kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Design Thinking dan AirBnB

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Rabu, 18 Januari 2017 / 16:06 WIB
Design Thinking dan AirBnB

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

AirBnB adalah singkatan dari Air Bed and Breakfast alias Kasur Angin dan Sarapan Pagi". Berdiri tahun 2008 oleh tiga sahabat Joe Gebbia, Brian Chesky dan Nathan Blecharczyk. AirBnB dikenal sebagai disruptor pioner akomodasi yang menggetarkan dunia perhotelan. Valuasi terkini situs penyewaan akomodasi ini sekitar US$ 10 miliar.

Joe dan Brian sama-sama kuliah di Rhode Island School of Design (RISD) Jurusan Industrial Design. Sedangkan Nathan lulusan Ilmu Komputer di Harvard. Bertiga, mereka membangun AirBnB dengan bermodalkan berjualan sereal sarapan pagi.

Metodologi design thinking tampaknya mendarah daging dalam diri mereka. Dengan mencocokkan data kebutuhan kamar dengan ruang kosong di apartemen mereka, ketiganya menggabungkan data dengan empati, angka dengan kebutuhan. Dalam design thinking, data menggerakkan daya kreatif mereka.

Mulanya, sebuah design conference di San Francisco meledakkan tingkat hunian hotel-hotel di downtown. Terbesitlah ide jenial untuk menyewakan apartemen mungil Joe dan Brian yang sangat tinggi harga sewanya itu. Kebetulan lokasinya dekat konferensi tersebut.

Apa daya? Tiada lagi kamar yang bisa disewakan. Tanpa kehilangan akal, mereka sewakan kasur berisi udara yang diletakkan di ruang tamu. Jadilah air bed rental. Segera, mereka buatkan situs web sederhana yang dipromosikan di beberapa blog rekan mereka. Air bed rental mereka berhasil menarik tiga penghuni. Uniknya, mereka berusia 30-an dan telah bekerja, bukan mahasiswa pencari tempat tinggal murah meriah. Dari tiga penyewa tadi, berbagai ide menarik terus bergulir.

Agustus 2008, di kota Denver, negara bagian Colorado, diadakan Democratic National Convention. Barack Obama memberikan presentasi di hadapan 100.000 orang. Sementara di kota tersebut hanya ada 30.000 kamar hotel. Melihat ini sebagai kesempatan emas, AirBnB meluncur tepat sebelum Konvensi Nasional Partai Demokrat tersebut. Jadilah timing ini sangat tepat.

Namun, bagaimana dengan kapital awal? Tiga serangkai ini mempunyai ide tepat untuk dijual di masa konvensi tersebut. Menjual sarapan pagi sereal berdesain eksklusif Obama Os dan CapN McCains masing-masing seharga US$ 40 per kotak sebanyak 500 kotak.

Ternyata, ide setengah gila fund raising ini berhasil mengumpulkan US$ 20.000 untuk kapital awal AirBnB. Dan proyek ini sangat menarik inkubator bisnis Y Combinator di California. Jadilah mereka diterima bergabung. Inkubator prestisius ini dikenal lebih sulit ditembus daripada Harvard Business School.

Tiga serangkai itu kemudian berkeliling AS ke kota-kota tempat para pemakai jasa AirBnB banyak berkumpul. Dari pengalaman tersebut, mereka mengenal apa saja keunggulan AirBnB dan bagaimana dapat dikembangkan lagi.

Ada tiga hal menarik yang dapat dipelajari dari pendirian AirBnB. Pertama, seringkali akomodasi hotel tidak memadai dari segi kuantitas maupun jenis. Penyewa kamar tidak selalu wisatawan, sehingga kebutuhannya berbeda-beda. Ada yang hanya perlu tempat rebahan pada malam hari, ada yang ingin menikmati kamar.

Jadi ada kebutuhan akomodasi non hotel yang dapat dipenetrasi AirBnB. Apa saja jenis akomodasi yang ditawarkan? Kasur udara, kamar tidur, apartemen, kapal yacht, kastil, pulau pribadi, iglo, mobil, tempat kerja bersama, rumah pohon, rumah mikro, galeri seni, dan tenda antrean bermalam.

Kedua, penyewaan kamar di dalam rumah atau apartemen telah ada sejak dulu, tapi banyak konsumen yang kurang nyaman dengan transaksi cash. Situs dengan kemampuan e-commerce membuat proses booking lebih cepat dan akurat. Dan uang berpindah tangan dengan aman dan terdeteksi.

Faktor kenyamanan dan keamanan booking merupakan salah satu unsur penting yang sangat menarik. AirBnB juga menyeleksi ketat kualitas dan lokasi akomodasi yang disewakan, sehingga ada faktor kepercayaan ekstra bagi penyewa.

Ketiga, faktor koneksi sosial merupakan salah satu daya tarik utama AirBnB. Dengan menginap di apartemen, Anda serasa menjadi bagian kota baru, bukan semata sebagai pendatang. Ada pengalaman bertualang berbeda dengan tidak menginap di hotel yang steril dan telah dapat diduga sebelumnya.

Kontak dengan pemilik apartemen juga memungkinkan mempunyai kenalan baru yang dapat menjadi tempat bertanya. Semakin banyak teman baru di tempat baru, tentu semakin baik.

Akhir kata, AirBnB mungkin tidak mengubah dunia , tapi mengubah bagaimana kita mengalaminya. Mereka menjawab kebutuhan pasar dengan menggunakan kacamata desain, yaitu ruang kosong di ruang tamu yang bisa dimonetisasi. Pelajaran unik dan berharga untuk kita terapkan dalam mengisi kesempatan.



TERBARU

×