kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Kapitalisme tidak stabil

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Selasa, 01 April 2014 / 22:15 WIB
Kapitalisme tidak stabil

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Prinsip esensial yang diajarkan Adam Smith adalah, ”Setiap orang, sepanjang dia tidak melanggar hukum keadilan, diperbolehkan secara bebas mengejar kepentingan sendiri dengan caranya sendiri, dan diperbolehkan bersaing dengan orang lain di bidang usaha dan pengumpulan modal.” Menurut Smith, kebebasan alamiah terdiri atas hak untuk membeli barang apa saja, dari mana saja, termasuk produk asing tanpa dikenakan tarif pajak atau kuota impor.

Kebebasan itu juga meliputi hak setiap orang untuk mencari pekerjaan di mana pun yang dikehendakinya dan untuk mendapatkan upah sesuai pasar. Walaupun sangat mendukung dan menginginkan kenaikan upah, Smith berpendapat, upah harus naik melalui proses alamiah di pasar tenaga kerja, bukan lewat ketentuan pemerintah.

Masyarakat ideal yang dibayangkan Smith adalah masyarakat yang dipenuhi nilai kebaikan, kedermawanan, dan hukum sipil yang melarang praktik bisnis yang curang dan tidak adil.

Sistem kapitalisme yang didirikan Smith, yang direvisi oleh revolusi marginalis serta diperbaiki Marshall dan aliran Austria, menunjukkan kehebatannya hingga awal  tahun 1929. Saat itu, ekonomi Amerika telah delapan tahun secara berurutan menikmati ekspansi.

Pada dekade 1920-an itu, untuk pertama kalinya sejumlah besar keluarga di sana memiliki mobil dan radio. Pasar modal pun terus berkembang dan mengalami masa kejayaannya.

Namun, pesta mendadak harus usai pada 24 Oktober 1929, saat pasar modal anjlok drastis. Kapitalisme yang sedang berjaya ikut runtuh bersamaan dengan datangnya depresi terbesar dalam sejarah ini. Sampai akhir tahun itu, tidak kurang dari US$ 40 miliar aset masyarakat tergerus.

Banyak orang kaya menjadi gelandangan. Output industri turun sampai 30%, dan hampir separuh bank ambruk. Tingkat pengangguran naik lebih dari 25% dan mencapai puncaknya pada tahun 1933 saat sepertiga angkatan kerja menganggur. Harga saham sempat merosot hingga 88%.

Inilah peristiwa ekonomi paling traumatik di abad 20, sekaligus pukulan paling serius yang pernah dialami oleh ekonomi klasik. Akibatnya, sistem ekonomi perencanaan terpusat yang dipelopori oleh Karl Marx di abad sebelumnya sempat dipertimbangkan untuk menggantikan sistem kapitalisme yang tidak stabil ini.

Marxisme merebak di banyak kampus dan mewabah di kalangan intelektual sepanjang 1930-an. Sistem pasar bebas, yang didirikan Adam Smith dan disempurnakan para pengikutnya, menghadapi tantangan terbesar pada periode 1930-an.

Nilai-nilai klasik penghematan, anggaran berimbang, dan pajak rendah menghadapi ancaman serius. Hukum Say, yang mengatakan penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri tidak berlaku lagi. Inilah peristiwa ekonomi paling mengenaskan dalam sejarah kejayaan sistem laissez faire. Rumah yang dibangun dengan kokohnya oleh Adam Smith dan para penerusnya terancam runtuh.

Kecemasan akan kehilangan pekerjaan dan kekhawatiran akan terjadinya kelaparan melanda seluruh lapisan masyarakat. Depresi yang berlangsung lama ini membuat banyak ekonom mempertanyakan kembali kebaikan sistem laissez faire. Ajaran Smith diserang dari dua sisi, yaitu sifat kompetitif dari kapitalisme (mikro) dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan (makro).

Menurut para penentangnya, sistem pasar bebas mengandung cacat dan tidak dapat menjamin kondisi persaingan yang fair. Pemerintah harus melakukan intervensi melalui kontrol dan tindakan ketat untuk mencegah berkembangnya kecenderungan monopolistik dalam dunia usaha.

Ancaman yang lebih besar datang dari pendukung Marxisme dengan ide-ide radikalnya yang menyerang efek instabilitas yang ditimbulkan ajaran Smith. Dengan penuh optimisme, mereka mengatakan bahwa Stalin telah membangun peradaban baru yang lebih unggul di bidang perekonomian daripada sistem kapitalisme.

Sosialisme pun mewabah di kampus-kampus dan di kalangan intelektual Amerika sepanjang dekade itu. Untungnya, masih ada intelektual-intelektual yang tidak begitu saja setuju dengan nasionalisasi dan perencanaan terpusat ini. Mereka dengan sabar berusaha mencari alternatif lain.

Usaha mencari jalan tengah ini ternyata tidak sia-sia. Sebuah sistem yang masih menjunjung tinggi kebebasan individual dan lebih menjamin stabilitas perekonomian makro disuarakan oleh John Maynard Keynes.

Dengan mendukung kebebasan individual, ekonom terbesar abad 20 tersebut menyelamatkan kapitalisme Smith. Keynes menolak ide nasionalisasi perekonomian ala sosialisme. Namun, dia percaya pentingnya dilakukan intervensi makroekonomi.

Formula big government yang diusulkannya menghasilkan ekonomi yang lebih stabil daripada ekonomi pasar bebas, tetapi lebih lambat. Secara historis, rezim ekonomi Marxisme dengan perencanaan terpusatnya selalu berada di bawah rezim ekonomi pasar bebas.

Karena itu, Karl Marx yang sangat memuja ekonomi terpusat, baik di tingkat makro maupun mikro, harus puas berada di bawah Smith dan Keynes.

Benarkah Keynes ingin memulihkan ajaran Smith atau justru berniat menggulingkan dan menggantinya dengan teorinya? Saya akan melanjutkan dalam tulisan berikutnya.

 

 



TERBARU

×