kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

ORI versus deposito

oleh Budi Frensidy - Pengamat Pasar Modal dan Pasar Uang


Senin, 17 Oktober 2011 / 17:39 WIB
ORI versus deposito

Reporter: Budi Frensidy | Editor: djumyati

Obligasi Ritel Negara muncul lagi. Pemerintah menawarkan ORI seri 008 mulai 7 Oktober hingga 21 Oktober 2011.

ORI adalah obligasi untuk investor kecil. Seri pertama ORI terbit pada 17 Juli 2006. Tidak cukup menerbitkan ORI, pada tahun 2009 pemerintah juga memperkenalkan sukuk ritel (SR).

Obligasi, selain saham, merupakan pilihan investasi sekaligus alternatif pembiayaan yang penting, jika dilihat dari pihak penerbit. Dahulu, perusahaan hanya punya pilihan meminjam dari bank, ketika membutuhkan dana dalam jumlah besar. Uang yang dipinjamkan bank, sebagian besar bukan miliknya karena peran bank hanya sebagai perantara.

Ambil contoh bunga deposito 7% per tahun dan bunga pinjaman 13% per tahun. Untuk jasanya sebagai perantara keuangan, bank mendapatkan spread atau net interest margin 6%. Selama mereka yang punya kas (kas surplus) tidak dapat berhubungan langsung dengan pihak yang butuh kas (kas defisit), pinjaman bank menjadi satu-satunya pilihan.

Seiring perkembangan zaman, peminjam berusaha meminimalkan biaya bunga yang ia tanggung. Kas surplus juga berusaha mendapatkan return yang lebih tinggi. Kedua keinginan ini dapat dipenuhi dengan meniadakan peran bank sebagai perantara keuangan.

Sebagai bukti utang, peminjam menerbitkan surat yang disebut obligasi. Karena sifatnya yang langsung, tanpa melalui perantara, bunga obligasi lebih besar daripada bunga deposito, sekaligus lebih rendah daripada bunga pinjaman bank. Misalkan bunga obligasi adalah 9%. Peminjam lebih suka membayar 9% daripada 13% dan investor lebih suka menerima 9% daripada 7%.

Bisa jadi yang mengalami kas defisit adalah suatu pemerintahan. Bagi pemerintah Republik Indonesia, penerbitan SUN (surat utang negara), ORI, atau SR adalah alternatif sumber pembiayaan untuk menyelesaikan masalah defisit anggaran.

Dengan ditawarkannya ORI dan SR dalam lima tahun terakhir, alternatif bagi investor kecil bertambah. Investasi dalam keduanya dapat dilakukan cukup dengan dana Rp 5 juta, dan kelipatannya. Sebelumnya, yaitu di tahun 2002-2006, yang dapat menikmati manisnya keuntungan bunga pemerintah hanya investor institusi. Penyebabnya, surat utang negara dijual dalam harga miliaran rupiah.

Dibandingkan dengan deposito, ORI memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah investor mendapatkan bunga yang terkena pajak penghasilan final. Investor mendapatkan pelunasan sebesar nilai nominal, saat ORI jatuh tempo.

Selain persamaan di atas, deposito, sebagai produk pasar uang yang muncul dalam pembiayaan tidak langsung, serta ORI yang timbul dalam pembiayaan langsung mempunyai banyak perbedaan (Lihat Tabel Perbandingan).

Agen penjual sempat kesulitan menjual ORI seri pertama hingga ketiga. Keadaan berubah 180 derajat sekarang. Dua bank besar BUMN dalam seminggu pertama, mampu menjual hampir Rp 1,5 triliun. Padahal ada 25 agen penjual dan total emisi hanya Rp 8 triliun.

Bank-bank pun bersaing menjual ORI 008 dengan menjanjikan cash back 0,05% hingga 0,15% ke para nasabahnya. Untuk menggaet lebih banyak investor, bank rela mengembalikan sebagian dari fee sebesar 0,25% yang diterimanya dari pemerintah sebagai agen penjual ORI.

Tips dari saya, investor dengan dana terbatas sebaiknya memesan ORI 008 segera. Jika tidak, bisa jadi Anda tidak kebagian ORI yang laris manis. Kecuali, pemerintah menaikkan jumlah ORI 008 yang ditawarkan.



TERBARU

×