hukum alam adalah realitas hidup yang tak terbantahkan, dan semua perubahan serta kemajuan harus dibangun di atas kenyataan tersebut. Manusia bukanlah makhluk yang membuat hukum alam, dan juga tak kuasa untuk mengubahnya.

Bagi Dalio, yang mengaku dirinya sebagai seorang hyper-realist, kesuksesan di bidang apapun, baik itu di bidang ekonomi, politik dan sosial, hanya dapat diraih oleh orang-orang yang memahami kenyataan alamiah secara mendalam. Selanjutnya, memanfaatkan kenyataan tersebut untuk meraih apa yang mereka cita-citakan. Sebaliknya, orang yang idealistik dan tak berpijak di bumi realitas, alih-alih menciptakan kemajuan, justru akan melahirkan persoalan (baru).


Kehidupan sarat warna

Sebagai contoh, kata Dalio, komunisme adalah sistem yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki niat baik. Namun, sayangnya gagal menyadari bahwa sistem idealistik yang dirumuskan tersebut bertentangan dengan sifat hakiki manusia. Akibatnya, sistem tersebut cenderung mendatangkan lebih banyak permasalahan daripada kemaslahatan.

Di atas landasan prinsipil, Dalio membangun kerajaan bisnis Bridgewater, dari awal hingga saat ini menjelma menjadi salah satu perusahaan terbesar dunia. Publik di seluruh dunia mengenal Dalio dan Bridgewater sebagai sosok dan institusi bisnis yang brilian dan superkaya.

Namun, yang menarik, Dalio memberikan pengakuan bahwa kejayaan bisnis dan kekayaan pribadinya bukanlah sasaran (goal) kehidupan dia yang sesungguhnya. Baginya, kejayaan dan kekayaan tersebut hanyalah akibat lanjutan (residual outcome) dari apa yang dilakukannya selama ini.

Dengan demikian, kedua hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai indikator kesuksesan hidup seorang Dalio. Dan, lagi-lagi menurut pengakuannya, ia memang tidak pernah merasa bahwa kedua hal tersebut sungguh-sungguh membahagiakan dirinya.

Dalio sendiri merumuskan kehidupan yang sukses sebagai kehidupan yang sarat warna dan makna, baik dalam pekerjaan secara profesional maupun relasi secara sosial, serta dipenuhi dengan banyak proses pembelajaran. Ia pun merasa bahwa dalam usianya yang telah melewati 60 tahun, kesuksesan yang dimaksud tersebut telah digapainya.

Semua itu diraihnya di atas prinsip dan pendekatan hidup yang sama, yang telah dianutnya sejak ia berusia 12 tahun. Yaitu, ketika masih menjadi seorang caddie lapangan golf, dia bermimpi menaklukkan pasar uang dunia. Secara matematis, Dalio merumuskan kesuksesan dengan formula sebagai berikut: a successful life = reality + dreams + determination.

Perburuan kesuksesan diawali dengan penerimaan dan pemahaman terhadap kenyataan hidup yang ada, bukan mengabaikan, apalagi mengingkarinya.



TERBARU

×