kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Relevansi Leica di Era Digital

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Senin, 27 Maret 2017 / 19:03 WIB
Relevansi Leica di Era Digital

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Para penggemar fotografi pasti kenal betul dengan nama Leica. Jika pengguna Leica, bisa dipastikan Anda kenal dunia fotografi luar dalam, berkantong tebal, dan kritis akan keindahan dan kualitas. Dari survei terbaru, hanya 10% penggemar fotografi yang berniat membeli produk Leica dan hanya10% dari yang berniat tersebut yang sungguh-sungguh akan membeli.

Leica adalah kamera legendaris yang dari sisi merek tergolong dalam kategori passion luxury product. Dibandingkan wearable luxury product, seperti Louis Vuitton dan Gucci, produk-produk Leica hanya diminati oleh segelintir penggemar fotografi tingkat advanced.

Leica Camera AG adalah perusahaan optik Jerman yang memproduksi kamera dan lensa. Perusahaan ini dikenal dengan kamera rangefinder, viewfinder dan reflex. Prototipe Leica pertama diproduksi di pertengahan tahun 192-0an.

Dikenal dengan inovasinya yang luar biasa, ia memperkenalkan, image frame sideways dengan film 35 mm. Di masa itu, cine-camera de ngan film-strip lebih populer.

Leica generasi kedua tahun 1932, menggunakan rangefinder dan viewfinder dengan lensa interchangeable. Setahun berikutnya, generasi ketiga diperkenalkan dengan slow speed shutter control dan fast 1/1000th shutter speed. Generasi ketiga ini sangat populer hingga tahun 1950-an.

Dalam rangkamemperingati usia satu abad kamera pertamanya, Leica Camera AG memperkenalkan kamera digital tanpa displai, hanya dengan viewfinder. Sangat retro chic dan dijual di harga sekitar US$ 16.545. Ternyata, di era kamera digital dan smartphone super yang mudah digunakan, masih ada tempat untuk kamera super ini.

Sebagai bisnis, Leica mengalami banyak tantangan, selain demokratisasi teknologi fotografi yang kini sangat murah dan meriah. Strategi Bisnisnya, ternyata Leica hanya mempertahankan kekuatan sejarah dan kepercayaan konsumen akan kehebatan kamera ini.

Leica mempertahankan bentuk kamera ala tempo dulu yang berbentuk kontak. Tanpa lensa, tubuh kamera tersebut dijual seharga US$ 6.500 di AS. Sedangkan lensanya yang dikenal sangat tajam dan berkualitas tinggi, sangat baik digunakan dalam keadaan cuaca dan keredupan apapun.

Sebagai ikon kultural, Leica digunakan oleh para fotografer dan pengguna terkenal, seperti Henri Cartier-Bresson, Robert Capa, Robert Frank dan Ratu Inggris. Bahkan Steve Jobs - pendiri Apple- membandingkan kekuatan kamera iPhone dengan kamera Leica.

Tantangan teknologi dihadapi ketika lensa Leica yang membutuhkan sensor lebih peka dibandingkan dengan yang digunakan di dalam kamera digital, ternyata tidak kompatibel sebagai lensa telepon genggam. Lensa tersebut terlalu besar, sehingga tidak nyaman bagi pemakai.

Penolong Leica dari kebangkrutan adalah Andreas Kaufmann yang mempunyai saham minoritas di dalam perusahaan. Ia memperkenalkan kembali M Model dengan lensa yang dapat ditukar.

Pada tahun 2011 lalu, Leica kembali meraup laba setelah mendapat suntikan dana dari Blackstone Group, yang memegang 44% sahamnya. Data terakhir menunjukkan omzet 337 juta dengan kenaikan penjualan sekitar 35%.

Tantangan berikut Leica adalah menawarkan produk-produk berkualitas dengan price point yang tetap tinggi. Namun, harga tersebut dapat menjangkau para profesional fotografi.

Ini telah dimulai dengan meninggalkan kamera R Series yang diperkenalkan pada tahun 1976, karena dinilai tidak lagi kompatibel. Perkembangan teknologi fotografi mengharuskan Leica untuk meninggalkan Seri R dan memfokuskan diri pada Seri M.

Tidak banyak produk-produk passion luxury yang bisa bertahan lebih dari satu abad. Leica pantas mendapatkan acungan jempol untuk prestasinya tersebut. Dibandingkan dengan Kodak yang kini telah mengundurkan diri dari dunia industri kamera, Leica malah boleh dibilang semakin kinclong.

Digitalisasi kamera klasik Leica membuka pintu bagi pengembangan kelas produk baru. Kapabilitas, kualitas, kompatibilitas, dan kompetisi (4K) adalah kerangka strategi Bisnis Leica yang dipertahankan. Tentu saja peran sejarah dan aura majestik bentuk klasik yang dipertahankan tetap berperan.

Ketika afordabilitas elektronik dipadukan dengan kekuatan sejarah dan kualitas spektakuler teknologi optik legendaris, Leica mampu melontarkan diri kembali sebagai ikon kultural. Jika Anda mempunyai produk yang semakin tidak relevan, teladani jejak langkah Leica.

Carilah kompatibilitas baru dengan memanfaatkan data-data sejarah produk. Bentuk kelas produk baru, jika diperlukan. Leica tetap pemenang dan untuk mempertahankan status jawara. Nah, untuk itu kerangka 4K adalah kunci.



TERBARU

×