kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Rebalancing ala Perold-Sharpe

oleh Budi Frensidy - Staf Pengajar FEB-UI dan Penasihat Investor Institusi


Senin, 20 November 2017 / 09:00 WIB
Rebalancing ala Perold-Sharpe

Reporter: Budi Frensidy | Editor: hendrika.yunaprita

Disiplin rebalancing berdasarkan kalender atau persentase portofolio atawa gabungan keduanya yang dibahas bulan lalu, dalam pandangan Perold-Sharpe (1988) adalah strategi constant mix.

Dalam melakukan analisisnya, Perold-Sharpe mengasumsikan portofolio sederhana dengan dua aset: satu berisiko dan lainnya tidak berisiko. Lengkapnya, inilah tiga strategi rebalancing ala Perold-Sharpe: buy and hold, constant mix, dan constant proportion.

Berikut penjelasan lengkapnya:

Buy and hold

Strategi ini ialah strategi pasif dalam membentuk komposisi aset awal. Misalnya, 60% saham dan 40% deposito atau aset tidak berisiko lain, dan membiarkannya setelah pembelian awal. Apapun yang terjadi di pasar, tak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap bobot yang ada. Strategi tidak melakukan apa-apa ini akan membuat proporsi yang terjadi bergerak liar.

Investasi dalam deposito atau surat berharga negara berjangka pendek yang bersifat bebas risiko dan untuk memudahkan analisis, diasumsikan memberikan return nol persen. Sebab, return untuk aset ini seringnya memang sangat rendah di Amerika Serikat. Aset ini sejatinya adalah kas. Dalam strategi buy and hold, nilai aset tak berisiko itu mencerminkan batas bawah dari nilai portofolio.

Jika total investasi adalah US$ 100.000 dan proporsi awal saham serta aset tak berisiko adalah 60:40, maka nilai portofolio tidak akan pernah turun di bawah US$ 40.000. Nilai portofolio selalu US$ 40.000 plus nilai investasi saham.

Nilai portofolio menjadi fungsi linier dari investasi aset berisiko (saham). Meskipun memiliki batas bawah, tidak ada batas atas untuk nilai portofolio. Return portofolio sepenuhnya tergantung bobot dalam saham dikalikan dengan return dari portofolio saham itu.

Dalam kasus tersebut, jika return portofolio saham yang diperoleh adalah 10%, maka imbal hasil portofolio keseluruhan adalah 0,6 x 10% = 6%. Komposisi akhir portofolio juga tergantung pada kinerja saham.

Dalam kondisi ekstrem, bobot menjadi 40:0 bila harga saham turun 100% dan menjadi 75:25 jika kenaikan harga saham mencapai 100% yaitu 120:40. Soalnya, investasi saham melonjak, dari 60 menjadi 120. Proporsi saham yang lebih besar menuntut toleransi risiko yang juga lebih besar. Oleh karena itu, strategi buy and hold ini cocok untuk investor yang toleransi risikonya berhubungan positif dengan kekayaan dan kinerja pasar saham.

 

Constant mix

Strategi kedua ini adalah strategi aktif dalam merespons perubahan yang terjadi di pasar. Jika seorang investor sudah menetapkan bobot 60% ekuitas dan 40% aset tak berisiko, maka setiap kali dilakukan rebalancing, investasi dalam saham akan dikembalikan menjadi 60% dari nilai portofolio. Strategi tersebut berusaha mempertahankan karakteristik risiko yang sama dari sebuah portofolio dari waktu ke waktu.

Dalam kondisi pasar yang sedang bullish atau bearish berkelanjutan, investor dengan strategi ini mesti sering melakukan rebalancing. Kebijakan penyesuaian ini akan mengakibatkan kinerja yang lebih buruk dari strategi buy and hold.

Dalam kondisi bullish, investor mesti terus mengurangi proporsi sahamnya, sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi berkurang. Sebaliknya, dalam kondisi bearish, investor harus menambah proporsi sahamnya, sehingga kerugian akan membengkak.

Strategi constant mix akan memberikan return yang terbaik dan lebih tinggi dibandingkan dengan strategi-strategi lainnya. Return terbaik itu saat pasar ekuitas bergerak turun naik atau pada pasar yang ditandai dengan reversal, bukan tren.

Strategi ini bersifat kontrarian dan menyediakan likuiditas ke pasar dengan mengambil posisi yang kurang populer. Membeli saham saat harganya sedang jatuh dan menjual ketika harganya naik memberi likuiditas yang diperlukan pasar.

Strategi tersebut konsisten dengan toleransi risiko yang bergerak searah dengan kekayaan. Seorang investor dengan toleransi risiko seperti itu cenderung memegang saham pada semua tingkatan kekayaan.

 

Constant proportion

Strategi aktif lain adalah constant proportion. Strategi ini dinamis dalam menjaga target alokasi ekuitas sebagai fungsi dari nilai portofolio dikurangi batas bawah (floor). Perbedaan strategi ketiga ini dari sebelumnya bisa dinyatakan dengan persamaan berikut:

Target alokasi untuk saham = m x (nilai portofolio batas bawah). Dalam strategi buy and hold, besarnya m adalah 1 dan dalam strategi constant mix 0 < m < 1. Dalam strategi constant proportion, m > 1.

Strategi ini berkebalikan dengan strategi aktif constant mix, seperti analisis fundamental berbeda dengan analisis teknikal. Jika constant mix mengarahkan untuk menjual saham saat naik dan membeli saat turun, strategi itu justru menjual saat harga saham turun dan membeli saat harga saham naik.

Dengan strategi ini, porsi saham akan meningkat tinggi ketika pasar bullish. Dan sebaliknya, turun hingga sangat minimal saat pasar bearish.

Srategi ini memberikan return yang lebih tinggi ketika pasar sedang rally bullish dan juga lebih baik ketika pasar bearish. Kondisi sebaliknya terjadi dengan strategi itu kalau pasar flat dengan banyak reversal (turun naik) tanpa ada tren naik atau turun yang tetap. Strategi tersebut berusaha memanfaatkan momentum dan likuiditas yang disediakan investor dengan strategi constant mix.



TERBARU

×