kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Siapa yang butuh investasi?

oleh Eko P. Pratomo - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Selasa, 26 Juli 2016 / 17:33 WIB

Reporter: Eko P. Pratomo | Editor: hendrika.yunaprita

Mendengar kata investasi banyak orang akan berasosiasi harus memiliki dana besar di awal jika mau berinvestasi, seolah hanya orang kaya yang bisa melakukan investasi. Padahal investasi tidak selalu dikaitkan dengan jumlah dana yang besar seperti ratusan juta, bahkan miliaran rupiah.

Ada pertanyaan mendasar sebetulnya yang perlu dijawab, siapa sebenarnya yang lebih membutuhkan investasi? Apakah orang-orang kaya yang sudah memiliki berbagai aset yang jika dipergunakan untuk kehidupan diri, keluarga dan bahkan beberapa generasi keturunannya tidak akan habis untuk dikonsumsi? Atau mereka yang justru belum memiliki aset atau sudah memiliki aset namun tidak mencukupi untuk dipergunakan bagi kebutuhan hidup di masa depan?

Investasi sejatinya lebih dibutuhkan oleh golongan yang kedua, yakni mereka yang perlu dan harus membangun aset untuk kehidupan masa depannya. Kehidupan masa kini sudah bisa dipenuhi dengan gaji sebagai karyawan profesional atau penghasilan dari usaha yang dijalankan saat ini.

Namun, selain biaya kehidupan masa kini ada biaya kehidupan masa depan yang tidak akan dapat tercukupi, jika tidak disiapkan dengan menyisihkan sebagian penghasilan saat ini untuk ditabung dan diinvestasikan secara berkala.

Seseorang boleh dikatakan mandiri secara finansial pada tingkat pertama, jika penghasilan bulanan mencukupi untuk menutupi seluruh pengeluaran bulanan. Namun, jika seluruh penghasilan bulanan habis untuk konsumsi bulanan, yang bersangkutan tidak memiliki tabungan yang bisa diinvestasikan, maka suatu saat akan ada kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dari penghasilannya.

Ada banyak pengertian tentang investasi, namun dalam konteks kebutuhan, saya lebih suka memilih pengertian investasi sebagai upaya untuk mengorbankan sebagian penghasilan atau aset yang ada untuk tidak dikonsumsi saat ini, namun untuk dikembangkan nilainya guna memenuhi kebutuhan di masa depan.

Jadi, investasi merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan untuk persiapan masa depan. Ada analogi menarik, seorang anak kecil atau remaja harus dipaksa (diwajibkan) sekolah oleh orangtuanya, padahal si anak lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain, karena si anak belum tahu gunanya sekolah adalah untuk kebutuhan hidupnya sendiri di masa depan.

Nah, sudahkah kita sadar dan mewajibkan diri berinvestasi untuk masa depan hidup kita? Jika belum, kita masih seperti anak kecil.



TERBARU

×