kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Dinner with Buffet

oleh Lukas Setia Atmaja - Chairman Department of Finance Prasetiya Mulya Business School


Jumat, 17 Juni 2011 / 20:58 WIB
Dinner with Buffet

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: djumyati

Warren Buffett (WB) adalah investor legendaris dan orang paling kaya sejagat pada 2008. Ia memperoleh kekayaannya melalui investasi saham.

Uniknya, tiap tahun WB mengadakan lelang makan malam bersama dia melalui eBay. Pemenangnya, bersama 7 orang yang ia pilih, akan dijamu di The Smith & Wollensky steakhouse yang terletak di Manhattan. Hasil lelang ia donasikan ke yayasan sosial bernama The Glide Foundation.

Tahun 2008, pemenangnya adalah seorang pemilik perusahaan investasi asal Hong Kong bernama Zhao Danyang yang bersedia membayar US$ 2,1 juta. Rekor ini pecah tahun 2010 senilai US$ 2,6 juta! Total acara “Dinner With Buffett” telah mengumpulkan US$ 7,5 juta.

Dari buku-buku tentang WB, seperti The Warren Buffett Way, kita bisa mempelajari strategi investasi WB tanpa harus membayar dinner yang mahal. Menurut WB, ada lima karakteristik saham perusahaan atau bisnis yang layak dipilih sebagai investasi.

Pertama, perusahaan dikelola secara baik (soundly managed). Untuk menguji keandalan manajemen perusahaan, WB menggunakan dua indikator: manajemen menggunakan laba ditahan secara bijaksana, serta fokus pada keahlian mereka (core business) dan tidak bereksperimen atau menghamburkan uang pemegang saham pada bisnis yang tidak dipahami.

Kedua, perusahaan memiliki kapasitas menghasilkan keuntungan (earnings capacity). Untuk menguji earnings capacity, dapat digunakan indikator seperti company growth, non-commodity companies dan brand names.

Pertumbuhan earnings per share (EPS) yang konsisten merupakan faktor kunci strategi investasi WB karena mengindikasikan bahwa perusahaan yang dikelola secara baik dan memiliki competitive advantage. Stabilitas EPS meningkatkan keakuratan prediksi future earnings dan cash flow, yang digunakan untuk menghitung harga wajar saham.

WB mengategorikan perusahaan menjadi dua: commodity dan non-commodity. Perusahaan commodity adalah perusahaan yang produknya tidak berbeda secara nyata dari produk kompetitornya. Perusahaan ini sebaiknya dihindari karena rentan terhadap persaingan maupun keterbatasan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan.

WB cenderung memilih perusahaan yang memiliki produk unik/spesial, memiliki brand name atau memiliki kekuatan dominan di pasar. Bisnis yang bagus, menurut WB, adalah yang dapat menjinakkan inflasi dengan cara menaikkan harga jual.

Ketiga, perusahaan mampu menghasilkan return tinggi secara konsisten dalam periode waktu yang cukup panjang. Ukuran return yang digunakan WB adalah return on equity (ROE).

Berapa ROE (laba dibagi ekuitas) minimal yang diminta investor? Ini tergantung pada return obligasi pemerintah dan rata-rata return perusahaan di pasar modal. Saham-saham pada portofolio WB umumnya memiliki ROE di atas rata-rata ROE perusahaan lain di bursa. Ambil contoh Coca-Cola (45,05%).

WB juga menggunakan Return on Capital (ROC) yang kadang-kadang disebut Return on Assets (ROA), sebagai pelengkap.

Keempat, perusahaan konservatif dalam berutang. Utang memberi nilai tambah karena pembayaran bunga mengurangi pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan. Namun berutang terlalu banyak akan meningkatkan risiko kebangkrutan.

WB kurang menyukai perusahaan yang berutang terlalu banyak. Maklumlah, utang memang meningkatkan ekspektasi ROE, namun juga ketidakpastian ROE. Utang besar membuat prediksi future cash flow perusahaan, variabel penting dalam penentuan nilai saham, menjadi lebih sulit.

Kelima, bisnis perusahaan (mudah) dimengerti oleh investor. WB tidak pernah membeli saham Microsoft. Meskipun berteman baik dengan Bill Gates, dia menghindari Microsoft karena tidak memahami bagaimana perusahaan tersebut bekerja. Memahami perusahaan meliputi riset dan pengalaman pribadi.

Dalam membeli saham, investor harus berpikir bahwa dia sedang membeli suatu bisnis. Misalnya, investor harus memahami industri di mana perusahaan itu bergerak, membedah kondisi keuangan dan operasi perusahaan di masa lalu, menimbang potensi dan membuat keputusan untuk membeli atau tidak membeli perusahaan tersebut pada harga yang ditawarkan. WB menekankan bahwa investor harus fokus pada bisnis yang dipahaminya.

Terakhir, membeli pada harga yang pantas. Meski perusahaan atau bisnis yang akan dibeli memenuhi kelima persyaratan di depan, tidak berarti bisnis itu harus dibeli pada harga berapa pun.

Tidak ada yang tahu pasti rahasia WB dalam menentukan harga saham/bisnis yang diincar. Yang jelas ia punya mantra sakti: “It is better to buy a great company at a fair price than a fair company at a great price."              



TERBARU

×