kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Kompetensi dan gaya kepemimpinan

oleh Prof. Andreas Budihardjo - Professor of Human Resource Management Prasetiya Mulya Business School


Senin, 11 Maret 2013 / 13:13 WIB
Kompetensi dan gaya kepemimpinan

Reporter: Prof. Andreas Budihardjo | Editor: tri

Lingkungan usaha semakin kompetitif dan mengglobal,  yang menuntut perusahaan atau organisasi dikelola profesional.  Banyak perusahaan asing mulai dari ritel, jasa, restoran, manufaktur, sampai bank beroperasi di Indonesia. Lingkungan usaha cenderung berubah sejalan perkembangan teknologi dan tuntutan pelanggannya. Para pebisnis harus  mampu mengantisipasi semua itu agar perusahaan yang dipimpinnya makin maju dan bertumbuh.

Fakta menunjukkan semua organisasi antara lain perusahaan, sekolah, pemerintahan, bahkan politik, harus mampu menjawab tantangan secara tepat agar mencapai sasarannya. Tak sedikit perusahaan besar yang jatuh dan tutup  karena tidak  dikelola dengan baik. Kepemimpinan yang tepat membuat perusahaan mampu mencapai sasarannya, bahkan tumbuh dan bertahan.

Persaingan ketat mengharuskan pemimpin mampu menganalisis dan memprediksi situasi masa depan serta menentukan misi, visi, dan sasaran yang akan dicapai. Sasaran organisasi bersifat multidimensional, artinya bukan hanya bersifat finansial. Tapi juga berupa kepuasan pelanggan, kepuasan kerja karyawan, serta pertumbuhan kompetensi sumber daya manusia.

Isu-isu penting, seperti masalah  lingkungan hijau, persaingan usaha, tuntutan pemangku kepentingan, inovasi produk dan layanan, serta pengelolaan karyawan unggul,  perlu dijawab dengan tindakan nyata. Tidak jarang seorang pemimpin menemui kendala. Karena itu, ia harus  kreatif, percaya diri, optimistis, dan bisa mencari “breakthroughs”. Pemimpin besar seperti Iacocca, Jack Welsh, dan Gerstner telah membuktikan keberhasilannya melalui visi dan kepemimpinan yang efektif.

Pemimpin harus berada di depan dan menggerakkan anggotanya bertekad menggapai sasaran. Pemimpin harus menjadi panutan dan senantiasa tak henti menginspirasi dan mentransformasi nilai-nilai positif. Dalam menghadapi perubahan organisasi, nilai-nilai yang perlu dihayati oleh semua anggota antara lain inovatif, profesional, tim, integritas, berorientasi pada pelanggan, serta excellence.

Seorang pemimpin harus mengomunikasikan secara jelas dan meyakinkan pada semua anak buahnya  tentang perlunya berubah serta memimpin arah perubahan. Envisioning memegang peranan penting terhadap keberhasilan pengelolaan perubahan.


Kompetensi dan nilai

Seorang pemimpin harus memiliki kompetensi manajerial dan kepemimpinan yang relevan. Tanpa kompetensi, ia akan sulit menentukan visi dan strategi yang tepat serta menggerakkan anak buahnya.

Kompetensi utama yang harus dimiliki antara lain membuat rencana strategis, mengembangkan dan mempengaruhi anak buah, serta mengambil keputusan secara kreatif dan rasional. Ia harus juga memiliki kompetensi emosional dan kompetensi spiritual yang tinggi agar bijak mewujudkan sasaran yang diinginkan secara baik.

Pemimpin juga harus memiliki sifat dan nilai-nilai profesional, optimistis, integritas, peduli, humble, dan kerja sama. Prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara hingga kini masih relevan: Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Pada dasarnya, pemimpin memberi teladan, menginspirasi, serta selalu mengikuti  atau membimbing anak buah.  

Gaya kepemimpinan apakah yang ideal atau efektif? Gaya yang ideal adalah perpaduan orientasi pada tugas dan pada manusia yang dilaksanakan secara tepat sesuai situasi dan kondisi yang tepat.

Gaya pemberdayaan adalah ideal namun jika anak buah kompeten serta bermotivasi. Karenanya, pemimpin dituntut mampu mengembangkan anak buahnya. Pemberdayaan yang diberikan pada anak buah yang tidak kompeten akan membuahkan hasil yang tidak optimal serta membebani.

Pemimpin perlu peduli dan senantiasa  melayani anak buahnya. Ia juga harus mampu mengembangkan dan menempatkan SDM secara efektif.  Ulrich memperkenalkan Leadership Code, yaitu lima dimensi kepemimpinan: strategist, executor, talent manager, human capital developer, dan personal proficiency. Pemimpin idealnya punya keseimbangan kelima dimensi itu.

Beberapa survei menunjukkan, pemimpin puncak di Indonesia cenderung  pada dimensi personal proficiency dan strategist tapi kurang sebagai eksekutor. Pemimpin strategist tidak cukup jika tidak mampu mengeksekusi rencananya. Namun, strategist dan executor tidak akan menghasilkan kinerja optimum dan sustainable jika  SDM tidak dikembangkan. Jadi, semua dimensi kepemimpinan tersebut harus diaplikasikan secara saksama agar menghasilkan keefektifan organisasi yang tinggi.

Pemimpin berpotensi sukses jika memiliki visi jauh ke depan dan mampu melakukan envisioning ke semua anak buahnya. Ia juga harus  berkomitmen tinggi, berorientasi pada kinerja, kreatif, jujur, percaya diri, berkecerdasan emosional dan spiritualitas tinggi, serta mampu mengelola perubahan secara efektif.

Pemimpin perlu mengaplikasi gaya kepemimpinan transformasional secara kontekstual dan situasional yang dipadukan dengan kelima dimensi Ulrich. Ini ditampilkan  melalui gaya melayani. Kompetensi pemimpin, khususnya dalam mengembangkan kompetensi anak buah di banyak perusahaan, masih lemah karena perusahaan tidak mempunyai penerus andal dan karyawan yang sudah pensiun diperpanjang masa kerjanya.

Berbagai pendekatan kepemimpinan saling melengkapi dan dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan kompetensi dan gaya kepemimpinan yang efektif agar sasaran perusahaan tercapai. Pendekatan pada kekuasaan sebagai sumber pengaruh kurang tepat. Sebaliknya, pendekatan kompetensi dan karismatik sebagai sumber pengaruh jauh lebih efektif. Gaya melayani jika diaplikasi secara saksama dipadukan dengan lima dimensi kepemimpinan Ulrich akan membuahkan hasil optimal.

Jadi, nilai-nilai diri, kompetensi dan gaya  kepemimpinan sangat berperan mengarahkan anak buah mencapai visi, misi, dan sasaran perusahaan.     



TERBARU

×