kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Kisah sukses Subway

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Senin, 28 November 2016 / 18:55 WIB
Kisah sukses Subway

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

McDonalds sudah bukan franchisor restoran nomor satu di dunia lagi, juga bukan Pizza Hut. Sekarang mahkota berada di kepala Subway, bisnis sandwich cepat saji yang menjanjikan kesegaran roti tipe submarine alias kapal selam dan isinya.

Kelebihan utama Subway yang langsung terlihat konsumen adalah kesegarannya. Sandwich langsung dibuat di hadapan Anda dengan pilihan jenis roti, daging, sayuran dan dressing favorit Anda sendiri. Juga ada dua ukuran yang bisa dipilih. Selain itu, Subway punya beberapa kelebihan lain: peka lingkungan, peka perlindungan petani penyuplai, dan hemat energi.

Kebebasan memilih berbagai kombinasi sandwich oleh konsumen merupakan selling point utama. Di toko sandwich lain, umumnya pembeli hanya dapat menunjuk dari menu. Di Subway, konsumen dapat menunjuk dari menu yang ada sambil modifikasi. Ada ownership dalam setiap sandwich yang dirancang oleh pemesan.

Saat artikel ini ditulis, Subway masih merupakan perusahaan privat dengan 44.576 gerai di 110 negara. Diprediksikan, outlet Subway akan mencapai 50.000 di tahun 2017. Setiap hari, lima outlet Subway baru dibuka di mancanegara. Angka luar biasa ini ternyata tak termasuk Indonesia, walau dulu pernah ada beberapa gerai.

Subway dibangun dua partner pakar kesehatan, yaitu Dr. Peter Buck dan Fred DeLuca. Partnership mereka dinamakan Doctors Associates. Diawali DeLuca, meminjam US$ 1.000 dari Dr. Buck untuk membuka toko sandwich di Bridgeport, Connecticut di tahun 1965.

Marketshare Subway di AS mencapai 60% untuk kategori sandwich. Mereka menawarkan alternatif sehat bagi konsumen di antara resto-resto cepat saji burger yang penuh lemak dan zat pengawet. Sejak awal, nutrisi merupakan faktor yang dipertahankan. Carol Kur, MS, RD pendiri The Personal Training Institute merupakan mitra Subway dalam nutrisi sehat dan melangsingkan.

Semakin tinggi standar hidup konsumen, makanan sehat semakin dicari. Ini terbukti, pertumbuhan bisnis Subway semakin pesat. Kecuali beberapa tahun terakhir, perilaku konsumen generasi milenial semakin berpengaruh terhadap selera dunia.

Di tahun 2015, nilai merek Subway mencapai valuasi US$ 6,8 miliar dengan omzet US$ 19,8 miliar. Subway dikenal dengan paket franchise opportunity yang lengkap dan profesional serta terjangkau, Gaya hidup sehat ala Subway semakin melambung, ketika salah satu konsumen setia bernama Jaret Fogle berhasil menurunkan berat badan hingga 450 pon selama satu tahun berkat diet Subway. Digabungkan olahraga dan banyak jalan kaki, ia berhasil menguruskan tubuh.

Memang berita terakhir agak kurang baik, ketika ia divonis penjara akibat dari perbuatan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Subway segera memutuskan hubungan kerja dengan Jaret Fogle.

Terhitung 2005, Subway berkomitmen menggunakan produk-produk dari supplier yang mempunyai sertifikasi Socially Accountable Farm Employers (SAFE). SAFE dalah organisasi non-profit yang didirikan The Redlands Christian Migrant Association dan the Florida Fruit & Vegetable Association.

Selain itu, di tahun 2011, eco store Subway dibuka di Prancis. Outlet tersebut mengikuti standar ketat ekologi ramah lingkungan berlabel High Environmental Quality (HQE) dan High Enviromental Protection (HPE). Dua label ini sertifikasi bahwa outlet Subway tersebut menggunakan energi minim dengan dampak ekologi minimal.

Di mancanegara, lokasi-lokasi manufaktur dan distribusi Subway ditempatkan secara strategis untuk mengurangi biaya transportasi, menghemat biaya bahan bakar, meminimalisir emisi karbon dan menghemat depresiasi kendaraan angkutan. Sekitar 3,6 juta galon minyak diesel berhasil dihemat setiap tahun di AS dan Kanada.

Selain produk makanan sehat serta pengolahan, distribusi, dan tempat penjualan (outlet) sehat, hemat energi, dan ramah ekologi, Subway juga gencar mengedukasi konsumen terkait makanan dan gaya hidup sehat. Edukasi melalui informasi menu, kandungan nutrisi, kandungan kalori dan side order lain.

Sebagai bisnis keluarga, Subway naik turun. Menurut Technomic, di tahun 2014, omzetnya menurun 3,3% dari tahun sebelumnya. Ini termasuk tinggi untuk ukuran restoran franchise cepat saji. Diduga, penurunan ini akibat Subway gagal mengikuti tren makanan organik dan transparansi pengolahan.

Sebagai bisnis yang sangat mengandalkan franchisor, paket franchise opportunity Subway cukup menarik, mengingat capital awal startup fee cukup rendah. Ini dikompensasi dengan royalti terhadap franchisee cukup tinggi, yaitu 8%, sedangkan McDonalds hanya 4%.

Yang bisa kita pelajari dari Subway adalah gaya penyajian, peka kesehatan, produk premium, peka ekologi, peka social causes, dan agresivitas business development. Ini bisa diterapkan dalam bisnis apapun.



TERBARU

×