kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Memilih Saham dari Indeks

oleh Eko Pratomo - Senior Advisor PT BNP Paribas Investment Partners


Senin, 23 Juli 2018 / 18:47 WIB
Memilih Saham dari Indeks

Reporter: Eko Pratomo | Editor: hendrika.yunaprita

Minggu sebelumnya telah dibahas tentang manfaat indeks saham sebagai pembanding dari kinerja portofolio dengan kinerja rata-rata saham yang diperdagangkan di bursa, baik secara keseluruhan atau sekelompok saham dengan kriteria tertentu.

Manfaat lain indeks saham adalah sebagai acuan untuk memilih saham. Proses memilih saham tidak mudah, khususnya bagi investor pemula. Diperlukan pengetahuan untuk melakukan analisa keuangan, analisa bisnis dan kemampuan lainnya, jika ingin melakukan proses pemilihan saham secara terstruktur.

Proses pemilihan saham dan pengelolaan saham yang tak sederhan membuat tidak banyak investor, baik individual maupun institusi, yang sanggup mengelola portofolio investasi saham. Apalagi jika melibatkan dana besar dan jumlah saham yang banyak dalam satu portofolio. Itu sebabnya, keberadaan manajer investasi dan produk seperti reksadana bisa jadi solusi investasi saham secara tidak langsung, tanpa harus repot mengelola sendiri.

Namun bagi masyarakat yang tetap ingin belajar berinvestasi secara langsung, proses pemilihan saham bisa terbantu dengan adanya indeks saham tertentu. Misal Indeks LQ45, yang konstituennya terdiri dari 45 saham dengan tingkat likuiditas dan kapitalisasi tinggi untuk suatu periode tertentu.

Dengan pemilihan 45 saham dari hampir 600 saham di Bursa Efek Indonesia, investor jadi lebih mudah memilih. Ada baiknya investor menambah beberapa kriteria dalam memilih saham yang ia minati. Misal, saham perusahaan yang jadi pemimpin pasar di industrinya atau perusahaan yang terkenal karena memiliki manajemen solid.

Hal lain yang penting setelah memilih saham adalah menentukan apakah nilai saham sedang murah atau sudah mahal ketika hendak membeli. Jika sedang mahal, Anda tentu berpikir untuk menunda. Tapi di lain pihak, menunda investasi berisiko semakin tertinggal, karena harga saham yang dianggap mahal tersebut tetap terus naik dengan berjalannya waktu.

Sebaliknya, walau dianggap murah dan dibeli, harga saham tersebut masih tetap bisa turun. Di sini investor saham harus siap menerima risiko adanya unrealised gain/loss, karena fluktuasi harga saham dalam jangka pendek tidak selalu berjalan seiring dengan kondisi fundamental perusahaannya.



TERBARU

×