kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Jiwa Microsoft Satya Nadella

oleh Jennie M. Xue - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Minggu, 19 November 2017 / 09:00 WIB
Jiwa Microsoft Satya Nadella

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Chief Executive Officer (CEO) Microsoft Satya Nadella telah bekerja lebih dari 22 tahun ketika ia diangkat sebagai eksekutif nomor satu di sana dan telah menghasilkan miliaran dollar Amerika Serikat (AS). Ia berhasil mengubah kultur korporat Microsoft.

Nadella lahir di Hyderabad, India tahun 1967. Ayahnya pegawai negeri yang ekonom dan ibundanya dosen Bahasa Sansekerta. Ia mengenyam pendidikan SMA di SMU Negeri Begumpet Hyderabad dan Sarjana Insinyur Listrik diraihnya di Manipal Institute of Technology di tahun 1988.

Ia berangkat ke AS untuk studi S2 Ilmu Komputer di University of Wisconsin-Milwaukee dan menerima gelar di tahun 1990. Selanjutnya, ia meraih MBA di University of Chicago. Sebelum bergabung dengan Microsoft di 1992, ia bekerja untuk Sun Microsystems.

Nadella mengakui, ia adalah produd "American Dream", yang berawal dari kekagumannya akan teknologi dan kebijakan imigrasi AS yang kini ia nikmati hingga menjadi warga negara. Ini semua membuatnya sangat antusias mendukung kebijakan Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA).

Dinesh D'Souza, salah satu pundit favorit AS yang juga berasal dari India pernah menulis, hanya di AS-lah seseorang dapat menjadi diri mereka terbaik sesuai keahlian masing-masing tanpa dikungkung berbagai stigma kelas sosial dan kasta. Baik Nadella maupun D'Souza sama-sama mengakui persamaan kesempatan (equal opportunity) di AS yang tidak mereka rasakan di India.

Di Microsoft, Nadella melakukan beberapa gebrakan, termasuk pemindahan ke cloud computing, membangun infrastruktur cloud terbesar di dunia, mentranformasi kultur dari client services ke cloud infrastructure and services dan meningkatkan pendapatan cloud services ke US$ 20,3 miliar dari US$ 16,6 miliar. Untuk ini, bonus yang ia terima di tahun 2016 mencapai USD 18 juta.

Tepat 4 Februari 2014, Nadella ditunjuk sebagai CEO Microsoft menggantikan Steve Ballmer. Pencapaian luar biasa untuk seorang imigran asal India. Salah satu statemen pentingnya sebagai CEO adalah pentingnya posisi perempuan dalam suatu korporasi. Sehingga semestinya perempuan tidak perlu minta kenaikan gaji. Sebaliknya, sistem korporasilah yang semestinya tidak mendiskriminasi gender, sehingga kepercayaan penuh dapat dinikmati semua pekerja.

Arah bisnis Microsoft juga semakin mulus semenjak Nadella menjadi CEO. Ia memulai kerja sama dengan Apple, Salesforce, IBM, dan Dropbox. Bahkan ia memulai kampanye "Microsoft Loves Linux." Microsoft semakin manusiawi dan bersinergi.

Filosofi bisnis Nadella menggantikan versi Bill Gates. Dulu, Bill Gates berpegang pada, setiap komputer di dunia menggunakan Microsoft. Kini, ayah dua anak berkebutuhan khusus ini berpegang kepada "empowering every person and organization on the planet to achieve more."

Jelas bedanya, kan? Versi Bill Gates lebih berfokus pada gol temporer. Sedangkan versi Nadella merupakan misi jangka panjang. Standing up to what's right is fundamental to Microsoft's progress. Inilah keyakinan Nadella. Microsoft perlu memposisikan diri sebagai salah satu penegak standar dunia. Sebagai CEO dan salah satu pemimpin, ia mengajak pemimpin di dunia dalam berbagai skala, turut menegakkan standar kemanusiaan.

Bukunya yang berjudul Hit Refresh sangat sesuai dengan filosofi hidup dan bisnis. Alasannya, terkadang kita perlu tekan tombol "refresh" atau "reload" jika tiba waktunya. Tidak perlu berkecil hati berbuat sesuatu, bahkan memulai kembali karena perubahan akan terjadi.

Ada empat mindset penting yang ia jalankan. Pertama, one thing that's constant is change and how one copes, deals and thrives with it. Perubahan akan selalu ada, jadi biasakan diri menghadapi, mengatasi dan melampauinya dengan berbagai skill dan kemampuan beradaptasi.

Kedua, You've got to be bold and right. If you're not bold, you wouldn't do much of anything. If you're not right, you'd be dead. Beranilah berbeda dan menunjukkan apa yang benar. Tanpa keberanian, tidak bisa mencapai apapun. Tanpa menjadi pihak yang benar, sulit menang.

Ketiga, be present. e confident. Hadirlah dan percaya kemampuan diri sendiri. Yang dimaksud hadir di sini bukan hanya fisik, tapi secara pikiran, mental, dan emosi. Dengan hadir, kita selalu ditempa oleh situasi sehingga mampu mengenali kemampuan diri sendiri.

At last, be empathetic. Inovasi hanya dapat berjalan apabila kita memiliki empati terhadap konsumen. Apa yang dibutuhkan customer? Pandanglah dunia dari kacamata mereka, bukan semata dari perspektif bisnis berprofit tebal.

Akhir kata, Microsoft semakin dewasa dalam berbisnis dan memposisikan diri. Dunia yang semakin chaotic ini membutuhkan CEO-CEO dengan EQ dan humanisme tinggi seperti Nadella. Semoga di Indonesia semakin banyak CEO seperti dia.



TERBARU

×