kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Menyambut Piala Dunia

oleh Lukas Setia Atmaja - Financial Expert-Prasetiya Mulya Business School


Rabu, 25 Juli 2018 / 17:55 WIB
Menyambut Piala Dunia

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: hendrika.yunaprita

Sepakbola memang luar biasa. Ia bisa menyihir lebih dari separuh penduduk dunia, bahkan mempengaruhi perdagangan saham. Riset menunjukkan, saat turnamen sepakbola besar seperti Piala Dunia dan Piala Eropa berlangsung, nilai transaksi saham turun. Di Indonesia, rata-rata volume transaksi harian selama Piala Dunia lebih rendah 78% (1998), 13% (2002) dan 35% (2006) dibandingkan rata-rata transaksi harian sepanjang tahun.

Ada dugaan sebagian trader saham adalah penggemar dan petaruh sepakbola. Karena memelototi layar TV sejak malam hingga dini hari, mereka kehabisan stamina untuk trading saham di pagi dan siang hari.

Sepakbola juga mempengaruhi harga saham di negara-negara yang tim nasionalnya berlaga. Riset Alex Edmans dkk mengindikasikan kekalahan tim nasional berpengaruh ke indeks saham negara tersebut. Sehari setelah tim sebuah negara terdepak dari Piala Dunia, indeks saham negara tersebut turun rata-rata 0,5% dibandingkan kondisi normal. Misal, jika harusnya indeks turun 2%, akibat kalah, indeks jadi melorot 2,5%.

Kita kerap menebak hasil pertandingan. Menebak siapa yang menang di Piala Dunia bisa dianalogikan dengan membeli saham. Di awal Piala Dunia 2018, kita bertanya, pegang siapa yang juara? Kita dihadapkan dengan tim dari 32 negara. Bagi yang tidak mengenal dunia sepakbola, tidak mudah untuk memilih dengan baik.

Demikian pula dalam investasi saham. Langkah pertama sebelum membeli saham adalah mengenali semua saham yang bisa dipilih. Bagi investor, know what you buy dan buy what you know mutlak harus dilakukan.

Sama seperti memilih tim unggulan Piala Dunia 2018, secara rasional, kita akan memilih tim yang terkenal jagoan dan sering juara. Mereka yang tahu bola akan memilih Brasil, Argentina, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris atau Prancis sebagai calon juara. Bukan berarti Islandia, Panama atau Costa Rica tidak mungkin juara. Probabilitas tim kuat jadi juara lebih besar dari tim kurang terkenal.

Kita bisa menganalogikan tim-tim peserta Piala Dunia dengan tipe saham. Tim Brasil selalu jadi favorit juara. Mereka adalah pemenang 5 Piala Dunia, sebuah rekor. Tim Jerman, Sang Juara Bertahan, walau tidak setrampil Brasil, sangat disiplin dan konsisten seperti mesin disel. Brasil dan Jerman ibarat saham blue chips, korporasi besar yang memimpin pasar dengan brand kuat seperti BCA (BBCA) dan BRI (BBRI).

Siapa tidak kenal tim Italia terkenal dengan catenaccio alias ilmu Grendel? Walau permainannya cenderung membosankan karena lebih mementingkan pertahanan, Italia sering jadi juara. Saham yang mirip Italia adalah saham yang tidak banyak terpengaruh perubahan kondisi politik dan ekonomi. Misalnya, saham Unilever (UNVR) karena produk kebutuhan sehari-hari selalu dibutuhkan orang.

Tim Belgia adalah raising star dengan pemain muda berbakat. Ini ibarat growth stock seperti Waskita Karya (WSKT) yang pendapatan dan labamya tumbuh pesat. Adapun Portugal adalah kuda hitam yang siap menjegal tim-tim favorit. Ini ibarat saham antara blue chip dan lapis dua seperti BTN (BBTN). Tim Inggris dipenuhi pemain bertalenta tinggi, tetapi entah kenapa prestasinya kurang maksimal. Inggris adalah saham yang sering mengecewakan investor. Harapan besar, hasil kurang. Silakan tebak!

Tim kecil seperti Mesir, Costa Rica dan Islandia, bisa dianalogikan sebagai saham lapis dua atau tiga. Menjagokan mereka jadi juara sangat berisiko. Namun bukan berarti mereka tidak bisa juara. Mereka diibaratkan seperti saham nilai (value stock) alias saham yang salah harga (underpriced), ibarat Indah Kiat (INKP) atau Indika Energy (INDY).

Jadi, tim mana yang akan jadi juara Piala Dunia 2018?

(Dimuat di Harian KONTAN, 4 Juni 2018)



TERBARU

×