kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Ritel online 2013

oleh Safitri Siswono - Adjunct Faculty Member, Prasetiya Mulya Business School, Direktur Utama Grup Bangun Tjipta


Senin, 03 Desember 2012 / 16:24 WIB
Ritel online 2013

Reporter: Safitri Siswono | Editor: tri

Kurang dari sebulan lagi kita akan mencapai pergantian tahun. Pertanyaan yang patut kita renungkan di masa itu adalah: Apakah target tahun ini sudah tercapai? Apakah kita masih harus sprint untuk mengejarnya?

Pemimpin bisnis selayaknya  sudah menyiapkan strategi dan taktik untuk menghadapi persaingan di tahun 2013. Indonesia yang memiliki penduduk 240 juta jiwa diperkirakan mampu memelihara peningkatan produk domestik bruto (PDB) di atas 6% per tahun, pada 2013. Jelas, ini pasar yang sangat menggiurkan bagi pengusaha dan investor, terutama untuk consumer products dan turunannya.

Namun, ada pertanyaan besar di benak para pengusaha dan pemimpin bisnis saat ini. Tahun depan, ada kepastian kenaikan tarif dasar listrik dan upah minimum provinsi (yang diperkirakan di atas 40%), serta ketidakpastian perlindungan hukum di Indonesia. Lalu, bagaimana cara industri manufaktur kita untuk menang, bukan hanya, di pasar global tetapi juga di pasar dalam negeri, yang sangat bebas ini?

Tuduhan para pengamat bahwa pengusaha Indonesia lebih suka menjadi pedagang daripada menjadi produsen, sesungguhnya merupakan konsekuensi yang sangat logis dari iklim bisnis, saat ini. Berdagang, baik sebagai pemasok maupun ritel memiliki risiko yang relatif lebih rendah daripada risiko manufaktur. Pasarnya pun sama, yaitu melayani konsumen Indonesia yang sangat besar.


Jalur online berbayar

Sementara itu, kenaikan harga properti lebih dari 20% setahun, menjadikan bisnis ritel online semakin menarik dan menjanjikan. Berdasarkan data, jumlah pengguna internet di tahun 2011 mencapai  55 juta orang, meningkat 19% dari tahun 2010. Mengutip kompas tekno, kenaikan itu diikuti dengan peningkatan jual-beli online sebesar 100% di tahun yang sama.

Pasar yang potensial, dengan barrier to entry yang rendah, menyebabkan masyarakat berbondong-bondong membuka toko online. Persaingan semakin ketat, hingga banyak pemain lama yang merasakan penjualannya menurun secara drastis.

Situs social network, seperti  facebook dan twitter, belakangan dipenuhi user yang berjualan. Seperti halnya ritel konvensional, konsumen akhirnya menjadi tidak nyaman harus mendatangi banyak toko, untuk mendapatkan produk yang dicarinya. Mereka lebih senang ke department store ataupun hypermarket.

Toko online individu yang hanya menjual produknya sendiri, harus mengakui kekuatan “department store” versi online, seperti Zalora, Berrybenka dan Qoo10. Terutama kemampuan mereka untuk melakukan kerja sama konsinyasi dengan banyak produsen dan aktivitas pemasaran.

Mari kita bahas mengenai pemasaran ritel online ini menggunakan teori klasik marketing mix, yaitu 4P.


• Product. Beberapa tahun lalu, analis berpikir bahwa toko online hanya dapat menjual produk yang memiliki spesifikasi jelas, seperti produk elektronik. Namun fenomena facebook membuka peluang bagi para pebisnis UKM. Berkembanglah pasar, terutama untuk produk fashion.

Tingginya penetrasi internet membuat pasar ritel online semakin beragam. Lahirlah  department store online dan toko diskon online, seperti livingsocial dan disdus. Di tahun 2012, terjadi peningkatan pengguna mobile internet 100%, menjadi 29 juta jiwa. Hal itu, bersama dengan pertumbuhan PDB, membuka peluang perkembangan ritel online.

• Price. Ritel online membantu menekan biaya overhead, hingga harga yang ditawarkan bisa lebih murah.

• Promotion. Ritel online tidak dapat mengandalkan search engine saja. Promosi yang gencar harus tetap dilakukan, baik secara online maupun offline. Promosi online dapat dilakukan secara gratis melalui jaringan sosial. Pemasaran akan lebih efektif jika menggunakan jalur online berbayar, seperti google adwords, dan penempatan iklan di situs tertentu, terutama situs berita yang dikunjungi orang secara rutin.

Beberapa ritel online bahkan menggunakan media offline, seperti iklan di jembatan penyeberangan, bus kota, bahkan iklan teve, seperti blibli. Aktivasi pemasaran, seperti kopi darat, dilakukan oleh Kaskus.

• Place. Ritel online memiliki lokasi tak terbatas dan dapat diakses 24 jam. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen, konektivitas dan aksesibilitas harus mendukung. Sangat penting untuk memperhatikan hal-hal teknis seperti penempatan server, kuota, domain, model website yang cepat untuk diakses. Bahkan, perlu atau tidaknya, membangun hub dalam jalur distribusi.

Tren ritel online mendatang, toko-toko di atas ditambah dengan toko spesialis yang menunjang lifestyle, semakin berkembang. Toko spesialis, seperti agoda yang menjual voucher hotel di seluruh dunia, menunjang lifestyle masyarakat untuk travelling.

Konsumen berharap, harga yang ditawarkan ritel online lebih rendah daripada ritel konvensional. Promosi secara online masih relatif murah, namun dengan kehadiran pemain yang berani melakukan promosi, baik secara online dan offline, butuh kreativitas untuk menarik konsumen datang dan membeli. Yang juga penting untuk diperhatikan adalah berbagai faktor teknis yang mempermudah akses bagi konsumen.

Prediksi pakar yang optimistis terhadap situasi ekonomi Indonesia di tahun 2013, juga bisa berdampak terhadap pertumbuhan pasar online secara signifikan. Mari kita melakukan pemanasan dan siap-siap berlari menyambut tahun yang baru.        




TERBARU

×