kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Babak baru dari Nokia

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Jumat, 24 Februari 2017 / 22:46 WIB
Babak baru dari Nokia

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Para Generasi X pasti masih ingat telepon genggam Nokia berbentuk pisang yang beredar pada tahun 1990-an yang trendi dan prestis. Bahkan di tahun 1987, Nokia telah memasarkan telepon genggam cityman yang masih berbentuk kotak seperti batu bata. Produk tersebut mungkin bisa disandingkan dengan ponsel iPhone bagi Generasi Milenial.

Namun, kehebatan Nokia sebagai pelopor telepon genggam tampaknya telah pudar. Produk Nokia terkini terasa biasa saja dan kurang laku di pasaran. Melihat kondisi ini, apa yang sebenarnya terjadi di balik merek legendaris dunia tersebut? Lantas, apa langkah strategis Nokia ke depan?

Pertama-tama, mari kita kenali perusahaan Finlandia yang telah berusia 151 tahun ini. Wow, kapan sih didirikannya? Tahun 1865. Hebat, bukan? Untuk perusahaan yang sudah jadi eyangnya eyang-eyang, untuk tetap bisa eksis di tengah gempuran pemain muda seperti Apple dan Samsung merupakan prestasi menakjubkan bagi Nokia.

Nokia Corporation (Euronext: NOKIA, Nasdaq: NOKIA, NYSE: NOK) berpusat di Espoo, Uusimaa yang masih berada dalam wilayah metropolitan Helsinki. Nama Nokia merupakan kependekan dari nama sungai Nokianvirta di selatan Finlandia.

Di tahun 2015, mereka mempekerjakan 114.256 pegawai. Omzet 2015 mencapai 23,33 miliar dan profit mencapai 1,68 miliar. Nokia Corporation termasuk 500 besar perusahaan dunia versi majalah Fortune.

Tampaknya masa depan Nokia masih akan cukup panjang. Seorang business angel bernama Risto Siilasma berperan aktif dalam mengarahkan perusahaan legendaris ini sejak pertengahan 2012 dalam posisi resmi sebagai Nokia Chairman. Posisi ini berbeda dari CEO, yang dipegang oleh Rajeev Suri.

Risto Siilasmaa memimpin transformasi terbesar abad ini dengan tiga transaksi penting. Pertama, menguasai kepemilikan NSN (Nokia Siemens Networks) secara mayoritas. Kedua, menjual Bisnis handset Nokia kepada Microsoft. Ketiga, akuisisi Alcatel-Lucent dan menjadikannya bagian dari Nokia.

Tiga transaksi tranformasional ini meningkatkan posisi Nokia secara strategis sebagai pemimpin teknologi yang masih bertahan. Ini dibuktikan dengan valuasi Nokia yang mencapai 13 kali lipat dalam dua tahun, yaitu dari 1,5 miliar menjadi 20 miliar.

Selain itu, Siilasma juga memimpin transformasi manajemen dengan menjadi anggota board of directors. Dengan filosofi Bisnisnya yang unik motivated by soft values, not maximum returns, Nokia telah menemukan malaikat penolongnya. Siilasma memadukan hard core teknologi dengan soft core sebagai nilai-nilai lembut.

Hubungan Siilasma dimulai ketika perusahaannya F-Secure menjadi pemasok perangkat lunak sekuriti bagi sistem operasi Symbian Nokia. F-Secure didirikan tahun 1988, kala Finlandia bukan negara high-tech.

Bagaimana soft values alias nilai-nilai lembut Siilasma yang diterapkan bisa membuat Nokia tidak jadi bangkrut?

Pertama, Ia menerapkan filosofi kepemimpinan entrepreneurial leadership. Intinya adalah perilaku sebagai seorang paranoid optimist. Ini bukan sekedar oxymoron atau contradictio in terminis.

Paranoid optimist tidak mempunyai tekanan pada salah satu, namun keduanya. Paranoid alias ketakutan diperlukan dalam mengambil keputusan di mana kesungguhan bertindak sangat dibutuhkan dalam eksekusi.

Optimistis juga sangat diperlukan sehingga para anggota tim tergerak dan bergerak dengan semangat. Semangat ini adalah energi positif.

Kedua, mampu membedakan mana yang terpenting dari antara yang penting. Selalu ingat akan masalah yang sedang dihadapi tentu penting, namun jangan selalu memperhatikan permasalahan tersebut dijadikan satu-satunya fokus pikiran.

Yang lebih penting adalah bagaimana kita dapat memfokuskan seluruh energi dan sumber daya agar dapat bekerja sama dengan sebaik mungkin agar hasilnya optimal. Dengan demikian, yang terpenting yaitu gol besar dalam merevitalisasi Nokia tercapai.

Ketiga, kabar baik maupun kabar buruk adalah fakta. Semua analisis dan pengambilan keputusan didasarkan akan data. Dengan filosofi paranoid optimism, kita perlu mendiskusikan seetiap masalah dan mempertimbangkan skenario pemecahannya.

Dalam skenario terburuk, seperti kemungkinan bangkrut, semakin penting semangat kerja dan saling mempercayai satu sama lain ditingkatkan.

Janganlah seorang peniup peluit atau whistleblower yang kerap mengacaukan rencana dihukum. Sering kali keberadaan mereka merupakan alarm pembangkit dari tidur atau blessing in disguise yang penting bagi sebuah rencana Bisnis ke depan.

Akhir kata, semangat revitalisasi Nokia bisa kita teladani. Dunia memperhatikan perusahaan ini dengan seksama. Mari, kita tunggu kejutan lainnya.



TERBARU

×