kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Biaya bank menggerus habis tabungan Anda

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Keuangan dan Staf Pengajar FEB-UI


Selasa, 19 September 2017 / 09:05 WIB
Biaya bank menggerus habis tabungan Anda

Reporter: Budi Frensidy | Editor: mesti.sinaga

Nasihat orangtua di rumah dan guru di sekolah mengajarkan menabung di bank adalah kebiasaan baik, bermanfaat, aman, dan menguntungkan. Karena, menabung di bank akan mendapatkan bunga secara periodik.

Dengan suku bunga yang sangat rendah, sementara biaya administrasi justru naik, apakah menabung di bank masih menguntungkan?

Jika tidak cermat, tabungan Anda di bank bisa habis seperti pengalaman seorang kenalan saya. Tabungannya berisi ratusan ribu rUpiah habis, padahal dia tidak pernah mengambilnya.

Seiring tingginya biaya operasional dan kualitas pelayanan, sah-sah saja bila bank menaikkan biaya administrasi untuk para penabungnya.

Apalagi, jika kita memahami bisnis bank dengan dua sumber pendapatan utamanya, yaitu keuntungan dari selisih bunga pinjaman atas bunga simpanan dan fee-based income.

Contoh dari fee-based income adalah, sekarang meminta referensi bank, transfer ke bank lain, cetak mutasi rekening koran, buka rekening, tutup rekening, ganti buku tabungan, atau ganti kartu ATM, semuanya dikenakan biaya.

Intinya, untuk setiap pelayanan dan jasa yang diberikan, bank akan mengenakan biaya sebagai sumber pendapatannya.

Ingin tahu lebih banyak tentang ini, saya pernah mencari informasi seputar KPR atau refinancing KPR yang ditawarkan sebuah bank swasta besar terkemuka.

Ternyata, biaya yang dikenakan kepada debitur sangat banyak yaitu biaya appraisal, administrasi KPR, provisi, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, cek sertifikat, biaya notaris (PK dan APHT), serta akta jual beli dan balik nama.

Total biaya ini mencapai 4,46% dari jumlah kredit. Dengan embel-embel fee-based income, bank memanfaatkan ketidakberdayaan nasabah yang cuma bisa pasrah menerimanya.

Kembali ke cerita tabungan yang habis, kita sebenarnya bisa menghitung dengan pasti kapan tabungan seseorang akan habis.

Ini adalah persoalan mencari atau jumlah periode yang membuat sejumlah dana/utang (PV) akan habis atau lunas jika diambil/dibayar sejumlah tertentu (PMT) sama besar setiap periodenya pada suku bunga (rate) tertentu.

Sebagai ilustrasi, seorang pensiunan mempunyai tabungan atau deposito Rp 200 juta dari hasil kerja selama 30 tahun.

Dana itu disimpannya di sebuah bank yang memberikan bunga bersih 6% per tahun, dengan bunga dihitung tiap bulan dan tidak ada biaya administrasi.

Jika untuk keperluan biaya hidUp, dia mengambil Rp 4 juta per bulan, dalam berapa lama uang itu akan habis?

Jika Anda menjawab 50 bulan, logika keuangan Anda belum terasah. Dengan matematika keuangan, kita akan mendapatkan jawaban yang benar adalah 57,7 bulan.

Dengan Excel, kita bisa menghilangkan satuan juta dan cukUp mengetikkan =nper(0.5%,-4,200) kemudian tekan enter. Dengan menggunakan kalkulator finansial, dalam sepersekian detik kita juga akan mendapat hasil yang sama, 57,7 bulan.

Ini berarti, pensiunan itu bisa mengambil uang sejumlah Rp 4 juta setiap bulan selama 57 bulan. Pada bulan ke-58, dia masih dapat mengambil uang untuk terakhir kalinya, namun jumlahnya tidak sampai Rp 4 juta.

Perhatikan kalau uang Rp 200 juta itu akan habis dalam 50 bulan bila tidak mendapat bunga. Di banyak negara maju, produk seperti di atas ditawarkan dengan nama anuitas yaitu menyetor sejumlah uang tertentu untuk diambil secara periodik hingga habis.

Setelah memahami ilustrasi di atas, mestinya tidak ada yang aneh dengan kasus tabungan di bank menjadi habis. Misalkan, suku bunga tabungan hanya 1% per tahun kotor atau 0,8% per tahun, dan 0,067% per bulan setelah pajak.

Sementara biaya administrasi dan kartu ATM per bulan kini sudah di kisaran Rp 20.000. Tabungan saya di sebuah bank BUMN malah kena biaya bulanan Rp 21.000, yaitu Rp 11.000 untuk biaya administrasi rekening dan Rp 10.000 untuk biaya administrasi kartu.


 

Selama bunga yang dihasilkan tabungan itu tidak cukUp untuk membayar biaya administrasi, simpanan tersebut bakal habis meskipun tidak ada pengambilan.

Saldo tabungan akan stabil jika besar tabungan Rp 200.000 / 0,067% atau Rp 29,85 juta. Saldo tabungan akan meningkat (berkurang) setiap bulannya kalau tabungan lebih (kurang) dari Rp 10 juta. Asumsikan tidak ada setoran tabungan kecuali saldo awal.

Jika saldo tabungan awal Rp 1 juta, maka dalam 50,9 bulan tabungan akan habis. Pada praktiknya, bank yang saya datangi di atas ternyata tidak membayarkan bunga untuk saldo di bawah Rp 1 juta dan bunga 0,7% per tahun diberikan hanya untuk saldo tabungan di atas Rp 1 juta hingga Rp 5 juta dan 0,85% untuk saldo Rp 50 juta sampai Rp 500 juta.

Hitungan menjadi jauh lebih mudah yaitu tabungan akan habis dalam 50 bulan untuk yang berisi Rp 1 juta.

Kalau sudah begini, mana ada yang percaya lagi kalau menabung di bank bisa membuat kita kaya? Tip dari saya, jangan mencari bank yang biaya administrasi bulanannya besar.

Mulailah menabung di bank jika simpanan Anda sudah beberapa juta rUpiah, kecuali jika Anda rela saldo tabungan terus terkuras meski tidak pernah diambil.

Jangan juga menaruh dana berlebihan di tabungan, maksimal untuk tiga bulan pengeluaran, karena tabungan berbunga rendah.

Terakhir, cukUp punya satu tabungan saja jika gaji Anda belum belasan juta rUpiah dan maksimal dua tabungan bila penghasilan menembus belasan hingga puluhan juta rUpiah sebulan.

Buat apa memiliki banyak rekening bank hanya untuk menunjukkan Anda orang yang punya uang banyak. Zaman sekarang kita tidak perlu high profile apalagi high profile with low income. Orang-orang sukses umumnya justru low profile, but high income.



TERBARU

×