kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / refleksi

Pelumas pembelajaran

oleh Ekuslie Goestiandi - Pemerhati Manajemen dan Kepemimpinan


Kamis, 02 April 2015 / 13:29 WIB
Pelumas pembelajaran

Reporter: Ekuslie Goestiandi | Editor: tri.adi

Pelumas pasti tidak asing lagi bagi para pemilik kendaraan bermotor, baik itu pemilik mobil ataupun sepeda motor. Sudah ganti oli, belum? Meski tidak terlihat dari luar, oli atau yang disebut juga dengan minyak pelumas memiliki peranan superpenting terhadap kinerja kendaraan.

Mesin kendaraan hanya dapat berputar mantap, berjalan stabil, dan berpacu kencang, jika difasilitasi atau bahkan diakselerasi oleh minyak pelumas di dalamnya. Sebegitu pentingnya fungsi pelumas, tak heran penggantian oli menjadi salah satu prosedur standar yang harus dijaga dan diikuti secara teratur bagi setiap pemilik kendaraan.

Bukan hanya kendaraan, seorang manusia pun membutuhkan pelumas yang memampukannya, bukan hanya untuk bertahan hidup, namun lebih jauh untuk mengembangkan dirinya secara optimal di tengah-tengah peradaban kehidupan. Bapak teori evolusi, Charles Darwin, secara tegas bertutur: It is not the strongest or the most intelligent who will survive but those who can best manage change. Itu artinya, hanya mereka yang bisa beradaptasi, belajar menyesuaikan diri, dan menyiasati perubahan lah yang akan tetap eksis di muka bumi ini.

Tak heran, sedari awal, filsuf nan bijak bernama Lucius Senecca (4 SM65 M) tak bosan-bosannya mengingatkan bahwa As long as you live, keep learning how to live.Pada akhirnya, ikhtiar pembelajaranlah yang akan menjadi pelumas penting untuk keberadaan eksistensi dan pertumbuh-kembangan makhluk hidup. Rahasia eksis ratusan tahun


Bagaimana dengan organisasi?

Pada dasarnya sama saja. Wacana tentang organisasi pembelajaran (learning organization) pada hakikatnya muncul sebagai jawaban terhadap pertanyaan tentang keberlangsungan(sustainability) dari eksistensi organisasi.

Dalam buku klasiknya yang bertajuk The Fifth Disciple: The Art and Practice of The Learning Organization (1990), guru manajemen Peter Senge telah menyimpulkan bahwa di abad modern, hanya organisasi pembelajaran yang akan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan tetap eksis berkiprah di jagat raya. Bahkan, lebih jauh dikatakan pula, secara jangka panjang satu-satunya keunggulan kompetitif yang akan bertahan langgeng adalah kemampuan organisasi untuk belajar lebih cepat dari gerak kompetisi itu sendiri.

Apa yang ditulis oleh Peter Senge sesungguhnya sudah mendapat pembuktian di dalam kajian yang dilakukan oleh mantan eksekutif raksasa minyak Shell Company, Arie de Geus, dalam bukunya berjudul The Living Company (1997). Perusahaan-perusahaan di dunia yang telah berusia ratusan tahun, namun tetap eksis dan bahkan bertumbuh hingga saat ini, seperti Shell, DuPont, Sumitomo, dan lain-lain, memiliki beberapa kesamaan karakter di dalam praksis pengelolaan organisasinya.

Di antara beberapa kesamaan tersebut, yang pertama dan terutama adalah kemampuan mereka menyesuaikan diri dan bergerak tepat waktu mengikuti perkembangan kondisi terkini. Kondisi terkini tersebut bisa muncul karena adanya perang fisik, depresi ekonomi, pergeseran teknologi, bahkan juga perubahan iklim politik. Lagi-lagi, kemampuan untuk menyesuaikan diri ini adalah sekadar kata lain dari kemampuan pembelajaran.


Bagaimana dengan organisasi di Indonesia?

William Soeryadjaja, pendiri Astra International, dalam hal ini adalah pelopor organisasi pembelajaran yang visioner. Ketika banyak pengusaha besar masih gemar berkutat pada urusan angka dan laba, beliau sudah memikirkan agenda pembelajaran demi kelangsungan organisasi secara jangka panjang.

Beliau tak segan mengulurkan investasi yang besar untuk kegiatan pembelajaran dan pengembangan (learning and development) karyawan di perusahaan yang dilahirkannya tersebut, mulai dari membangun gedung diklat hingga mengirim peserta mengikuti pelatihan, bahkan sampai ke luar negeri.

Hasilnya pun sudah terbukti. Visi William Soeryadjaja menjadi kenyataan pada saat ini, dengan hadirnya organisasi Astra yang terus bertumbuh di atas landasan budaya pembelajaran dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) yang kuat. Sebuah pepatah China menyebutkan: Jika Anda ingin makmur selama setahun, tamlah gandum. Jika ingin makmur selama 10 tahun, tanamlah pohon. Namun jika Anda ingin makmur selama seabad, kembangkanlah sumber daya manusianya.

Urusan pengembangan SDM memang bukan perkara jangka pendek, yang hasilnya akan segera kita tuai dalam hitungan menit, jam, ataupun hari. Tak ada ceritanya bahwa produktivitas karyawan mendadak melonjak, sehari setelah yang bersangkutan mengikuti pelatihan dan pembelajaran. Sebab, peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan yang sejati adalah hasil akumulasi proses pembelajaran dan pengembangan yang terjadi secara terus-menerus dari waktu ke waktu.



TERBARU

×