kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
KOLOM /

Pentingnya framing bagi perusahaan publik


Selasa, 25 Juni 2019 / 14:04 WIB
Pentingnya framing bagi perusahaan publik


Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi

Frame atau bingkai mungkin lebih identik dengan lukisan atau karya seni. Biasanya, untuk meningkatkan keindahan lukisan, kita membuat bingkai agar lebih menarik perhatian orang yang melihatnya. Pertanyaannya, apa hubungan framing dalam ekonomi dan keuangan khususnya pasar modal?

Dalam ilmu manajemen khususnya pemasaran, framing banyak digunakan dalam membuat iklan. Kita mulai dengan contoh iklan perusahaan ritel membuat iklan diskon.

Perusahan ritel memilih membuat diskon 50% plus 40% daripada diskon 70%. Jika kita perhatikan, sekilas kita juga lebih membeli produk dengan diskon 50% plus 40% dibandingkan dengan diskon 70%, karena berpikir diskon lebih besar. Seolah-olah diskon yang diberikan adalah 90% dan ini lebih besar dibanding diskon 70%.

Padahal, bila kita hitung, hasilnya adalah sama. Produk seharga Rp 1 juta didiskon 50% menjadi Rp 500.000. Kemudian ditambahkan diskon 40 % dari Rp 500.000 sebesar Rp 200.000, sehingga harga akhir produk tersebut Rp 300.000.

Pada diskon kedua sebesar 70%, bila dikalikan Rp 1 juta menghasilkan Rp 700.000. Artinya, harga produk setelah diskon adalah Rp 300.000. Ternyata nilainya sama saja, ya?

Panasiak dan Terry (2013) mendefinisikan framing sebagai pemilihan kata-kata atau simbol-simbol tertentu untuk kepentingan penyajian informasi yang memiliki konten yang sama dan pada akhirnya akan mempengaruhi alternatif keputusan yang diambil. Di sini kita temui, pemilihan kata atau simbol yang di tambahkan kepada pokok informasi dapat mempengaruhi keputusan yang diambil seseorang.

Kuhberger (1998) mengemukakan, respon yang berbeda dari para pengambil keputusan ketika informasi disajikan dalam format, kata-kata yang berbeda. Kendati informasi utama yang disampaikan sama, pemilihan cara penyampaian dan penyajian dapat mempengaruhi pengambil keputusan.

Informasi tambahan yang membingkai informasi utama dapat mempengaruhi pengambil keputusan berpikir objektif. Pada akhirnya mempengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil.

Framing dapat dijelaskan dengan teori prospek yang dikemukakan Kahneman dan Tversky (1979); Tversky & Kahneman (1981). Teori Prospek menunjukkan, kerugian seseorang memiliki dampak psikologi yang lebih besar dibandingkan keuntungan. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar orang cenderung menghindari kerugian dalam membuat keputusan. Sehingga informasi yang diberikan bingkai positif akan menghasilkan keputusan yang berbeda dibandingkan dengan informasi yang diberikan bingkai negatif.

Informasi yang dibingkai positif cenderung menghasilkan keputusan yang kurang berisiko (risk averse). Sedangkan informasi yang dibingkai secara negatif cenderung menghasilkan keputusan yang lebih berisiko (risk seeking).

Di pasar modal, sebuah perusahaan ketika merilis informasi terkait kinerja perlu sekali memperhatikan masalah pembingkaian ini. Misalnya saja saat ekonomi memburuk atau saat perusahaan mengalami penurunan laba atau pencapaian di bawah target, teknik penyampaian informasi mempengaruhi respon investor.

Mari bedakan cara penyampaian informasi dengan kondidi: perusahaan hanya mencapai 70% target yang ditetapkan sehingga mengalami penurunan laba. Informasi akan terdengar positif jika cara penyampaian seperti ini: Perusahaan mengumumkan, di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik perusahaan masih mampu mencapai 70% target yang telah ditetapkan.

Sebaliknya, jika penyampaian negatif, penerimaan pembaca akan negatif pula. Misalnya saja seperti ini: ekonomi dalam keadaan yang sulit, sehingga perusahaan mengalami kinerja yang jelek dan hanya mampu mencapai 70% target yang telah ditetapkan. Informasi keduanya sama, tetapi cara pembingkaiannya berbeda.

Oleh karena itu, perusahaan yang sudah go public atau melantai dan aktif diperdagangkan di bursa perlu memperhatikan efek framing ini. Kinerja perusahaan tidak selalu baik dari tahun ke tahun, dan ketika periode jelek datang pemilihan frame yang baik dan benar akan sangat mempengaruhi psikologi investor.

Perusahaan publik perlu memiliki divisi public relation (PR) yang membantu perusahaan dalam penyebaran informasi ke publik. Selain itu, divisi PR juga membantu perusahaan menjawab berbagai isu atau berita publik terkait perusahaan.

Pemakaian framing yang tepat tentu akan berpengaruh terhadap respon pelaku pasar terhadap perusahaan. Sebagian perusahan lain memilih memakai jasa konsultan PR untuk membantu dalam mengkomunikasikan perusahaan kepada pemegang saham.

Di sisi lain, sebagai pemegang saham, tentu harus hati-hati dalam membaca sebuah berita. Berita yang sangat negatif kadang punya tendensi tertentu, sehingga perlu dicermati lebih mendalam sebelum melakukan tindakan. Berita di beberapa media sering menggunakan istilah-istilah yang negatif di judul untuk menarik perhatian pembaca. Tanpa benar-benar membaca isi berita seringkali investor tergiring opini negatif yang ada.

Selain itu, investor juga perlu mengecek kebenaran suatu berita dengan melihat beberapa sumber informasi yang lain. Di sisi lain, berita positif yang diterima perlu juga dicerna dengan baik dan benar, apakah benar-benar menaikkan kinerja perusahaan. Jangan-jangan, itu hanyalah akibat pemakaian bingkai, seolah-olah terjadi sesuatu yang benar-benar baik di perusahaan tersebut.

Yohanis Hans Kwee
Praktisi Pasar Modal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×