kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Penting Disiplin Rebalancing

oleh Budi Frensidy - Staf Pengajar FEB UI dan Penasihat Investor Institusi


Senin, 13 November 2017 / 17:30 WIB
Penting Disiplin Rebalancing

Reporter: Budi Frensidy | Editor: hendrika.yunaprita

Bagian penting yang tidak boleh dilupakan dalam manajemen portofolio adalah melakukan re-balancing. Jika terhadap ban-ban mobil saja kita perlu melakukan spooring dan balancing setiap servis berkala, ada keperluan yang sama untuk portofolio Anda.

Disiplin rebalancing melibatkan strategi untuk melakukannya. Dalam praktik, para manajer portofolio dan investor institusi umumnya menerapkan strategi rebalancing berdasar kalender atau persentase portofolio.

Rebalancing berdasarkan kalender meliputi review dan penyesuaian sebuah portofolio sesuai target pembobotan yang sudah ditentukan dan dilakukan secara periodik. Misalnya, setiap bulan, triwulan, semester, maupun tahunan. Saat ini rebalancing setiap tiga bulan adalah yang paling populer. Sebagian besar manajer investasi melakukan review, monitoring, dan penyusunan strategi baru setiap tiga bulan. Itu juga yang kami lakukan selama ini bersama divisi investasi dan komite investasi sebuah perusahaan asuransi BUMN yang 95% dari total asetnya tertanam dalam investasi.

 

Kalender

Misalkan, ada tiga kelas aset dalam portofolio investor dengan proporsi target 45%, 40%, 15%, dan kebijakan investasi mensyaratkan rebalancing dilakukan setiap awal bulan. Dengan demikian, setiap kali rebalancing dilakukan, proporsi aset akan dikembalikan ke rasio 45/40/15 tersebut. Rebalancing secara kalander adalah disiplin rebalancing yang paling sederhana karena tidak memerlukan pemantauan nilai portofolio secara kontinu sebelum datangnya waktu rebalancing.

Jika frekuensi rebalancing dirasakan pas dengan volatilitas portofolio yang ada, rebalancing kalender akan juga dipandang memadai untuk memastikan portofolio tidak menyimpang jauh dari target jangka panjang. Kelemahan yang melekat dalam disiplin ini adalah strategi itu tidak mempertimbangkan kondisi pasar. Pada tanggal dilakukannya rebalancing, sebuah portofolio mungkin sangat dekat dengan proporsi optimal atau berada jauh darinya. Dalam kasus portofolio aktual masih berada di sekitar target, manfaat rebalancing tidak banyak dan mungkin lebih kecil dari biayanya. Di ekstrem lain, ketika portofolio jauh dari target, investor harus mengalami biaya rebalancing yang besar akibat gejolak pasar yang terjadi.

 

Persentase Portofolio

Strategi rebalancing lain yang juga populer adalah rebalancing berdasarkan persentase portofolio. Disiplin ini mensyaratkan ditentukannya ambang batas (threshold) untuk dilakukannya rebalancing, yaitu batas persentase nilai portofolio. Jika target bobot sebuah kelas aset adalah 40% dari total portofolio, threshold bisa saja ditetapkan 35% sampai 45% atau 40% 5%. Selama nilai portofolio kelas aset itu berada di kisaran 35% hingga 45%, tidak perlu rebalancing. Namun, rebalancing akan langsung dilakukan jika persentase aset itu keluar dari koridor 35%-45%. Deviasi sebesar 5% atau angka lain, katakan 4%, bisa ditentukan tanpa dasar yang jelas sehingga pendekatan seperti ini disebut pendekatan ad hoc.

Ilustrasi lain, sebuah portofolio terbagi dalam tiga kelompok aset yaitu saham, obligasi, dan deposito, dengan target rasio 45:40:15. Koridor proporsi bisa saja ditetapkan menjadi 45% 4,5%, 40% 4%, dan 15% 1,5%. Jika suatu saat portofolio aktual berubah menjadi 50:36:14, maka batas atas untuk kelompok saham terlewati sehingga komposisi aset akan di-rebalancing menjadi 45:40:15.

Dengan disiplin ini, tanggal rebalancing dapat terjadi kapan saja. Dibanding rebalancing kalender, terutama untuk frekuensi yang lebih rendah seperti semesteran dan tahunan, strategi rebalancing ini memerlukan pengawasan lebih ketat terhadap penyimpangan yang terjadi, dengan terus melakukan monitoring terhadap dinamika pasar. Karena itu, disiplin ini memerlukan dukungan kustodian yang melaporkan posisi portofolio dengan benar dan memproses serta mengomunikasikan nilai portofolio dan nilai kelas aset masing-masing setiap harinya.

Pertanyaan kritis yang timbul dengan disiplin rebalancing persentase portofolio ini adalah: bagaimana menentukan koridor yang benar untuk masing-masing kelas aset? Meskipun investor seringnya menetapkan koridor secara ad hoc seperti contoh di atas, literatur keuangan menyatakan, sedikitnya ada empat faktor yang harus diperhatikan untuk penetapan koridor yang pas. Yaitu, biaya transaksi, toleransi terhadap risiko, korelasi dengan kelas aset lain, dan volatilitas dari aset-aset yang ada.

Semakin mahal biaya untuk bertransaksi sebuah kelas aset atau semakin rendah likuiditas aset itu di pasar, semakin lebar koridor untuk aset itu karena dalam keadaan apa pun, manfaat dari rebalancing harus sama atau lebih besar daripada biayanya. Semakin tinggi toleransi seorang investor terhadap risiko atau semakin rendah sensitivitas investor terhadap penyimpangan portofolio dari target, maka semakin lebar koridor yang ditetapkan.

Korelasi juga berperan penting dengan prinsip, koridor perlu dibuat lebih lebar untuk aset-aset yang berkorelasi tinggi dan lebih sempit untuk yang berkorelasi rendah. Untuk faktor yang keempat, volatilitas yang lebih tinggi akan menyebabkan koridor yang lebih sempit, ceteri paribus. Aset yang volatil akan mudah bergerak menjauh dari target sehingga penyimpangan yang kecil harus segera diperbaiki sebelum deviasi terlalu besar.

Praktiknya, kedua disiplin di atas bisa saja digabung menjadi rebalancing kalender dan persentase portofolio sekaligus. Yaitu, rebalancing secara periodik tetapi hanya dilakukan kalau komposisi aset ada di luar koridor yang ditetapkan. Namun yang perlu diingat, tidak ada rebalancing jika alokasi aset masih berada dalam koridor.

Terakhir, selain kedua disiplin rebalancing di atas, literatur keuangan masih mencatat tiga strategi rebalancing lain dari Perold-Sharpe, yakni buy and hold, constant mix, dan constant proportion. Nah, saya akan menuliskannya pada kesempatan lain.



TERBARU

×