kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Kinerja portofolio tidak terdiversifikasi

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Rabu, 16 Oktober 2013 / 14:17 WIB
Kinerja portofolio tidak terdiversifikasi

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Dari artikel ketiga disertasi saya, kita mengetahui jika teori utama yang mampu menjelaskan praktik tidak diversifikasi investor ritel di BEI adalah teori portofolio tiga momen. Banyak investor ritel ternyata tak hanya mempertimbangkan mean-variance untuk keputusan portofolio sahamnya, tetapi juga momen ketiga dalam statistik yaitu kemencengan (skewness). Pemikiran teori portofolio mean-variance-skewness ini sejatinya tidak banyak berbeda dengan teori portofolio behavioral yang mengatakan investor akan memperlakukan sahamnya sebagai lapisan atas dalam piramida portofolionya untuk meraih keuntungan besar.

Jauh sebelum mendapatkan hasil di atas, saya sudah mempunyai dugaan ini. Observasi saya terhadap strategi investasi beberapa investor ritel berpengalaman yang saya kenal dan pesohor yang bukunya saya baca juga menemukan motif sama.

Berikut, beberapa komentar mereka yang tidak melakukan diversifikasi yang sempat saya kumpulkan dari wawancara dan literatur.

"Jika tujuan investasi saham kita adalah maksimalisasi keuntungan dan bukan minimalisasi risiko, mengapa kita harus melakukan diversifikasi?"

"Jika kita hanya memahami sedikit saham, mengapa kita harus memaksakan mengoleksi belasan hingga puluhan saham?"

"Diversifikasi akan membuat kita tidak gesit dalam menghadapi pasar yang bearish seperti pada 2008 dan bulan Agustus dan September lalu."

"Diversifikasi itu cocok untuk investor awam yang tidak yakin akan kemampuan pemilihan sahamnya."

"Bill Gates tak akan menjadi manusia terkaya dunia jika dia menerapkan diversifikasi." "Jika kita melakukan diversifikasi, return portofolio kita akan sekitar return pasar."

Di satu sisi ada argumen masuk akal yang menjelaskan mengapa investor ritel tidak menerapkan diversifikasi. Di sisi lain ada masalah yang lebih penting dan juga menarik untuk diketahui yaitu apakah kinerja investor individu yang tidak melakukan diversifikasi ini lebih baik daripada portofolio yang diversifikasi yang umumnya memperoleh return pasar?

Untuk tujuan ini, dua ukuran return akan saya gunakan, yaitu return nominal bulanan dan return disesuaikan risiko. Dari hasil penelitian selama periode observasi yaitu Januari 2009-Desember 2011 dari 1.000 data acak yang diambil dari KSEI, untuk return nominal, investor yang hanya memegang 1-5 saham (diversifikasi minim) dan 6-10 saham (diversifikasi moderat) terbukti memperoleh return lebih besar. Tambahan return bulanan ini adalah 0,68% dan 0,65%, masing-masing di atas return portofolio terdiversifikasi dengan belasan hingga puluhan saham.

Temuan portofolio tidak terdiversifikasi memberikan return rata-rata lebih tinggi dalam sampel penelitian adalah sesuai dengan penelitian Barber & Odean (2000) dan Mitton & Vorkink (2007). Temuan lain adalah ukuran portofolio berhubungan positif dengan return nominal. Investor yang mempunyai dana besar diduga mempunyai akses dan kapasitas lebih besar dalam memilih saham sehingga bisa memperoleh kinerja lebih baik.

Penggunaan return nominal mempunyai kelemahan yaitu belum memperhitungkan risiko, padahal return dan risiko adalah dua sisi mata uang. Jika risiko diperhitungkan, kita pun mengenal rasio Sharpe sebagai salah satu ukuran utama, seperti yang digunakan dalam penelitian Goetzmann & Kumar (2008) dan Mitton & Vorkink (2007).

Rasio Sharpe mengukur tambahan return per satuan risiko dan mempunyai keunggulan karena menggabungkan return (momen pertama) dan risiko (momen kedua) dalam satu rasio.

Dengan menggunakan rasio Sharpe, kinerja portofolio yang tidak diversifikasi nyatanya lebih buruk daripada yang diversifikasi. Ini berarti, walaupun return nominal portofolio yang tidak diversifikasi lebih tinggi daripada yang diversifikasi, tambahan risiko yang dihadapi investor yang tidak diversifikasi jauh lebih besar daripada tambahan return yang diberikan. Di balik return nominal yang lebih baik, investor saham ritel yang tidak melakukan diversifikasi harus siap menghadapi risiko fluktuasi return yang diperolehnya sehingga rasio Sharpe menjadi lebih rendah.

Kesimpulannya, jika Anda ingin memaksimalkan return, peganglah lima saham atau kurang. Namun, jika Anda lebih memprioritaskan penurunan risiko, lakukan diversifikasi dengan belasan saham. Ada dua pertanyaan penutup dari saya berhubungan dengan diversifikasi ini. Pertama, apakah para penasihat/kolumnis investasi, penulis buku keuangan, dan perencana keuangan yang selalu merekomendasikan diversifikasi saham menyadari kelemahan-kelemahan diversifikasi? Sangat disayangkan jika mereka belum pernah mempelajari teori portofolio behavioral dan teori portofolio tiga momen. Kedua, apakah sekarang Anda masih percaya investor ritel itu wajib melakukan diversifikasi?  



TERBARU

×