kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Risiko investasi saham ternyata rendah

oleh Yohanis Hans Kwee - Komisaris PT Infinitum Advisory


Senin, 18 September 2017 / 08:20 WIB
Risiko investasi saham ternyata rendah

Reporter: Yohanis Hans Kwee | Editor: mesti.sinaga

Dengan memilih LQ45, maka investor sudah menghilangkan risiko likuiditas.Sebenarnya semua orang perlu melakukan investasi.

Bagaimana tidak? Kebutuhan hidUp seseorang akan semakin berkembang. Tetapi banyak orang yang masih terlalu konservatif dalam memilih instrumen investasi akibat mengkhawatirkan risiko yang mungkin ia alami.

Risiko masih menjadi salah satu pertimbangan terpenting bagi masyarakat dalam melakukan investasi. Padahal lazimnya, ketika seseorang menetapkan sebuah tujuan, risiko otomatis segera muncul.

Risiko sendiri dipandang sebagai sesuatu peristiwa atau keadaan yang bila terjadi menyebabkan tujuan yang sudah ditetapkan mungkin tidak tercapai. Tujuan tersebut bisa berupa tujuan keuangan, maupun tujuan lain di luar keuangan.

Tujuan ini juga muncul saat seseorang melakukan investasi. Ketika seseorang memulai investasi, pasti sebenarnya ada tujuan yang ingin dicapai.

Setiap investasi harusnya punya tujuan, seperti ingin membeli rumah atau untuk memenuhi biaya pendidikan anak dari hasil investasi tersebut.

Akan lebih baik lagi bila tujuan investasi tersebut jelas dan bisa dihitung. Seperti berapa lama investasi akan dilakukan dan seberapa besar harapan keuntungan (expected return) yang ingin diperoleh.

Dengan terukurnya hasil yang diharapkan serta jangka waktu investasi tersebut, seseorang bisa melakukan evaluasi terhadap pencapaian investasinya.

Tetapi, seperti sudah dikemukakan tadi, investasi juga memiliki risiko. Faktor risiko inilah yang membuat seseorang menjadi enggan menginvestasikan dananya, termasuk untuk berinvestasi di instrumen saham.

Padahal, saham merupakan salah satu instrumen investasi yang paling diminati di seluruh dunia. Dengan membeli saham, sebenarnya seseorang telah menjadi pemilik sebuah perusahaan.

Masalahnya, saat ini investasi saham sering dianggap sebagai investasi yang berisiko tinggi. Hal ini tidak lepas dari pemikiran high risk high return. Instrumen investasi yang menjanjikan keuntungan yang tinggi tentu akan memiliki risiko yang tinggi juga.

Ada beberapa risiko yang mungkin terjadi saat seseorang melakukan investasi di saham, salah satunya adalah turunnya harga saham atau capital loss. Banyaknya peristiwa ekonomi, politik, dan sosial, tentu akan membawa pengaruh pada harga suatu saham.

Belum lagi berita atau informasi yang terkait dengan industri maUpun perusahaan tersebut. Karenanya harga saham yang baik idealnya akan berfluktuasi setiap hari. Hal ini tentu saja akan membuka potensi terjadinya risiko dalam jangka pendek.

Selain risiko tersebut, ada juga risiko sebuah perusahaan terbuka tidak membayarkan dividen kepada pemegang saham. Dividen merupakan komponen kas yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham.

Dividen dibayarkan berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUpS). Risiko paling besar adalah tidak mendapatkan dividen. Meski begitu, risiko ini sebenarnya tidak menimbulkan kerugian uang bagi investor.

Risiko lain adalah risiko likuiditas atau risiko saham yang dibeli tidak dapat dijual kembali di pasar. Ada beberapa saham yang memang tidak terlalu likuid diperdagangkan di bursa, sehingga investor menemukan kesulitan ketika ingin menjual kembali saham tersebut.

Risiko ini sebenarnya mengacu pada spread atau selisih antara posisi bid dan ask di pasar. Bila selisih ini terlalu lebar, tentu dapat menimbulkan risiko kerugian bagi investor.

Selain itu ada risiko inflasi, yaitu risiko ketika hasil investasi saham tidak lebih tinggi dari pada inflasi. Inflasi sendiri adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode tertentu.

Tentu bila hasil investasi di bawah inflasi, lebih baik investor segera mengonsumsi uangnya dengan membeli barang atau jasa yang dibutuhkan dan tidak perlu melakukan investasi.

Wajar saja, karena investasi merUpakan proses menunda konsumsi, dengan harapan bisa memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan.


