kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Belajar inovasi dari Picasso

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur, pengajar bisnis berbasis di California, aktif di blog JennieXue.com


Senin, 28 September 2015 / 15:34 WIB
Belajar inovasi dari Picasso

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: tri.adi

Siapa tidak mengenal Pablo Picasso? Picasso adalah seorang pelukis beraliran kubisme paling terkenal di dunia.

Ia dikenal dengan metode dekonstruksinya yang berhasil meminimalisasi jumlah goresan rumit lukisan seekor banteng, ke dalam beberapa garis tipis saja. Prinsip ini sejalan dengan prinsip yang dilakukan oleh pendiri Apple, Steve Jobs: Simplicity is the ultimate sophistication. Bentuk kecanggihan tertinggi adalah kesederhanaan.

Faktor ini bisa diperhatikan dalam setiap fitur produk Apple, mulai dari MacBook, Apple TV, iPod, iPhone, iPad, hingga iWatch. Garis-garis lurus, detail, dan presisi merupakan daya tarik utama produk ini. Seakan setiap unit produk Apple dipahat langsung dari bahan baku aluminium, kaca, maupun plastik.

Bagaikan Michelangelo dengan patung pria sempurna David. Dan bagaikan Pablo Picasso dengan garis-garis sederhana namun luar biasa presisinya.

Ia juga dikenal dengan kemampuannya dalam mengkombinasikan bentuk-bentuk baru dengan berbagai disiplin seni, seperti seni pahat, sastra, dan playwriting. Kemampuannya ini serupa dengan prinsip Steve Jobs smart and crazy sebagai pembentuk tren.

Dalam pelatihan-pelatihan desain di Apple, Inc headquarter di Jalan One Infinity Loop di kota Cupertino, manajemen Apple sering menjadikan Picasso sebagai studi kasus. Mungkin Anda bertanya: Apa persamaan produk-produk Apple yang clean dan streamlined dengan lukisan-lukisan sang maestro yang abstrak dan nyeleneh?

Jawaban: Proses dan prinsip inovasi Picasso yang unik namun efektif. Demikian menurut Shane Snow, penulis buku best-seller Smartcuts: How Hackers, Innovators, and Icons Accelerate Success.

Ada beberapa catatan mengenai inovasi ini yang perlu kita perhatikan. Pertama, meminimalisasi secara radikal. Ingat Periode Biru-nya Picasso? Puisi haiku yang super pendek namun mengena dan mencerahkan? Juga Twitter yang hanya memperbolehkan 140 karakter per twit.

Inilah bentuk-bentuk minimalisasi secara radikal untuk meningkatkan kreativitas. Bahwa hanya dalam situasi berkelimpahan, maka kreativitas dan inovasi dapat berkembang merupakan mitos belaka.

Faktanya, para jenius di bidangnya meroket ketika pada saat mereka mengalami masa kepepet alias serba berkekurangan. Dengan sumber daya minimal dan keadaan terpaksa, maka kognisi dan afeksi membentuk fokus yang tajam untuk mengatasinya. Picasso kenal betul soal ini sehingga ia melakukan simulasi kepepet sintetis. And it worked.

Kedua, mereduksi secara masif. Produk-produk Apple dikenal simpel. Misalnya, mouse komputer Apple tanpa kabel dan hanya berbentuk oval berwarna putih tanpa tombol kanan dan kiri.

Seakan-akan hanya satu bongkah benda berwarna putih bak awan sempurna. Bandingkan dengan mouse komputer Windows yang lebih rumit dengan bola di bagian bawah dan dua tombol kanan-kiri serta bersinar ketika diketuk.

Reduksi desain dan pola secara masif tanpa mereduksi fungsi merupakan bentuk kreativitas tinggi. Dengan kata lain, ini merupakan bentuk interupsi desain inovatif yang membutuhkan kemampuan sintesis beberapa elemen sekaligus. Picasso berujar, Every act of creation is first an act of destruction. Setiap kreasi diawali dengan destruksi.

Ketiga, mengulang proses dan produksi dengan jutaan varian hingga bentuk sempurna tercapai. Picasso bukanlah seorang pelukis dengan talenta luar biasa. Ia belum berhasil dalam karier ini secara finansial, namun ia terus konsisten dengan memproduksi lagi dan lagi. Tidak jemu, tidak kenal lelah. Komit.

Para pelukis lain mungkin hanya akan menyelesaikan beberapa lukisan untuk dipermak di sana sini, namun Picasso mengulang lagi dari nol dan memproduksi ratusan bahkan ribuan varian dari konsep yang sama.

Demikian pula dengan kultur kerja Apple. Kreativitas yang bersumber dari usaha terus-menerus berulang-ulang merupakan fondasi inovasi yang amat penting.

Keempat, memotivasi kompetisi dengan lawan setara. Picasso mempunyai sahabat sebagai sparring partner dalam berkompetisi bernama Henri Matisse. Mereka saling mempelajari karya masing-masing dan mengambil kelebihan dari pihak lain untuk diterapkan dalam karya mereka. Sahabat berkompetisi ini merupakan guru tidak ternilai yang mengajarkan inovasi tanpa menggurui.

Kelima, eksperimentasi kontrarian. Pablo Picasso bereksperimen dengan berbagai aliran lukisan, termasuk aliran abstrak surealis yang bernuansa mimpi dan negeri dongeng. Ia juga dengan besar hati mau mempelajari aliran-aliran baru dan menerapkannya dalam kebiasaan asal. Walhasil dengan strategi ini Picaso bisa melakukan berbagai inovasi baru yang menggetarkan dunia.

Selamat berinovasi ala Picasso.



TERBARU

×