kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Memahami konsep portofolio

oleh Yohanis Hans Kwee - Dosen FEB Universitas Trisakti dan MET Universitas Atmajaya


Selasa, 28 Agustus 2018 / 18:14 WIB
Memahami konsep portofolio

Reporter: Yohanis Hans Kwee | Editor: hendrika.yunaprita

Mungkin masih segar dalam ingatan sebagian investor pasar modal yang pernah memegang sebuah saham consumer good ketika menghadapi kasus beras. Tanpa ingin bicara masalah hukum, penulis ingin menceritakan bagaimana risiko selalu membayangi hasil investasi (return).

Perusahaan consumer good awalnya sangat baik kinerjanya secara fundamental, bahkan beberapa pihak menganggap inilah the next Unilever. Tetapi sebuah risiko perusahaan telah membubarkan semua mimpi tersebut. Harga saham pernah tertinggi di sekitar 2.300 sekarang hanya sisa 168, dan sedang di-suspen akibat gagal bayar obligasi.

Orang cenderung membeli saham yang sudah dikenal atau pernah mendapatkan keuntungan. Karena merasa paham, orang menjadi overconfidence sehingga tidak melakukan diversifikasi atau menyebar risiko ke dalam beberapa sekuritas atau instrumen investasi.

Diversifikasi dapat dilakukan di level asset class, yakni penyebaran investasi terhadap saham, properti, obligasi, kas, mata uang, dan lain-lain. Selain itu, dapat dilakukan pada kelas aset yang sama. Pada saham, dilakukan diversifikasi terhadap beberapa saham yang berbeda sektor. Pada obligasi, diversifikasi dilakukan dengan menyebar ke beberapa obligasi yang jatuh temponya berbeda.

Sebenarnya tingkat risiko sebuah sekuritas tunggal dan portofolio dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama risiko yang tidak dapat di diversifikasi atau risiko pasar atau risiko umum atau risiko sistimatis. Risiko kedua yaitu risiko yang dapat di diversifikasi atau risiko perusahaan atau risiko spesifik atau risiko unik atau risiko tidak sistimatis.

Sayangnya, manfaat diversifikasi untuk menurunkan risiko semakin lama semakin berkurang. Bila menambah terus menerus jumlah sekuritas pada jumlah tertentu akan terjadi penurunan risiko marginal. Bahkan pada jumlah tertentu, risiko sudah tidak dapat turun lagi.

Pertanyaan yang sering muncul adalah berapa banyak saham yang harus dimasukkan dalam portofolio untuk mendapatkan hasil optimal? Selain itu, berapa bobot tiap-tiap sekuritas atau aset yang harus dimiliki agar didapatkan sebuah portofolio yang optimal?

Harry Markowitz menulis artikel tentang teori portofolio di Journal of Finance dengan judul Portfolio Selection (1952) dan buku dengan judul Portfolio Selection: Efficient Diversification of Investment (1959). Karya-karya inilah yang menjadi dasar pendekatan statistik untuk menghitung risiko dan return sebuah sekuritas dan portofolio.

Menurut Markowitz, return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return realisasi masing-masing sekurias tunggal dalam portofolio. Berbeda dengan return portofolio, risiko portofolio bukan merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh sekuritas tunggal yang ada didalam portofolio. Risiko portofolio bisa lebih kecil dari risiko terimbang masing-masing sekuritas tunggal.

Markowitz menunjukkan bahwa secara statistik risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan atau menambahkan beberapa aset ke depan portofolio. Syaratnya, return dari masing-masing sekuritas dalam portofolio tidak berkorelasi positif sempurna.

Korelasi dan covariance antar return aset atau sekuritas dalam portofolio akan sangat mempengaruhi risiko sebuah portofolio. Korelasi dan covariance sebenarnya hampir sama menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai return sebuah sekuritas dengan sekuritas yang lain. Bila korelasi dua sekuritas adalah positif, itu menunjukkan bahwa bila satu sekuritas meningkat, sekuritas lain juga akan meningkat. Sedangkan korelasi negatif menunjukan kedua sekuritas bergerak berlawanan arah. Peningkatan pada satu sekuritas diikuti oleh penurunan pada sekuritas lain.

Dengan pendekatan mean variance dengan menggunakan return dan risiko, Markowitz berhasil membuat formulasi untuk membuat sebuah portofolio optimal. Dengan memperhatikan korelasi antara aset atau sekuritas, dapat dihasilkan sebuah portofolio return tertinggi dengan risiko tertentu atau dengan return tertentu didapatkan sebuah risiko terendah.

Lewat model portofolio optimal, Markowitz membentuk efisiensi frontier. Sepanjang garis tersebut adalah portofolio optimal yang didapatkan pelaku pasar. Tidak ada investasi atau kombinasi aset atau sekuritas yang punya return dan risiko lebih baik daripada garis efisiensi frontier.

Setelah memahami konsep portofolio, aplikasi yang bisa dilakukan pelaku pasar ketika membuat portofolio adalah berusaha memasukkan sekuritas atau aset yang punya korelasi negatif atau minimal positif kecil.

Selain itu, dapat juga dibuat portofolio dengan memperhatikan kelas aset atau sektor setiap sekuritas yang diyakini memiliki hubungan yang rendah atau negatif. Dengan menggunakan prinsip ini, portofolio investor atau pelaku pasar dapat mengurangi risiko investasi sehingga bisa bertahan lebih lama di pasar keuangan.



TERBARU

×