kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Bisnis keluarga

oleh Eko P. Pratomo - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Selasa, 30 Juni 2015 / 14:11 WIB
Bisnis keluarga

Reporter: Eko P. Pratomo | Editor: tri.adi

Saya tidak sedang membicarakan perusahaan-perusahan besar Indonesia yang masih dikendalikan keluarga sejak perusahaan itu berdiri dan skalanya masih sangat kecil di awal pendirian. Namun, saya ingin mengulas bisnis rumahan, melanjutkan tulisan pekan lalu dan manfaat bisnis keluarga di jangka panjang.

Salah satu manfaat jangka panjang memiliki bisnis rumahan yang dikelola keluarga sendiri adalah menjadi salah satu penopang penghasilan di masa pensiun. Namun, agar bisa membuat bisnis keluarga berjalan baik dan menopang kebutuhan hidup masa pensiun, bisnis ini haruslah sudah menempuh perjalanan panjang, bukan bisnis yang baru dibuat ketika menjelang atau ketika sudah pensiun.

Bisnis apapun selalu memiliki risiko, sekecil apapun skalanya. Perlu proses dan perjalanan panjang jatuh dan bangun sebelum sebuah bisnis bisa mencapai tingkat kestabilan dan memperoleh keuntungan memadai. Sering seseorang harus memulai bisnis A, lalu berganti-ganti bisnis B, lalu C dan barulah mendapat peruntungan dalam bisnis D.

Itu sebabnya saya terkadang khawatir jika dalam program-program masa persiapan pensiun, umumnya diberikan ke karyawan yang segera pensiun itu hanya pembekalan membuka bisnis, tanpa memahami risiko bisnis yang dimulai dari awal (start up). Kenapa? Karena mereka tidak siap secara mental menjadi pengusaha, setelah berpuluh-puluh tahun menjadi pekerja.

Ada baiknya membuka bisnis keluarga ketika seseorang masih jauh dari usia pensiun, misalnya antara 30 tahun sampai 40 tahun, jadi masih ada waktu 15 tahun hingga 20 tahun sebelum pensiun. Cukup panjang untuk memungkinkan bereksperimen mencari bisnis yang sesuai dengan passion dan menjalani kurva belajar (learning curve).

Lalu, siapa yang memikirkan dan menjalankan bisnis tersebut jika kita masih bekerja? Di sinilah tantangannya. Jika suami bekerja sebagai karyawan, maka istri yang bekerja di rumah bisa memulai atau sebaliknya. Jika keduanya bekerja, bisa dicari kerabat atau teman dekat yang dipercaya.

Memang memerlukan waktu, tenaga dan pikiran ekstra bagi para pekerja yang mau memulai usaha, karena jangan sampai mengganggu komitmen ke perusahaan. Dan pastikan tidak timbul benturan kepentingan dengan perusahaan.

 



TERBARU

×