kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Saat Lo Kheng Hong Memeluk BUMI

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert Universitas Prasetiya Mulya


Senin, 07 Agustus 2017 / 18:28 WIB
Saat Lo Kheng Hong Memeluk BUMI

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Dua tahun terakhir ini banyak investor atau trader saham yang mengetahui bahwa Lo Kheng Hong (LKH) pernah memiliki saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Maklumlah, LKH mengoleksi saham BUMI dalam jumlah yang cukup besar.

Apalagi setelah harga saham BUMI terus turun sejak Maret 2013 dan sempat pingsan di harga terendah, yakni Rp 50 per saham pada periode Agustus 2015 sampai dengan Juni 2016. Mereka sering mengaitkan LKH dengan saham BUMI yang harganya tinggal Rp 50 alias gocap, dan kemudian berhasil menjualnya di harga sekitar Rp 500 per saham.

Tapi, banyak yang tidak tahu bahwa LKH pernah membeli saham BUMI sebelum harganya jatuh ke level terendah, yakni pada Januari 2009. Jadi, LKH juga sempat mencicipi masa kejayaan saham BUMI.

Mari kita belajar bagaimana LKH memanfaatkan kesempatan yang dilahirkan oleh krisis finansial global, atau istilah top lainnya subprime mortgage crisis, di tahun 2008 silam.

Harga saham BUMI mulai naik sejak awal 2007 di mana saat itu harga sahamnya sekitar Rp 900 per saham, lalu mencapai puncaknya pada awal Juni 2008, yakni di level Rp 8.750 per saham. Di awal 2008, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di level 2.830.

Akibat krisis finansial, pada bulan Oktober 2008, IHSG merosot dan menyentuh level 1.111. Padahal sebenarnya kinerja perusahaan-perusahaan publik di Indonesia masih bagus. Namun indeks saham tetap terimbas karena aliran dana asing yang keluar dari Bursa Efek Indonesia saat itu cukUp masif.

Ketika IHSG turun tajam, LKH memiliki saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), anak perusahaan PT Astra International Tbk (ASII) yang memproduksi komponen mobil dan sepeda motor. Karena saham AUTO ini termasuk saham yang kurang likuid alias jarang ditransaksikan oleh investor, harganya tidak turun seperti saham perusahaan lain yang likuid.

Saya ingin menjual saham saya yang tidak turun harganya ini untuk ditukar dengan saham-saham yang harganya turun tajam, LKH menjelaskan. Tetapi saat itu ia kesulitan menjual saham AUTO karena tidak ada investor yang memasang posisi beli.

Untung LKH teringat dengan salah satu pialang sahamnya yang memiliki klien PT Astra International Tbk (ASII). LKH lalu minta tolong pialang tersebut untuk menawarkan saham AUTO kepada ASII. LKH tahu bahwa ASII rajin membeli saham AUTO. Ternyata mereka bersedia membeli saham AUTO pada harga pasar atau harga wajar.

LKH senang sekali dan segera menggunakan uang hasil penjualan saham AUTO tersebut untuk membeli 12,5 juta saham BUMI di harga Rp 510 per saham pada Januari 2009. Ia tertarik dengan saham BUMI karena harganya sudah turun 95%. Dalam skenario LKH, jika krisis finansial berlalu dan harga batubara naik kembali, harga saham BUMI bisa melesat.

Skenario bagus inilah yang terjadi setelah LKH membeli saham BUMI. Ia memegang saham BUMI selama delapan bulan dan bisa menjualnya pada harga Rp 3.300 per saham, meraup keuntungan sebesar 550%. LKH berhasil menyulap modal yang semula Rp 6,4 miliar menjadi Rp 41,3 miliar dalam tempo hanya delapan bulan.

Ia menjual saham BUMI karena merasa harga saham BUMI telah naik cukUp tinggi, sehingga ada kekhawatiran harganya bisa turun lagi. LKH selalu ingat nasehat gurunya, Warren Buffett. Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful.

Apakah LKH tidak khawatir dengan isu tata kelola korporasi atawa corporate governance di BUMI? Pada waktu itu, tidak ada masalah dengan corporate governance BUMI, tegas LKH.

Ada cerita menarik di balik kesuksesan LKH menananmkan investasi di saham BUMI. Pada saat ia membeli saham BUMI, seorang sahabatnya, sebut saja namanya Mr. Polan, juga ikut membeli saham tersebut. Namun saat LKH menjual saham BUMI, Mr. Polan tidak ikut menjual. Ia malahan membeli terus saham BUMI karena sangat percaya harga saham BUMI akan kembali meroket ke level Rp 8.750 per saham.

Sejarah mencatat bahwa saham BUMI hanya bisa naik sampai Rp 3.450 di April 2011, lalu turun dan tidak pernah kembali ke titik tersebut. Saat ini harga saham BUMI adalah Rp 370. LKH sendiri, pasca menjual saham BUMI sebenarnya sempat ingin membeli kembali saham AUTO, namun tidak berhasil karena saham AUTO memang tidak likuid.

Pelajaran yang bisa dipetik, investor saham tidak boleh serakah dan harus tahu kapan merealisasikan keuntungan sembari mengucap syukur. Saat LKH merasa sudah cukup dengan keuntungan 550%, Mr. Polan masih memimpikan keuntungan yang jauh lebih besar. LKH dan Mr. Polan pernah bersama di posisi yang sama, yakni saham mereka sudah untung miliaran rupiah. Bedanya LKH sukses merealisasi keuntungan tersebut, Mr. Polan gagal.



TERBARU

×