kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Tidak Menunggu Sampai Siap

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California


Selasa, 10 Juli 2018 / 19:36 WIB
Tidak Menunggu Sampai Siap

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: hendrika.yunaprita

Sekitar 21 tahun lampau, penulis hanyalah lulusan S-1 dari Universitas Indonesia yang lugu dan tidak berpengalaman pergi merantau ke California, Amerika Serikat. Terlepas dari lulus tercepat dengan hanya tujuh semester di salah satu perguruan tinggi idaman di Indonesia, penulis hanya terbekali oleh teori dan berbagai hipotesis mengenai how things work in the world.

Saat itu, penulis tidak pernah membayangkan perlu hidup super independen dengan hanya mengandalkan dua belah tangan. Apalagi untuk bekerja di dunia tulis-menulis, penerbitan dan e-commerce. Dengan kata lain, penulis saat itu "belum siap" tempur.

Mungkin Anda juga pernah mendengar kisah belum siapnya seorang anak muda kelahiran Surrey, Inggris Raya. Ia menerbitkan majalah Student dan berhasil mengumpulkan omzet sekitar US$ 8.000 dari iklan-iklan yang dipasang. Itu di tahun 1965.

Satu dekade lebih kemudian, ia dan beberapa penumpang pesawat terbang di- cancel, sehingga tidak dapat berangkat ke tujuan. Tanpa cukup uang di kantong, ia menawarkan tiket seharga US$ 29 untuk berangkat ke Virgin Islands. Jadilah para penumpang yang kehilangan tumpangan tersebut bergabung.

Dengan uang terkumpul, anak muda kreatif tersebut berhasil mencarter pesawat pribadi. Inilah cikal bakal Virgin Airlines. Dan anak muda tersebut kini dikenal sebagai Sir Richard Branson.

Penulis tidak membandingkan diri dengan Sir Branson nan hebat ini. Sama sekali tidak, mengingat prestasi beliau yang sangat kolosal mendunia dan mengangkasa (Virgin Galactic).

Yang mirip dari kami berdua hanya satu: tidak menunggu hingga siap. Berani maju tanpa banyak pikir.

Dengan konsep di kepala, seseorang sebenarnya telah mempunyai blueprint mengenai apa yang perlu dilakukan. Penulis hanya mempunyai konsep apa yang akan dikerjakan berdasarkan skill yang telah ada, walaupun di saat itu masih sangat terbatas.

Richard Branson tidak menunggu sampai ia menguasai penerbangan, sains tentang roket, dan skill-skill teknis lain yang dibutuhkan dalam setiap bisnisnya yang telah mencapai 400-an. Sebaliknya, ia langsung meng imersi diri ke dalam suatu konsep dan membangun rasa percaya diri internal ketika ia menelurkannya ke dalam bentuk bisnis baru.

Penulis sendiri sangat sering dicemooh, "kamu tidak mungkin bisa bersaing" dengan penulis native speaker kelas dunia dari negara maju. Dengan senyum simpul penulis tidak membantah, tidak juga mengiyakan.

Hingga hari ini telah ribuan artikel dan ratusan ebook, report dan white paper yang telah penulis tulis dan terbitkan atas nama diri sendiri dan klien. Serta mengajar 50 kelas menulis tingkat perguruan tinggi dalam Bahasa Inggris. Hingga hari ini, klien-klien aktif penulis berbasis di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Selandia Baru, Denmark, Norwegia, dan Lituania.

Fakta ini juga telah membantah stereotip the starving writer. Di era Internet ini, di mana Google search bekerja dengan boolean search method, berbagai ragam konten berbasis teks merupakan kebutuhan sehari-hari. Dan ini membutuhkan tenaga kerja intelektual yang luar biasa besar dari segi kualitatif dan kuantitatif.

Terlepas dari jenis skill , agar dapat berhasil di manapun, Anda hanya membutuhkan satu macam yang super tajam dan diasah terus-menerus setiap hari tanpa jemu. Digabungkan dengan blueprint di kepala dan mindset berkelimpahan, sukses telah di tangan. Tugas Anda hanya merealisasikannya ke dalam bentuk fisik atau online.

Bagaimana langkah-langkah yang perlu diambil agar berani maju "tanpa menunggu sampai siap"? Pertama, kenali skill kerja teknis dan soft skill yang Anda miliki. Penulis tidak menganjurkan mengambil keputusan maju ini dengan hanya mengandalkan intuisi atau atas anjuran Tuhan belaka. Tugas pertama Anda, mengenali satu saja skill teknis yang dimiliki dan siap dikembangkan secara optimal atau bahkan maksimal.

Kedua, reframe pandangan akan diri sendiri bahwa "saya tidak siap, tidak yakin, dan tidak memenuhi syarat (tidak qualified)." Ganti dengan persepsi "saya bisa memulai sekarang dan saya mampu untuk mengembangkan skill hingga maksimal."

Jadikan perjalanan memulai bisnis atau pekerjaan baru sebagai proses pembelajaran dan pengembangan skill-skill teknis dan soft skill. Apa yang telah Anda miliki sudah cukup untuk mulai melangkah. Tidak perlu menunggu sampai 100% siap.

Mengapa? Dengan mindset tidak siap, sesiap apapun, Anda akan merasa tidak siap. Siap atau tidak siap adalah mindset, sepanjang hard skill dan soft skill mempunyai nilai positif bagi bisnis.

Akhir kata, sepanjang Anda memiliki hard skill dan soft skill memadai untuk melangkah, mulai dengan satu langkah pertama. There is no best timing. We can only try the best we can.



TERBARU

×