kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert-Prasetiya Business School


Selasa, 02 Agustus 2016 / 17:53 WIB
Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Lupakan sejenak kekhawatiran akan dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) terhadap perekonomian dan harga saham di Indonesia. Lebaran tak lama lagi akan tiba.

Dua tahun silam seorang trader saham pernah bertanya kepada saya: sebaiknya saya membeli saham menjelang atau sesudah Lebaran? Kemudian saya jawab melalui sebuah artikel. Menjelang Lebaran tahun 2016 ini, saya angkat isu serupa dengan data yang telah diperbarui.

Lebaran mempengaruhi semua sendi kehidupan kita, terutama di bidang ekonomi. Dalam jangka pendek, Lebaran mempengaruhi mood (suasana hati) trader saham. Jadi, sangat mungkin peristiwa Lebaran berdampak terhadap pergerakan harga saham.

Saya kemudian meneliti apakah pergerakan harga saham sehari sebelum dan hari pertama setelah libur Lebaran terkait perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga sehari menjelang libur Lebaran di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saya menganalisis imbal hasil harian IHSG periode 2003 hingga 2015. Hasilnya tersaji di tabel.

Tahun 2003 misalnya, imbal hasil harian antara 23 Desember--hari terakhir sebelum bursa libur Lebaran- adalah 0,73%. Imbal hasil harian pada 29 Desember -hari pertama seusai libur Lebaran- adalah 2,01%.

Sejak awal tahun 2003 hingga hari terakhir menjelang libur Lebaran, IHSG sudah naik dari 423 menjadi 674 atau 59,34%. Artinya harga saham cenderung naik sejak awal hari terakhir sebelum bursa libur Lebaran dan terus naik di hari pertama setelah bursa libur Hari Raya.

Berdasarkan pengamatan dengan periode waktu 13 tahun terakhir tersebut, terlihat hanya tiga tahun IHSG melemah sejak awal tahun hingga menjelang libur Lebaran. Tahun 2005 menurun sebesar 9,61%, tahun 2008 anjlok hingga 32,68%, dan tahun 2015 merosot 7,11%.

Di tahun-tahun lain, IHSG selalu mengalami kenaikan dari awal tahun hingga menjelang libur Lebaran. Yang mencolok adalah di tahun 2003, terjadi kenaikan IHSG sebesar 59,34% dan tahun 2009 sebesar 77,2%.

Tahun 2008, bursa mengalami penurunan kinerja yang sangat tajam. Menjelang Idul Fitri, IHSG turun hingga 1.844 dari level 2.739 di awal tahun. Sentimen negatif menjelang dan sesudah libur Lebaran seperti yang terjadi di tahun 2005 berulang.

Imbal hasil harian sehari sebelum bursa libur Lebaran adalah negatif 0,73%. Setelah bursa dibuka kembali setelah libur, IHSG turun hingga 10% dalam sehari. Kedua angka ini lebih rendah daripada rata-rata imbal hasil harian di tahun 2008 yang negatif 0,2%.

Kebalikan dari tahun 2008, di tahun 2009 IHSG naik tinggi, dari 1.377 di awal tahun menjadi 2.440 menjelang Lebaran.

Imbal hasil sehari sebelum dan hari pertama sesudah bursa libur Lebaran adalah 0,72% dan 0,48%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata imbal hasil di 2009 yang sebesar 0,26%. Artinya, jika bursa sedang buliish (terhitung dari awal tahun hingga menjelang Lebaran), strategi membeli saham di awal hari terakhir sebelum bursa libur Hari Raya dan menjual di hari pertama setelah bursa libur Lebaran menjanjikan cuan.

Dari pengamatan 13 tahun terlihat, jika bursa sedang bearish (dari awal tahun hingga menjelang Lebaran), IHSG sehari sebelum dan sesudah libur Lebaran selalu turun. Dengan pengecualian tahun 2011 dan 2014, IHSG selalu naik ketika bursa saham sedang bullish.

Tahun 2015 berbeda. Saat itu pasar sedang bearish, sehari sebelum libur Hari Raya IHSG turun, tapi hari pertama setelah Lebaran IHSG justru naik.

Secara umum bisa disimpulkan, ada kecenderungan pada saat bursa bullish, menjelang dan sesudah Lebaran harga saham cenderung naik. Namun saat bursa bearish, yang terjadi justru sebaliknya.

Fenomena ini bisa dijelaskan dari kacamata teori behavioral finance. Mood (suasana hati) trader atau investor saham mempengaruhi perilaku transaksi mereka. Ada kemungkinan peristiwa besar seperti Lebaran memperkuat mood trader/investor. Saat bursa bullish, trader/investor semakin bersemangat mengoleksi saham. Tapi begitu bursa bearish, trader/investor saham semakin pesimistis dan melepas saham.

Bagaimana aroma ketupat Lebaran di bursa tahun ini? IHSG sendiri menguat sebesar 7% sejak awal tahun.



TERBARU

×