kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Belajar dari "Aku Ra Popo"

oleh Lukas Setia Atmaja - Center For Finance and Investment Research Prasetya Mulya Business School


Senin, 07 April 2014 / 08:30 WIB
Belajar dari

Reporter: Lukas Setia Atmaja | Editor: djumyati.partawidjaja

Selama kampanye pemilihan legislatif belakangan ini istilah ‘Aku ra popo’ banyak terdengar. Awalnya adalah Joko Widodo, calon presiden dari PDIP, yang mengucapkannya saat menjawab serangan lawan politiknya. "Saya mau diserang, silakan. Aku ra popo," kata Jokowi. Tak lama, beberapa calon presiden lain ikut latah ber-rapopo-ria.

Aku ra popo artinya I am fine, aku tidak apa-apa. Maknanya cukup kaya. Dalam konteks diserang orang, ungkapan aku ra popo bisa menunjukkan bahwa kita tidak ingin melayani serangan tersebut. Mirip makna ungkapan EGP (emangnya gue pikirin). Di budaya Jawa ada ungkapan “nanggapi wong edan dadi podo edane” (menanggapi orang gila bikin kita sama gilanya).

Saya teringat Rudy Hartono, maestro bulutangkis yang jawara All England 8 kali. Rudy punya musuh besar bernama Svend Pri yang nyentrik. Tahu bahwa Rudy sulit dikalahkan karena memiliki teknik dan stamina prima, Svend Pri sering berulah di lapangan untuk membuat Rudy marah dan kehilangan konsentrasi. Namun Rudy tetap tersenyum dan tenang. The power of aku ra popo membuat Rudy Hartono berjaya.

Aku ra popo adalah strategi bertahan yang ampuh. Keras tidak dibalas dengan keras, tetapi dengan lembut. Seperti saat petinju Muhammad Ali memilih bertahan dari pukulan maut George Foreman. Dia tidak berusaha membalas karena sadar jika jual beli pukulan, ia bukan lawan Foreman. Walau kesakitan, Ali berusaha mengatakan, aku ra popo. Foreman tambah penasaran dan melontarkan lebih banyak pukulan. Akhirnya Foreman yang perkasa kehabisan stamina dan di-KO oleh jab Ali.

Aku ra popo bisa bermakna tegar menghadapi cobaan. Ketika ayah sahabat saya divonis kanker, semua anaknya shock. Namun sang ayah dengan tenang berkata, “Aku ra popo...”. Dia akhirnya menjalani operasi dan survive hingga saat ini. Kata dokter yang menangani, ketegaran hati sang ayah sangat membantu kesembuhannya.

Artis Julia Perez sibuk mendendangkan lagu baru berjudul “Aku Ra Popo”. Rupanya dia ingin menunjukkan bahwa dia tetap tegar meskipun hubungan mesra dengan sang kekasih, Gaston Kastanyo, sudah tertiup peluit panjang.

Sikap aku ra popo bisa menjadi kunci sukses seorang investor saham. Sahabat baik saya, Lo Kheng Hong yang sering dijuluki Warren Buffett dari Indonesia, pernah diundang untuk bicara di depan para investor tajir. Salah seorang peserta bertanya, “Saya kagum bagaimana Bapak bisa tahan untuk tidak menjual saham saat keuntungannya sudah lebih dari 10%?”

Lo Kheng Hong adalah investor saham yang tidak hanya cerdas dan teliti, dia juga sabar dan tidak mudah goncang oleh hiruk pikuk para pelaku pasar yang biasanya terlalu sensitif terhadap berita atau sentimen. Dia seperti Rudy Hartono, memiliki pengetahuan luas, teknik tinggi dan sikap yang benar. Di atas segalanya, Lo Kheng Hong memiliki stamina yang memungkinkan dia untuk memegang saham dalam jangka yang sangat panjang. Semua unsur tadi membuat Lo Kheng Hong bisa bilang, “Aku ra popo” meskipun harga saham naik, turun atau stagnan.

Dia punya target imbal hasil jangka panjang sehingga tidak mudah terpengaruh hal-hal jangka pendek. Ada beberapa saham yang ia pegang lebih dari 5 tahun dan harganya ternyata tidak banyak berubah. Tapi, karena yakin nilai saham tersebut masih di atas harga pasarnya (underpriced), ia bisa bilang ra popo. Saham-saham itu akhirnya naik juga dan memberikan keuntungan lumayan.

Buffett juga pernah bilang ra po po. Ketika mayoritas analis saham dan investor yakin bahwa saham Coca Cola sudah overpriced dan menjual saham tersebut, Buffett malah berpikir sebaliknya. Dia terus membeli saham Coca Cola. Ketika harga saham Coca Cola makin turun, dia bilang ra popo dan justru menganggap itu sebagai kesempatan untuk membeli dengan harga murah. Waktu membuktikan bahwa Buffett benar dan mayoritas analis dan investor saham salah.

Warren Buffett terkenal dengan salah satu prinsipnya, “be independent”. Dia tidak mudah terpengaruh apa kata kebanyakan orang. Dia seperti Jokowi, mau dibilang apa pun, aku ra popo. Buffett punya keyakinan tinggi terhadap kemampuan dan keputusannya.

Biasanya investor saham mudah panik dan melakukan cut loss jika harga saham yang dibeli makin turun harganya. Investor seperti ini seharusnya memiliki keyakinan bahwa saham yang dia beli adalah saham yang bagus, dan bisa bilang, “aku ra popo” saat harga saham jatuh di bawah harga belinya.

Charles Brandes, pakar value investing, memberi saran, jika kita tidak mampu bilang “aku ra popo” saat kerugian investasi saham sudah di atas 20% , kita tidak cocok jadi investor saham. Artinya, untuk sukses, investor saham harus bisa tegar menghadapi “serangan” atau “kegilaan” mayoritas pelaku pasar. Bagaimana kalau tidak bisa? Yo, ra popo, masih ada investasi lain yang lebih sesuai dengan kepribadian kita.

 



TERBARU

×