kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Pentingnya pasar domestik

oleh Yohanes B. Kadarusman, Ph.D - Faculty Member Prasetiya Mulya Business School


Senin, 17 Desember 2012 / 16:49 WIB
Pentingnya pasar domestik

Reporter: Yohanes B. Kadarusman, Ph.D | Editor: tri

SAAT ini, Indonesia dimasukkan sebagai salah satu negara kelompok The Next Eleven (N11). Negeri ini mengikuti jejak emerging countries lain, yang sudah tergabung dalam The BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) dalam pertumbuhan ekonomi.

Seperti negara anggota The BRIC, Indonesia merupakan negara besar, dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta, disertai pertumbuhan pasar domestik dan kelas menengah perkotaan yang cepat. Tidak mengherankan, McKinsey Global Institute memperkirakan dalam laporannya, Indonesia akan menyandang gelar sebagai perekonomian terbesar ketujuh dunia pada tahun 2030, dengan 135 juta konsumen serta pasar bernilai US$ 1.8 triliun.

Dapat disimpulkan, pasar domestik akan menjadi sangat menarik. Apalagi, jika ia dibandingkan dengan pasar di negara-negara maju yang saat ini masih diliputi oleh ketidakpastian.

Pertanyaannya, apakah potensi pasar dan konsumen domestik itu, mampu dimanfaatkan sepenuhnya oleh pengusaha dan perusahaan lokal Indonesia? Atau, justru prospek yang cerah itu hanya dinikmati oleh perusahaan asing?

Pertanyaan itu bisa diartikan, apakah industri manufaktur dalam negeri mampu bersaing dengan perusahaan global dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa konsumen di tanah air?

Pengalaman dari negara-negara seperti Brazil dan India, menunjukkan pentingnya pasar domestik untuk mendukung perusahaan lokal berinvestasi dalam mengembangkan kapabilitas inovasinya. Penyebab daya saing perusahaan dan industri lokal rendah ditengarai adalah lemahnya kapabilitas inovasi perusahaan. Kemampuan yang rendah itu terjadi di aspek procurement, produksi, rekayasa teknik, desain dan pemasaran.

Hasil diskusi kami dengan beberapa perusahaan lokal Indonesia, menunjukkan bahwa hambatan terbesar sebenarnya bukan terletak pada “how to make,” tetapi pada “how to sell” produk inovatif.

Ukuran pasar merupakan syarat utama bagi perusahaan yang ingin menghasilkan produk inovatif, karena berkaitan dengan tercapainya skala ekonomis dan cost competitiveness. Semakin besar pasar, semakin banyak unit produk yang dapat terjual, hingga biaya produksi rata-rata per unit produk semakin rendah.

Apabila pasar domestik semakin membesar, tentu potensi perusahaan lokal mencapai skala ekonomis serta cost competitiveness, ikut membesar pula. Skala ekonomis ini terutama penting bagi perusahaan lokal Indonesia, yang menanggung biaya produksi tetap relatif besar.

Pencapaian skala ekonomis ini yang sering kali menjadi hambatan bagi perusahaan-perusahaan lokal Indonesia untuk mengembangkan produk inovatif yang feasible serta mampu bersaing dengan perusahaan global di pasar domestik. Situasi berbeda dihadapi oleh perusahaan global. Korporasi kelas dunia bisa dengan mudah mencapai skala ekonomis karena memiliki global portfolio.


Selera lokal

Selain ukuran pasar domestik, daya beli konsumen turut mempengaruhi kemampuan perusahaan lokal untuk menghasilkan produk yang inovatif. Konsumen kelas menengah perkotaan di Indonesia, yang sekarang terlihat bertambah, merupakan cikal bakal pasar domestik yang lebih dinamis dan demanding.

Konsumen segmen ini diperkirakan akan lebih mementingkan desain dan kualitas produk serta keragaman produk yang ditawarkan daripada harga produk.

Jadi, perusahaan lokal Indonesia dituntut tidak hanya sekadar menghasilkan produk dengan harga terjangkau, tetapi membuat produk yang lebih berkualitas, variatif dan inovatif, yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dan pasar domestik.

Dalam hal ini, perusahaan lokal Indonesia memiliki keunggulan daripada perusahaan global. Penyebabnya, perusahaan dalam negeri dapat menyesuaikan produknya dengan selera konsumen domestik. Sebaliknya perusahaan kelas dunia tidak akan pernah menghasilkan produk yang memenuhi selera hanya untuk satu pasar. Produk perusahaan global adalah hasil kompromi antara berbagai selera yang berbeda, di berbagai negara atau wilayah.

Dengan pasar domestik yang lebih demanding, perusahaan lokal Indonesia dituntut untuk lebih inovatif, tidak hanya terbatas pada saat memasok produk ke pasar ekspor. Pasar domestik yang demanding berfungsi sebagai arena bagi perusahaan lokal Indonesia, untuk melakukan trial and success dan membangun kapabilitas inovasi di bidang desain, pengembangan produk, procurement, produksi, pengembangan merek dan pasar.

Bahkan, kapabilitas inovasi perusahaan lokal Indonesia yang sudah teruji di pasar domestik ini, dapat menjadi batu lompatan untuk mengeksplorasi pasar ekspor di emerging countries yang lain. Dengan demikian, kesempatan dan proses pembelajaran tidak semata-mata diperoleh perusahaan lokal Indonesia dari pasar ekspor, melainkan juga dari pasar domestik.

Indonesia masih membutuhkan sektor industri manufaktur yang kuat sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja. Bertumbuhnya pasar domestik dan konsumen kelas menengah perkotaan, membuka peluang bagi perusahaan lokal untuk meningkatkan daya saingnya, terutama melalui pengembangan kapabilitas inovasinya.

Menguatnya daya saing perusahaan Indonesia di pasar domestik menjadi kunci bagaimana industri manufaktur negeri ini mampu bertahan di saat negara tujuan utama ekspor terbelit krisis serta membanjirnya produk impor di pasar lokal.

Kesinambungan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sampai tahun 2030 nanti, akan ditentukan oleh investasi dan industri manufaktur dalam negeri. Ekonomi Indonesia di masa depan tidak ditentukan oleh investasi asing serta kiprah perusahaan global.    

Email: yohanes.kadarusman@pmbs.ac.id



TERBARU

×