 

Saham bagus

Membeli saham sama dengan membeli perusahaan. Maka bayangkan berapa banyak kemudahan yang didapatkan ketika seseorang membeli saham di bursa, bila dibandingkan mendirikan perusahaan atau membeli perusahaan di luar bursa saham, lalu mengoperasikannya.

Sebuah perusahaan yang baru berdiri rata-rata gagal dalam beberapa tahun awal pendiriannya dan cenderung sulit berkembang. Hanya beberapa persen perusahaan yang baru berdiri bisa sukses dan mampu bertahan sampai bisa go public.

Demikian juga ketika membeli perusahaan, maka banyak waktu dan tenaga yang diperlukan untuk mengoperasikan perusahaan tersebut.

Sedangkan perusahaan yang sudah berhasil masuk ke bursa efek biasanya sudah beroperasi lama dan teruji oleh waktu dan mampu menghasilkan keuntungan, sehingga bisa tercatat di bursa.

Artinya risiko berinvestasi di saham atau perusahaan di bursa sebenarnya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan melakukan investasi secara langsung di sebuah perusahaan atau mendirikan perusahaan di luar bursa.

Coba pikirkan kembali tentang risiko investasi saham yang dijabarkan di atas. Bayangkan bila investor hanya memilih saham yang memiliki fundamental bagus dan likuid saja.

Untuk kasus bursa di Indonesia, atau yang kita kenal dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat indeks LQ45, di mana terdapat 45 saham yang tergabung di dalamnya.

Saham-saham tersebut dianggap sebagai saham yang aktif diperdagangkan dalam kurun waktu bulan terakhir. Artinya, dengan memilih salah satu dari 45 saham tersebut, seorang investor pada dasarnya sudah menghilangkan risiko likuiditas. Bahkan bisa dibilang, risiko likuiditas itu tidak ada.

Bagaimana dengan risiko turunnya harga saham atau capital loss, risiko tidak dibayarnya dividen dan risiko inflasi?

Ketiga risiko ini sebenarnya mengacu pada pencapaian keuntungan yang di bawah ekspektasi yang diharapkan. Bila seorang investor bisa mendefinisikan expected return dan jangka waktu investasi, tentu risiko ini dapat dimitigasi.

Investasi di saham sebenarnya hanya cocok bagi dana yang menganggur di atas lima tahun. Hal ini karena sejarah membuktikan, rata-rata indeks harga saham di seluruh bursa di seluruh dunia mempunyai kinerja positif ketika investasi dilakukan dalam periode di atas lima tahun.

Artinya, bila investasi saham kita sama dengan indeks, maka bila dilakukan investasi dengan periode lebih dari lima tahun, maka investor tidak akan mengalami kerugian.

Risiko yang identik dengan fluktuasi harga cenderung mengecil ketika horizon waktu investasi ditarik menjadi lebih panjang. Dalam jangka panjang, realisasi return dari sebuah saham cenderung mendekati expected return yang diharapkan.

Artinya, dengan memperhatikan jangka waktu kebutuhan dana, maka investor jangka panjang pada saham mampu menekan risiko investasinya.

Dengan demikian, bila seorang investor melakukan investasi di saham-saham yang memiliki fundamental bagus dan terkenal likuid, maka sebenarnya risiko investor sudah menjadi relatif lebih kecil.

Saham-saham yang masuk golongan tersebut misalnya adalah saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Astra International (ASII), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA) dan sederet nama besar lainnya.

Perusahaan-perusahaan tersebut sudah teruji oleh waktu dan dikenal mampu mencatatkan keuntungan dari tahun ke tahun.

Selain likuid dan sahamnya aktif diperdagangkan, harga saham perusahaan-perusahaan tersebut juga cenderung bergerak naik dari tahun ke tahun, mengikuti fundamental value perusahaan tersebut.

Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut juga positif. Perusahaan tersebut dari tahun ke tahun mencatatkan keuntungan, sehingga nilai perusahaan meningkat.

Dengan demikian, dalam jangka panjang, harga saham perusahaan tersebut di bursa juga akan menyesuaikan dengan nilai tersebut.

Oleh karena itu, bila investor memperhatikan horizon kebutuhan dana dan melakukan investasi saham dalam jangka panjang, maka sebenarnya risiko yang dihadapi jadi lebih rendah. Jadi apakah masih beranggapan bahwa investasi saham berisiko tinggi?

Selamat berinvestasi saham. Yuk, nabung saham.



TERBARU

×