kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Siap untung, siaga buntung

oleh Budi Frensidy - Staf pengajar FEUI dan pengamat pasar modal


Rabu, 23 September 2015 / 10:00 WIB
Siap untung, siaga buntung

Reporter: Budi Frensidy | Editor: tri.adi

Setelah naik cukup signifikan tiga bulan pertama tahun ini, hingga mencapai puncaknya 5.523 pada 7 April 2015, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kehabisan tenaganya.

What goes up must come down.

Dengan indeks yang berada di 4.380 akhir pekan lalu, apakah seorang investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dapat meraup untung dari portofolio saham dalam beberapa tahun terakhir? Jawabannya, tergantung kapan investasi saham itu dimulai.

Untuk itu, marilah kita menghitung ulang return tahunan geometrik portofolio saham yang dibentuk tahun-tahun lalu. Untuk menyederhanakan saya mengasumsikan, investor berinvestasi saham langsung dengan strategi buy and hold dan bukan melalui reksadana saham atau yang lain.

Beta portofolio saham diasumsikan sekitar satu. Dan portofolio disusun hanya pada saat pertama kali masuk, kemudian dipegang hingga hari ini.

Ini mungkin kurang realistis, mengingat investor fundamental hanya sekitar 20% dari total investor saham yang ada. Namun, paling tidak, inilah return rata-rata mereka yang mengambil strategi pasif dan berorientasi jangka panjang dari seperlima investor di BEI.

Berbeda dengan return tahunan aritmetik, return geometrik dihitung seperti mencari pertumbuhan atau compounded annual growth rate (CAGR) yang sangat diperlukan dalam melakukan valuasi.

Asumsi buy and hold atau melakukan investasi sekali saja di awal, perlu untuk memudahkan perhitungan. Jika asumsi ini tidak ada, penghitungan akan menjadi sedikit lebih rumit.

Kita akan mempunyai ukuran return yang ketiga. Yaitu return tertimbang berdasarkan uang, karena besar uang yang diinvestasikan berubah-ubah akibat adanya penambahan atau penarikan dana.

Asumsi investasi dilakukan secara langsung perlu, untuk memastikan investor juga memperoleh dividen tunai, selain capital gain. Besar dividen tunai atau yield dividen tahunan rata-rata ini dalam lima tahun terakhir sekitar 2% untuk saham-saham dalam LQ-45. Sementara besarnya capital gain (loss) dicerminkan oleh kenaikan (penurunan) IHSG.

Terakhir, asumsi beta portofolio adalah satu mesti disyaratkan. Beta sebesar itulah yang akan menyebabkan nilai portofolio bergerak persis mengikuti pasar (IHSG).

Jika mulai berinvestasi pada awal tahun 2010 saat IHSG masih bercokol di angka 2.500-2.600, Anda mestinya tidak perlu terlalu bersedih atau menyesal dengan penurunan IHSG sebesar 16,2% sepanjang tahun ini. Return tahunan Anda masih positif dua digit.

Dari capital gain, Anda masih memperoleh 12%. Ditambah dividen tunai sekitar 2%, total return tahunan Anda sekitar 14%. Angka ini masih lebih dari dua kali bunga bersih tahunan deposito, yang rata-rata 5,5% hingga 6%.

Jika memulai investasi saham tahun 2011, saat IHSG berputar di 3.700 hingga 3.800, capital gain portofolio Anda masih positif walaupun kecil dan di bawah inflasi, yaitu hanya 3,5%. Memperhitungkan dividen tunai, return tahunan Anda menjadi 5,5%. Return sebesar ini seperti bunga bersih deposito di bank. Silakan menyesal menjadi investor saham, tapi pengalaman Anda mempunyai nilai tersendiri.

Selanjutnya, jika Anda menjadi investor saham di tahun 2012 hingga awal tahun 2013 ketika IHSG sudah berada di atas 4.200-an, kondisi mulai berubah menjadi kurang menyenangkan. Capital gain portofolio Anda sekitar tiga tahun terakhir harus diakui nyaris tidak ada, sehingga keuntungan Anda hanya dividen yang besarnya sekitar 2%.

Dan paling tidak beruntung, jika sampai hari ini Anda belum genap dua tahun menjadi investor saham. Bila itu terjadi, sangat mungkin Anda membentuk portofolio ketika IHSG sudah bertengger dan bergerak sideways di 4.800 pada Maret-April tahun lalu atau saat IHSG sudah di atas batas psikologis 5.000 pada Juli 2014.

Dalam kondisi paling menyedihkan ini, hampir dapat dipastikan return Anda negatif, bahkan setelah memperhitungkan dividen yang diterima. Bukan untung, Anda menjadi buntung sekitar 10% sebelum memperhitungkan dividen.

Jika Anda melakukan investasi dalam reksadana saham, silakan hilangkan komponen dividen tunai dari semua perhitungan di atas untuk memperoleh return tahunan.

Apa pelajaran dari jatuh-bangunnya IHSG ini? Pertama, dalam lima tahun terakhir sejak awal tahun 2011, IHSG hanya naik 18,3%, yaitu dari 3.704 di awal 2011 menjadi 4.380 akhir pekan lalu atau 3,6% per tahun. Melihat secara tahunan, return antara -16,2% hingga 22,3%. Dengan kinerja sebesar ini, return dan risiko saham relatif menjadi kurang menarik dalam lima tahun terakhir.

Kedua, return tahunan investasi saham yang tahun-tahun sebelumnya dapat mencapai puluhan persen, dengan rata-rata 20%, sekarang dan tahun-tahun ke depan Anda harus realistis. Yakni menurunkan return tersebut ke kisaran 10%-15% per tahun.

 



TERBARU

×