kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Ilmu finansial pun ikut berbenah

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Selasa, 06 September 2011 / 20:35 WIB
Ilmu finansial pun ikut berbenah

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Siapa bisa menyangkal perubahan drastis teknologi informasi dan teknologi komunikasi dalam dua dekade terakhir. Saya masih ingat kebingungan di tahun 1991, ketika seorang kawan meminta mengirimkan file melalui e-mail. Walaupun baru saja kembali dari studi sistem informasi selama satu semester di Philadelphia-AS, saya belum pernah menggunakan internet. Baru enam tahun kemudian, saya punya e-mail pertama dan mulai akrab dengan dunia internet.

Kondisi yang hampir sama terjadi dalam teknologi komunikasi. Sekitar dua dekade lalu, telepon genggam masih berukuran besar dengan berat beberapa kg dan berharga di atas Rp 5 juta serta hanya dipergunakan untuk telepon. Kini telepon genggam berbadan kecil mempunyai banyak fungsi dengan bobot sangat ringan dan dapat dibeli pada harga sangat terjangkau.

Tidak banyak berbeda dengan kedua ilmu di atas, ilmu finansial dan berbagai produknya juga berkembang.

Tahun 1995 belum ada reksadana, ORI, opsi saham, efek beragunan aset, obligasi syariah, sukuk ritel, dan ETF di bursa kita. Apalagi yang namanya Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dan Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT). Profesi manajer investasi dan perencana keuangan juga belum dikenal. Reksadana dan profesi manajer investasi mulai marak sejak Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal terbit.

Sebelumnya, mahasiswa bisnis dan akuntansi hanya belajar manajemen keuangan, kadang sampai tiga semester, dengan buku corporate finance dan capital budgeting.

Saat itu belum ada mata kuliah manajemen investasi, teori portofolio, sekuritas derivatif, analisis sekuritas pendapatan tetap, valuasi ekuitas, pasar modal & lembaga keuangan, dan manajemen risiko seperti saat ini.

Pasar modal di Indonesia dua dekade lalu memang masih merangkak karena pada akhir 1990 baru ada 123 saham dengan kapitalisasi pasar cuma Rp 14,2 triliun dan transaksi harian Rp 30 miliar. Obligasi korporasi di Indonesia juga baru ada sekitar awal tahun 1980-an ketika Jasa Marga menggunakan alternatif pembiayaan itu.

Saat perguruan tinggi kita menawarkan beberapa mata kuliah baru di atas mulai pertengahan tahun 1990-an, di Amerika Serikat sudah berkembang cabang keuangan yang lain yaitu personal finance, behavioral finance, dan market microstructure.

Personal finance adalah cabang finance yang berhubungan dengan manajemen keuangan pribadi, keluarga, dan perusahaan kecil. Personal finance sangat berbeda dengan corporate finance yang mempelajari manajemen keuangan korporasi.

Mengetahui jumlah perusahaan yang sudah go public di Indonesia masih sekitar 424, sementara yang sudah mengeluarkan obligasi berkisar 90 perusahaan, aplikasi corporate finance di Indonesia tidak sebanyak di negara dengan sistem keuangan market-based seperti Amerika Serikat dan Inggris. Di sini, sistem bank-based masih mendominasi.

Saat sebuah perusahaan membutuhkan dana investasi, corporate finance hanya memberi dua alternatif pembiayaan, yaitu menerbitkan saham baru atau obligasi. Padahal, sebagian besar perusahaan di Indonesia tidak punya akses ke pasar modal. Pilihannya hanya menambahkan modal atau berutang.

Sayangnya, di sini personal finance hanya ditawarkan dalam kursus-kursus perencanaan keuangan. Meski personal finance lebih bermanfaat daripada corporate finance dalam membekali lulusan menjadi wiraswasta atau bekerja di perusahaan kecil dan menengah, hampir tidak ada perguruan tinggi kita yang memasukkannya dalam kurikulum.

Selain personal finance, cabang finance yang juga relatif baru adalah behavioral finance dan market microstructure. Behavioral finance adalah ilmu tentang aspek perilaku atau psikologis para pengambil keputusan terutama investor di pasar modal.

Sebelumnya pengambil keputusan diasumsikan selalu rasional dan konsisten. Pada prakteknya, mereka lebih sering tidak berlaku sesuai asumsi itu. Behavioral finance berusaha menjelaskan penyimpangan (bias) itu dengan menggunakan banyak terminologi psikologi. Ilmu ini naik daun ketika untuk pertama kalinya seorang psikolog dianugerahkan hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2002 yaitu Daniel Kahneman dengan teori prospeknya.

Terakhir, market microstructure muncul akibat ketidakpuasan orang finance terhadap teori mikroekonomi klasik. Keperluan akan ilmu ini makin besar ketika Black Monday terjadi pada 19 Oktober 1987. Saat itu, indeks Dow Jones Industrial merosot hampir 23% dalam sehari.

Market microstructure adalah ilmu yang mempelajari bagaimana aturan pasar modal mempengaruhi outcome seperti return, volatilitas, likuiditas, efisiensi, dan biaya transaksi. Tapi sangat sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang sudah menawarkan kuliah behavioral finance dan market microstructure.



TERBARU

×