kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Adiksi kopi dunia

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis internasional serial entrepreneur, pengajar bisnis berbasis di California, aktif di blog JennieXue.com


Senin, 19 Oktober 2015 / 13:31 WIB
Adiksi kopi dunia

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: tri.adi

Dunia teradiksi kopi. Pernyataan ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Kopi merupakan bisnis lukratif yang tahan banting dan semakin tinggi pamornya. Terlepas dari berbagai halangan panen akibat cuaca buruk di Brasil, Indonesia, dan negara-negara penghasil kopi lainnya di tahun ini, konsumsi kopi di dunia masih tetap tinggi.

Saat ini, kita sejatinya telah memasuki gelombang ketiga penikmat kopi elite dunia. Gelombang pertama, dipelopori oleh Folgers Coffee. Kedua, dipimpin oleh Starbucks, dan ketiga adalah para artisan kopi.

Apa saja kesempatan-kesempatan yang bisa diraih bagi para pebisnis kopi di gelombang ketiga ini?

Industri kopi dunia bernilai US$ 100 miliar per tahun di seluruh dunia. Di AS saja, nilai industri ini US$ 30 miliar per tahun. Dan ekspor kopi dunia senilai US$ 20 miliar. Setiap tahun, 500 miliar cangkir kopi diseduh. Para petani kopi dan keluarga mereka berjumlah 25 juta orang di seluruh dunia.

Nah, uniknya, hanya ada dua jenis kopi di dunia: Arabica dan Robusta. Arabica lebih umum dengan markeshare 70%. Sedangkan robusta lebih langka dengan 30%. Sementara bisnis kedai kopi termasuk jenis restoran yang paling cepat pertumbuhannya yakni 7% per tahun.

Karakteristik adiktif kopi memberikan kesempatan berbisnis luar biasa. Saat ini negara seperti Finlandia dikenal sebagai peminum kopi per kapita terbesar di dunia.

Bahkan di atas negara produsen kopi seperti Brasil hanya menempati peringkat ke-13 peminum. Adapun negara seperti Amerika Serikat hanya menduduki ranking ke25 sebagai peminum per kapita terbesar. Namun mereka merupakan negara peminum terbesar di dunia secara kolektif.

Folgers in your cup, demikian lantunan jingle Folgers Coffee di televisi yang membangunkan para pemirsa di pagi hari. Folgers didirikan di kota Jembatan Merah Golden Gate San Francisco pada tahun 1850. Perusahaan ini telah diakuisisi oleh P&G pada tahun 1963 dan kini menjadi subsidiarinya The Folgers Coffee Company.

Folgers dikenal sebagai pionir berbagai citarasa kopi premium. Termasuk mocha, caramel, vanilla, dan hazelnut.

Selanjutnya gelombang kedua kopi elite dunia ditandai dengan Starbucks yang didirikan di Pike Place Market, Seattle, Washington di tahun 1971. Kini mereka menjual 400 juta cangkir kopi per hari di AS, dan mempunyai 20.000 gerai yang berlokasi di 65 negara. Kombinasi minuman yang ditawarkan barista mencapai 87.000 macam. Dan mereka menggunakan 2,3 miliar cangkir kertas per tahun.

Keurig dengan k-cup buatan Mountain Green Coffee merupakan gelombang kedua kopi elite dunia bagi para pecinta coffee maker. Sekitar 7 miliar k-cup terjual per tahun. Sentuhan teknologi kopi instan dengan coffee maker yang sudah serba otomatis tersebut memberikan sensasi istimewa bagi peminum kopi di rumah.

Gelombang ketiga kopi elite dunia ditandai dengan gourmet coffee alias kopi eksklusif yang dijual seharga US$ 6 sampai US$ 7 membawa kultur lifestyle Starbuck ke tingkat lebih tinggi. Gourmet coffee menggunakan biji kopi terbaik di dunia, diukur dan diproses secara saintifik, dan dituangkan ke cangkir yang telah dipanaskan.

Stumptown Coffee Roasters, Blue Bottle Coffee, dan Intelligentsia yang ramai dipadati konsumen di New York City, San Francisco, Los Angeles, Chicago, dan Portland selama ini dikenal dengan eksklusivitasnya dan kepakarannya. Folgers dan Starbucks telah membuka kesempatan bagi kedai kopi gelombang ketiga ini.

Tidak hanya di gerai-gerai kopi yang menyajikan secara hangat dari para barista, Gourmet cofee botolan seperti Gradys Cold Brew bergaya New Orleans dan diproduksi di Brooklyn, New York dan Stumptown Coffee bisa dibeli di supermarket eksklusif organik Whole Foods Market dan West Elm. Kuncinya adalah eksklusivitas dan penghargaan atas kualitas dan packaging kopi.

Sebagaimana pada bisnis fast foods semakin eksklusif dengan hamburger sekelas desainer serta gaya hidup foodie yang dipopulerkan dengan Instagram dan Facebook, gourmet coffee merupakan konsekuensi alami di dibisnis kopi. Dan fitur kopi yang adiktif merupakan daya tarik tersendiri karena menjamin repeat customers.

Kesempatan bisnis bagi para pecinta kopi dan foodie semakin terbuka. Di Indonesia, Ismaya Group dan Boga Group telah membidik pasar foodie eksklusif dengan jenial dan sukses.

 



TERBARU

×