kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   9.000   0,60%
  • USD/IDR 15.875   60,00   0,38%
  • IDX 7.200   -45,73   -0,63%
  • KOMPAS100 1.102   -8,07   -0,73%
  • LQ45 873   -6,30   -0,72%
  • ISSI 220   -2,35   -1,06%
  • IDX30 448   -4,16   -0,92%
  • IDXHIDIV20 539   -6,56   -1,20%
  • IDX80 126   -0,89   -0,70%
  • IDXV30 132   -4,54   -3,33%
  • IDXQ30 148   -1,52   -1,02%
KOLOM / wakeupcall

Aturan 72 dan pertumbuhan portofolio

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Senin, 06 Agustus 2012 / 00:00 WIB
Aturan 72 dan pertumbuhan portofolio

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Seorang mahasiswa saya bertanya tentang kriteria investor saham yang sukses. Terpengaruh oleh buku-buku investasi terbitan Amerika, dia percaya, investor saham yang sukses adalah mereka yang mampu melipatgandakan portofolionya dalam lima tahun. "Apakah ini juga berlaku untuk kasus di Indonesia?"

Kita harus hati-hati mengartikan buku investasi dari Amerika. Bukan apa-apa, beda antara ekonomi dan pasar modal di Amerika dengan Indonesia sangat banyak.

Di sana, tidak kurang dari sepertiga rumah tangga berinvestasi saham langsung, atau tidak langsung. Di Indonesia, yang investasi langsung di berbagai produk pasar modal, kurang dari satu juta orang.

Sebagian besar kas surplus di negeri ini terparkir di bank. Jumlah akun di bank mencapai lebih dari 100 juta, dengan total dana Rp 2.800 triliun.

Pendanaan utama korporasi dan perusahaan di Amerika adalah pasar modal. Sedang yang mempunyai akses untuk menerbitkan saham dan obligasi di negeri ini, kurang dari 500 korporasi. Sumber pembiayaan utama di Indonesia, masih bank.

Konflik yang sering terjadi di Amerika adalah antara manajemen yang sangat berkuasa, dengan pemegang sahamnya. Konflik yang sering terjadi di sini adalah antara pemegang saham mayoritas, yang umumnya pendiri dan pengendali, dengan publik, sebagai pemegang saham minoritas.

Di Amerika, ada beberapa bursa saham yang memperdagangkan hampir 7.000 saham dengan dua pasar utama yaitu pasar dealer-driven (Nasdaq) dan gabungan antara pasar dealer-dan pasar order-driven (New York Stock Exchange) serta ada profesi spesialis dan market maker.

Di sini, bursa saham cuma satu dengan sekitar 450 saham dan cuma berbasis order, tanpa spesialis atau market maker.

Masih ada perbedaan dalam produk, perhitungan biaya transaksi, metode perhitungan indeks, dan tarif pajak.

Perbedaan terpenting adalah pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Amerika dan Indonesia. Ekonomi Amerika rata-rata tumbuh 2%-3%, sedang laju inflasi 2,5% per tahun. Di Indonesia, pertumbuhan dan inflasi, masing-masing, sekitar 6% dan 7%.

Di Amerika, seorang investor saham dapat dikatakan sukses jika mampu melipatgandakan nilai portofolionya dalam lima tahun. Kinerja investasi yang seperti ini, dengan menggunakan Aturan 72, ternyata hanya memerlukan return tahunan 14,4%. Untuk Amerika, yang memiliki rata-rata inflasi tahunan 2,5%, hasil itu sangat bagus.

Namun angka itu, harusnya, tak berlaku di Indonesia, yang memiliki inflasi dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada Amerika. Jadi, lima tahun terlalu lama untuk melipatgandakan investasi di Indonesia.

Investor yang tidak paham keuangan dan investasi, sudah puas memperoleh return tahunan 6% . Yang melek finansial, mungkin mengincar return 12% per tahun. Nah, yang cerdas finansial mengincar return 20% per tahun. Perbedaan return tahunan sebesar 14%, dalam jangka panjang, sungguh mencengangkan.

Menggunakan Aturan 72, kekayaan seseorang akan meningkat dua kali, dalam 12 tahun jika return tahunan hanya 6%. Waktu yang diperlukan menjadi 9 tahun untuk return 8% per tahun, 8 tahun untuk 9%, dan 6 tahun untuk 12%. Waktunya menjadi 4 tahun, jika return 18% dan 3,6 tahun untuk return 20% per tahun.

Ini berarti, seseorang dengan return tahunan 18% dan bermodal Rp 100 juta, mendapat Rp 200 juta dalam 4 tahun, Rp 400 juta dalam 8 tahun, dan Rp 800 juta setelah 12 tahun. Bandingkan dengan deposito-minded yang portofolionya bertumbuh 6% p.a. Jumlah uang yang sama, yaitu Rp 100 juta, hanya menjadi Rp 200 juta dalam 12 tahun.

Perbedaan ini, tentu, lebih besar lagi jika return tahunan yang diperoleh adalah 20%. Kita hanya butuh 10,8 tahun, atau 3 x 3,6 tahun, untuk membiakkan Rp 100 juta menjadi Rp 800 juta.

Setelah 12 tahun, atau 1,2 tahun kemudian, uang Rp 800 juta akan menjadi hampir Rp 1 miliar, atau tepatnya Rp 996 juta. Siapa pun dapat menjadi miliarder, jika bisa memperoleh return tahunan 20%. Dengan hasil sebesar itu, sangat disayangkan jika banyak orang di sini, belum tertarik mencoba saham dan produk pasar modal.

Dengan return tahunan 20%, portofolio Anda akan menjadi dua kali lipat hanya dalam 3,6 tahun. Inilah periode yang diperlukan untuk investor saham dengan kemampuan rata-rata.

Untuk menjadi investor hebat di Indonesia, tentu, waktu yang dibutuhkan bisa lebih pendek lagi. Katakan 3 tahun, dan bukan 5 tahun seperti di Amerika. Selamat berinvestasi.



TERBARU

×