kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Belajar dari Lo Kheng Hong

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert Prasetiya Mulya Business School


Selasa, 07 Februari 2017 / 19:32 WIB
Belajar dari Lo Kheng Hong

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Lo Kheng Hong (LKH), investor saham sukses yang sering dijuluki Warren Buffett dari Indonesia, kembali meraup untung besar. Ia membeli banyak saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ketika harganya sedang terkapar di tanah, yakni di Rp 50, pada Agustus 2015. Ketika mayoritas investor lain tidak tertarik dan takut mengoleksi saham perusahaan batubara yang pernah jadi perusahaan dengan nilai terbesar di Bursa Efek Indonesia ini, LKH justru bertindak sebaliknya. (http://investasi.kontan.co.id/news/lo-kheng-hong-meraUp-angpao-besar-dari-bumi).

Saya teringat pertengahan tahun lalu Harian KONTAN memuat hasil wawancara terhadap beberapa analis dan investor saham mengenai strategi memilih saham. LKH dengan mantap mengatakan, belilah saham yang sedang tidak diminati orang banyak. Waktu itu sektor pertambangan, khususnya batubara, sedang dihindari.

Tidak sampai satu tahun, harga saham sejuta umat BUMI yang legendaris ini (ia pernah terbang tinggi hingga kisaran Rp 8.000, lalu jatuh kembali ke ratusan rupiah dalam waktu sekejap) mulai bergerak naik. Seiring melonjaknya harga batubara dan keberhasilan restrukturisasi utang BUMI, harga saham BUMI meroket, menyentuh harga Rp 500 pada akhir Januari 2017. Keuntungan hampir 900% diraUp hanya dalam waktu beberapa bulan.

Tidak hanya sekali ini LKH meraup keuntungan besar di bursa saham. Ia, misalnya, pernah membeli saham PT United Tractors Tbk (UNTR) pada saat krisis moneter 1998 dan menjualnya enam tahun kemudian ketika harganya sudah naik 60 kali lipat!

Saya beruntung bisa mengenal dan bersahabat dengan LKH. Sejak 2012, setiap semester LKH rajin berbagi kiat dan pengalaman investasinya kepada mahasiswa di Universitas Prasetiya Mulya. LKH dengan senang hati menerima setiap undangan saya untuk menjadi dosen tamu di kelas investasi yang saya asuh.

LKH, sebagaimana diketahui masyarakat pasar modal, telah memiliki saham BUMI sebelum harga sahamnya terpuruk di titik nadir. Ia tetap sabar dan percaya suatu ketika harga saham BUMI akan kembali menguat jika harga batubara membaik dan BUMI bisa selamat dari ancaman kegagalan bayar utang.

Ia bercerita, saat harga saham BUMI nyangkut di gocap, banyak rekannya yang menanyakan, Hong, bagaimana kabar BUMI? LKH menjawab dengan santai dalam bahasa Inggris, The game is not over yet, dan kadang ia menjawab dalam bahasa Mandarin yang artinya, Masih ada harapan. Ternyata memang dia membuktikan, seperti di film kungfu, bahwa jagoan boleh kalah dulu, tapi pada akhirnya pasti menang.

Mengenal LKH cukup dekat selama empat tahun terakhir ini, saya bisa menyimpulkan beberapa faktor kunci keberhasilan LKH. Pertama, ia memiliki guru yang hebat, yakni Warren Buffett, investor saham Amerika Serikat, yang berhasil menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Ia memiliki 40-an buku tentang Warren Buffett, yang ia baca berulang-ulang. Ia sampai hafal di luar kepala petuah dan prinsip investasi Warren Buffett. LKH adalah murid yang disiplin. Ia bertindak dan bergaya hidup mirip Warren Buffett. LKH, misalnya, selalu mengikuti prinsip Buffett, be greedy when the others are fearful.

Kedua, Ia yakin dengan pilihan jalan saham untuk mencapai kesejahteraan finansial. LKH pernah bilang, investor saham bisa menjadi orang terkaya di dunia. Contohnya? Ya, Warren Buffett. Ia tidak tertarik instrumen investasi lain seperti deposito, emas atau obligasi. Baginya stock is the best investment alternative. Perlu dicatat bahwa LKH bukan seorang trader saham yang sibuk bertransaksi selama berjam-jam, harian atau mingguan. Ia adalah investor saham jangka panjang. Trading saham dapatnya uang receh, kalau investasi dapatnya uang besar, kata LKH sembari tersenyum.

Ketiga, LKH punya kemampuan menganalisis fundamental saham. Setiap semester saya selalu menemani LKH mengajar di kelas. Kami juga sering berdiskusi tentang saham ini dan itu. Kesan saya, LKH mirip kamus saham Indonesia berjalan. Ia amat paham kondisi sebagian besar perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Harap maklum, hobi LKH setiap hari adalah duduk berjam-jam di taman rumahnya yang asri sembari membaca empat harian bisnis dan ekonomi, serta laporan keuangan perusahaan. Buy what you know, know what you buy, kata LKH.

Keempat, seperti Warren Buffett, LKH setia dengan pilihan gaya dan strategi investasi value investing. Ia mencari perusahaan yang salah harga di bursa efek. Strateginya adalah membeli saham perusahaan yang bagus dengan harga murah. Kemudian ia simpan, menunggu dengan sabar, sampai suatu hari pasar sadar bahwa harga saham itu terlalu murah dan kembali naik ke harga wajarnya.

Untuk mengetahui harga saham murah atau mahal, Lo kheng Hong menggunakan indikator price to earning ratio (PER) saham. Menurut LKH, yang reasonable untuk dibeli adalah saham yang PER-nya di bawah lima kali. Saham tersebut sangat menarik dan potensial salah harga (underpriced). Tapi biasanya perusahaan yang sudah baik dan manajemennya bagus, PER-nya sudah di atas 10 kali. Artinya, menemukan saham bagus yang salah harga itu tidak mudah. Perlu keahlian, pengalaman, kebijaksanaan dan kadang intuisi.

Terakhir, LKH punya keberanian untuk membeli saham yang dihindari oleh kebanyakan investor. Seperti Warren Buffett, dalam memilih saham, berpikirlah secara independen, tidak tergantung apa kata atau tindakan orang lain.

Jika Anda merasa lelah dan kurang puas dengan hasil berspekulasi saham secara jangka pendek, mengapa tidak mencoba belajar dari LKH?



TERBARU

×