kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / financialwisdom

Obligasi untuk pendidikan anak

oleh Eko P. Pratomo - Senior Advisor PT BNP ParibasInvestment Partners


Selasa, 24 Februari 2015 / 13:09 WIB
Obligasi untuk pendidikan anak

Reporter: Eko P. Pratomo | Editor: tri.adi

Anda ingin memberikan hadiah sebagai tanda cinta kepada anak? Mungkin obligasi bisa menjadi salah satu alternatif untuk membiayai sekolahnya kelak di perguruan tinggi. Mari kita bahas hitungan singkat, bagaimana obligasi bisa menjadi kado bagi kelangsungan pendidikan anak.

Salah satu kegunaan obligasi adalah untuk investasi memenuhi kebutuhan dana jangka menengah yang sudah ditetapkan waktunya. Seperti berinvestasi deposito, kita bisa tentukan obligasi sebagai investasi berjangka, namun dengan jangka waktu lebih panjang.

Contoh, jika kita perlu mempersiapkan dana pendidikan anak tiga tahun mendatang, dan diperlukan dana Rp 100 juta untuk nilai saat ini. Nah, tiga tahun yang akan datang, dengan memperhitungkan kenaikan biaya pendidikan (salah satunya karena inflasi) sebesar 8% per tahun, maka dana yang harus tersedia adalah Rp 126 juta. Bagaimana memanfaatkan obligasi untuk memenuhi kebutuhan di atas?

Jika anda telah memiliki dana Rp 100 juta dan hanya disimpan di tabungan atau deposito dengan bunga semisal 6% per tahun dipotong pajak 20% menjadi 4,8%, maka dana 100 juta akan menjadi Rp 115,1 juta di akhir tahun ketiga. Obligasi bisa menjadi alternatif. Misal, Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang akan diterbitkan dengan kupon 8% per tahun, maka dengan pajak sebesar 15% imbal hasil bersih setelah pajak adalah 6,8%.

Jika nilai investasi awal sebesar Rp. 100 juta, dengan asumsi kupon diinvestasikan kembali dengan tingkat suku bunga deposito, setelah tiga tahun berinvestasi ORI, nilai investasi akan menjadi Rp 121,4 juta. Anda tinggal menambahkan Rp 4,6 juta untuk memenuhi Rp 126 juta yang dibutuhkan.

Adanya tujuan yang jelas dan perencanaan akan memudahkan pemilihan instrumen investasi yang bisa memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Coba periksa berapa dana investasi yang Anda miliki saat ini? Apakah sebagian besar berada di instrumen jangka pendek? Untuk tujuan apa dana yang ada saat ini akan digunakan dan kapan akan dibutuhkannya?

Tidak pahamnya masyarakat akan instrumen investasi selain deposito dan minimnya kesadaran melakukan perencanaan investasi bagi kebutuhan masa depan, membuat banyak dana masyarakat terkonsentrasi ke instrumen investasi jangka pendek. Padahal dana itu tidak dibutuhkan dalam jangka pendek dan bisa dialokasikan untuk kebutuhan jangka panjang lewat perencanaan investasi.



TERBARU

×