kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / wakeupcall

Biarkan keuntungan mengalir

oleh Budi Frensidy - Staf pengajar FEUI dan pengamat pasar modal


Rabu, 20 Mei 2015 / 12:48 WIB
Biarkan keuntungan mengalir

Reporter: Budi Frensidy | Editor: tri.adi

Jika Anda investor saham langsung, saya dapat memastikan portofolio Anda saat ini berisi lebih banyak saham rugi (losers) daripada saham untung (winners). Menurut Shefrin dan Statman (1985), inilah kesalahan utama investor individu di bursa saham, yaitu sell the winners too soon and hold the losers too long.

Anda masih tidak mau mengakui mengalami bias ini? Silakan periksa portofolio Anda. Jika saham rugi dalam portofolio Anda lebih banyak daripada saham untung, tentu Anda tidak dapat mengelak lagi. Alternatif lain untuk menguji adalah, membuka catatan penjualan saham yang Anda lakukan setahun terakhir. Jika saham yang sudah Anda lepas tersebut lebih banyak saham untung daripada yang rugi, Anda positif mengalami efek disposisi.

Dengan kata lain, mereka yang mengalami bias ini akan lebih banyak merealisasikan keuntungan daripada kerugian dan menyimpan kerugian daripada merealisasikannya. Saya dulu mengalaminya. Baru sekitar 5 tahun-6 tahun terakhir saya dapat mengatasi efek ini.

Terakhir, masih ada cara lain untuk memastikan Anda terpengaruh efek ini. Selama tahun ini, silahkan bandingkan keuntungan hasil penjualan saham Anda (realized gain) dengan keuntungan yang ada dalam portofolio Anda (unrealized gain). Jika realized gain lebih besar daripada unrealized gain, Anda terkena efek ini.

Ketika Camerer dan Weber (1998) melakukan penelitian ini, mereka mendapatkan ketiga pendekatan di atas memberikan hasil yang sama, yaitu mendukung teori efek disposisi. Mengapa ini dapat terjadi? Manajemen investasi atau teori keuangan klasik tidak mampu menjelaskan fenomena ini dengan baik. Anda perlu mempelajari behavioral finance untuk memahami fenomena ini.

Berbeda dengan teori keuangan modern yang mengatakan manusia adalah risk averse, behavioral finance menyatakan manusia sebenarnya loss averse, bukan risk averse. Buktinya, saat harga saham turun di bawah harga beli, investor individu cenderung menahan dengan harapan harga kembali naik dan kerugian berubah menjadi keuntungan.

Berbagai studi menunjukkan, manusia merasakan kerugian 2,5 kali lebih dalam dan lebih lama daripada efek keuntungan dengan jumlah uang sama. Siapapun sepakat, kerugian membawa kesedihan dan kekecewaan, sementara keuntungan mendatangkan kepuasan dan kesenangan. Namun, derajat kesedihan dan kesenangan untuk nilai uang yang sama adalah berbeda. Dampak kerugian Rp 1 juta relatif lebih besar daripada efek keuntungan Rp 1 juta.

Dalam investasi saham, kerugian berarti salah memilih atau membeli saham. Merealisasikan kerugian berarti mengakui kesalahan ini. Jika pengambilan keputusan yang salah ini diketahui orang lain, dampak pengakuan salah menjadi lebih besar lagi karena rasa malu.

Orang lain sangat mungkin menilai investor tadi kurang kompeten atau tidak mampu menguasai keadaan. Pandangan seperti ini cukup menyakitkan dan menurunkan harga diri. Ini sesuai dengan ajaran ilmu psikologi yang mengatakan, manusia, kecuali sedang depresi, cenderung menilai dirinya sendiri positif, kompeten, dan mampu mengendalikan lingkungan sekitar.

Alasan lain investor tidak bersedia merealisasikan kerugian adalah karena keinginan meminimumkan future regret, sesuai asumsi behavioral finance. Memutuskan menjual saham rugi, membuka kemungkinan timbulnya penyesalan lebih besar di kemudian hari jika harga saham kembali naik.

Merealisasikan kerugian juga menutup kemungkinan keputusan awal, yaitu pembelian saham, sebenarnya tepat. Bahwa investor tersebut sesungguhnya kompeten dan menguasai pasar.

Jika kemudian harga saham naik, investor itu tidak saja menderita kerugian tapi juga penyesalan yang luar biasa besar, karena melakukan dua kesalahan berturut-turut. Pertama, membeli saham losers dan kedua, melepaskan pada saat tidak tepat. Efek keputusan kedua membawa konsekuensi emosionallebih dalam, jauh di atas efek keputusan pertama. Untuk meminimumkan penyesalan ini, banyak investor mengambil posisi bertahan dengan saham pecundang.

Sebaliknya terjadi untuk saham-saham untung milik investor individu. Ada efek kebanggaan dan kemenangan dalam diri investor karena mengambil keputusan tepat dalam memilih dan membeli saham. Karenany, tanpa menunggu lama, investor individu umumnya segera merealisasikan keuntungan.

Implikasi kedua bias ini adalah, investor individu biasanya mengalami banyak keuntungan kecil (many small gains) dan tidak ada keuntungan besar di satu sisi, dan banyak saham rugi kecil dan besar di sisi lain. Dengan kata lain, investor cenderung membiarkan kerugian terus membengkak, sementara keuntungan dibatasi alias tidak dibiarkan menggunung.

Untuk mengatasi kejadian tak menyenangkan ini, saya menganjurkan Anda mengikuti nasihat Goldberg dan Nitzsch dalam bukunya Behavioral Finance (1995), yaitu tentukan target stop loss setiap saham. Dalam keadaan normal, pastikan target profit sekitar tiga kali dari maksimum kerugian yang masih dapat Anda terima. Jika Anda hanya bersedia menanggung kerugian maksimal 10%, target profit sebaiknya 30%. Let the profits, not the losses, run.



TERBARU

×