kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Mengenal Etsy, Pasar Online Bagi Para Perajin

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar bisnis, berbasis di California


Selasa, 22 Agustus 2017 / 09:00 WIB
Mengenal Etsy, Pasar Online Bagi Para Perajin

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Kalau di Indonesia ada Kuka.co.id, sebelumnya telah ada Etsy.com yang bermarkas di Brooklyn, New York. Etsy berdiri tahun 2005. Satu dekade sesudahnya, ia go public dengan nilai US$ 266,6 juta dan harga per saham US$ 16. Saat ini, nilai Etsy mencapai US$ 2 miliar dengan 54 juta orang penjual kerajinan tangan.

Pendiri Etsy adalah Robert Kalin dan Josh Silverman, sebagai chief executive officer (CEO) terbaru yang diangkat bulan Mei lalu. Silverman pernah menjabat sebagai CEO Skype dan Evite. Sedangkan CEO sebelumnya Chad Dickerson, pernah memegang posisi chief technology officer (CTO) Etsy dari tahun 2006 hingga 2011.

Investor-investor besar adalah pemegang saham Etsy, termasuk Accel Partners, Index Ventures, Union Square Ventures dan Tiger Global Management. Posisi Etsy dalam konstelasi dunia dotcom e-commerce cukup menarik.

Etsy adalah marketplace alias pasar online bagi para perajin berbagai produk kerajinan tangan. Mulai lukisan abstrak, aksesori perak, sweater rajutan, hingga ukiran kayu dan website mungil. Jika Anda bekerja dari rumah dan menghasilkan produk kerajinan cottage industry alias industri rumahan, Etsy adalah tempat untuk menjualnya.

Bisa dimengerti mengapa Etsy adalah komunitas para hipster dan bohemian yang senang dengan produk-produk unik one of a kind di dunia. Barang-barang yang ditawarkan unik dan khas, tiada duplikatnya di dunia. Ini karena proses produksi sangat eksklusif, dikerjakan satu per satu.

Persyaratan cottage industry ini sangat jelas dalam terms and condition dan enforcement-nya ketat. Inilah faktor yang sangat membedakan Etsy dengan marketplace online lain, seperti eBay.

Salah satu Etsy seller paling berhasil adalah Alicia Shaffer, beromzet US$ 70.000 per bulan. Ia didepak dari sana tahun 2015, ketika ia ketahuan menjual barang-barang impor dari China buatan pabrik. Ini jelas melanggar aturan main Etsy, yang mengutamakan produk kerajinan tangan eksklusif dan cottage industry lokal.

Filosofi manajemen dan ekspansi bisnis Etsy juga sangat menarik. Di Eropa, pusat mereka di Berlin, London, Dublin dan Paris. Di Kanada berpusat di Toronto. Australia di Melbourne dan Jepang di Tokyo. Amerika Serikat Pantai Barat di San Francisco. Dasar pemikiran pemilihan kota-kota tersebut adalah keunikan setiap kota, yakni kultur berbeda-beda.

Perbedaan adalah aset kultural Etsy. Semakin berbeda kultur di suatu tempat, semakin kaya produk-produk kultural yang dihasilkan. Semakin kaya inventaris produk yang dijual Etsy.

Di kota-kota tersebut dibangun komunitas yang disebut Etsy Lab. Dalam laboratorium ini, para produsen diundang untuk saling belajar dan berbagi ilmu. Komunitas pembelajaran ini meningkatkan ketrampilan para anggota dalam segi produksi dan estetika (technical skills). Setiap Kamis diadakan business night.

Para peserta belajar segi-segi bisnis e-commerce, seperti memoles foto-foto agar tajam dan mengundang pembeli dan menggunakan berbagai fitur yang kurang dikenal (business skills). Serta mempelajari berbagai strategi pemasaran.

Intinya, Etsy sangat berorientasi artisan yang berwirausaha. Sebagaimana usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia yang perlu banyak dilatih keterampilan berbisnis, Etsy menggunakan jalur ini untuk outreach pembelajaran ke produsen dan konsumen. Apa yang bisa kita pelajari dari studi kasus Etsy?

Pertama, pegang teguh aturan main situs. Etsy adalah situs marketplace kerajinan tangan. Titik. Jika ada pelanggaran, perlu ditegur dan diperbaiki, karena bisnis e-commerce sangat mengandalkan diferensiasi produk. Tidak bisa segala macam produk dijual, karena akan membingungkan konsumen, branding dan positioning.

Kedua, bangun outreach offline. Bangun berbagai komunitas dan laboratorium agar brand situs tak hanya makin menggema, tapi memberi manfaat bagi banyak orang. Ada unsur ketulusan sosial di sana dan sangat powerful dalam bisnis. Ini disebut kekuatan organik.

Ketiga, kembangkan keterampilan para produsen. Ajarkan berbagai keterampilan yang membantu proses produksi dan marketing. Ingat, setiap anggota marketplace adalah mitra usaha. Ketika mereka sukses, sukses pulalah pemilik situs. Rangkul mereka dengan kesadaran tersebut.

Keempat, sumber pendapatan kreatif. Biaya listing sangat terjangkau, yaitu US$ 0,2 dan komisi per penjualan 3,5%. Selain itu, revenue berasal dari listing yang dipromosikan, checkout langsung, penjualan shipping labels dan pembayaran point of sale. Dengan USD 1.000 omzet per produsen Etsy per tahun, dengan 54 juta anggota, omzet perusahaan sekitar US$ 54 triliun. Sangat fantastis.

Akhir kata, hanya membidik sumber produk dengan jitu, perusahaan dapat menguasai pangsa pasar. Etsy adalah ratu dotcom barang-barang kerajinan dan terus merajai dunia maya.



TERBARU

×