kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ceritalah

Korupsi dan Pertambangan

oleh Karim Raslan - Pengamat Asia Tenggara


Rabu, 14 Agustus 2013 / 13:40 WIB

Reporter: Karim Raslan | Editor: cipta

SUMBER daya alam itu berkah atau kutukan? Di kebanyakan negara berkembang, keberadaan ladang minyak, berlian, dan tambang besi seringkali memperparah kemiskinan karena para pemimpinnya yang cenderung serakah dan mementingkan keuntungan pribadi.

Seiring dengan melonjaknya harga sumber daya alam yang dipicu oleh ledakan tingkat permintaan di China dalam satu dekade terakhir, ketegangan yang ada juga semakin memanas. Contohnya bijih besi. Di 2003, harganya berkisar sekitar US$ 13 per ton, sepuluh kali lebih rendah dari harganya di tahun 2010 yang mencapai lebih dari US$ 150 per ton.

Kesepakatan bisnis paling kontrovesial justru sering berkutat di bidang keterbatasan akses terhadap sumber daya alam yang langka. Guinea di Afrika Barat merupakan contoh nyata dampak negatif yang bisa muncul dari ekploitasi sumber daya alam. Bekas koloni Prancis ini dikenal sangat kaya kandungan mineral, terutama besi. Namun, Guinea juga tergolong miskin. Berdasarkan informasi yang pernah dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), empat dari setiap lima rakyat Guinea hidup dalam kemiskinan ekstrem. Guinea juga menduduki peringkat 154 dari 174 dalam ranking Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dirilis oleh Transparansi Internasional di tahun 2012.

Sekitar 20 tahun silam, saya menemani seorang hartawan ternama dari Asia dalam kunjungan ke Afrika Barat. Kami mengunjungi Ghana dan Guinea, dua negara dengan sejarah berbeda, namun sama-sama dianugerahi kekayaan sumber daya alam. Selama kunjungan itu, kami bertemu dan makan siang dengan tokoh berpengaruh di Ghana, Jerry Rawlings.

Jerry, sesuai ingatan saya, merupakan sosok tinggi menjulang dan sangat berwibawa. Di Conakry, ibu kota Guinea, kami juga bertemu sosok yang sama tingginya walau tidak sewibawa Jerry, Presiden Lansana Conte, seorang pensiunan jenderal.

Saya masih ingat Conakry. Kota yang sangat miskin. Ada ratusan pejalan kaki karena saat itu sepeda pun jumlahnya masih terbatas. Kami disediakan akomodasi di Rumah Tamu Kepresidenan yang sudah usang dan di beberapa kesempatan bertemu dengan Conte yang sekarang sudah berpulang.

Salah satu "kekayaan" Guinea adalah lapisan bijih besi Simandou yang terletak jauh di pedalaman Guinea arah tenggara. Saking murninya, bijih besi ini hanya butuh pengolahan minimum sebelum akhirnya bisa memasuki pabrik baja China.

Di bawah kepemimpinan Conte, sebagian dari hak tambang Simandou diserahkan kepada Beny Steinmetz Group Resources (BSGR) yang dimiliki oleh jutawan Beny Steinmetz--dengan estimasi kekayaan melebihi US$ 9 miliar-- yang disebut-sebut sosok terkaya di Israel.

Kesepakatan ini dinilai kontroversial mengingat BSGR hanya membayar Guinea US$ 165 juta untuk memperoleh hak tambang tersebut. Namun demikian, pada tahun 2010, BGSR menjual 51% kepemilikan sahamnya di Simandou kepada perusahaan tambang raksasa asal Brasil, Vale, senilai US$ 2,5 miliar.

Di tahun 2010, Presiden Alpha Conde yang dipilih secara demokratis berjanji untuk mengusut kesepakatan tambang BSGR dan akan mencabutnya apabila ditemukan tindak korupsi. Seorang agen dari BSGR kemudian ditahan FBI atas dugaan menyuruh janda Conte untuk menghancurkan barang bukti terkait hal ini.

Mari kita bandingkan dengan Ghana. Pendapatan Ghana dari sektor tambang antara tahun 2010-2011 meningkat dua kali lipat dari US$ 210 juta menjadi US$ 400 juta. Perusahaan-perusahaan tambang di Ghana juga mengeluarkan 75% lebih besar untuk keperluan pajak perusahaan. Ekonomi Ghana tumbuh mencapai 7,9% di tahun 2012 dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Guinea yang hanya mencapai 4,8%.

Meskipun juga memiliki masa lalu yang tidak stabil, Ghana saat ini merupakan negara yang demokrasinya berfungsi dan terus berupaya mempertahankannya. Sebagai contoh, Ghana merupakan anggota dari Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif (EITI), lembaga internasional yang berusaha memastikan adanya transparansi dalam industri sumber daya global.

Barangkali pertanyaannya bukanlah seputar baik atau buruknya sektor tambang, melainkan apakah suatu negara memiliki institusi yang menjamin bahwa aktivitas di sektor tambang benar-benar menguntungkan rakyat? Infrastruktur lunak, seperti peraturan hukum yang baik dan pejabat yang jujur, mutlak diperlukan untuk terciptanya semua ini.



TERBARU

×