kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / ibl

Megatren industri otomotif

oleh Djoko Wintoro, Ph.D - Ketua Prasetiya Mulya Business School


Senin, 02 Juli 2012 / 00:00 WIB
Megatren industri otomotif

Reporter: Djoko Wintoro, Ph.D | Editor: djumyati

Pemicu proses transformasi industri sekarang ke bentuk baru industri masa depan adalah megatren. Oleh karenanya, megatren sering juga dikatakan sebagai agregasi atau sintesis berbagai tren perubahan industri. Menjadi penting karena megatren berdampak luas dan memiliki daya ubah sangat kuat sehingga tidak dapat diabaikan oleh para pelaku bisnis.

Contohnya, industri otomotif dunia menghadapi mega-tren seperti ancaman kelangkaan minyak bumi, meningkatnya harga minyak bumi mencapai US$ 200 per barel, tuntutan regulasi pengurangan besar-besaran emisi CO2 dari kendaraan di Eropa dan Amerika Serikat, serta perubahan preferensi pelanggan mobil dari simbol kemewahan ke kepedulian terhadap penyelamatan bumi.

Megatren pengurangan emisi CO2 memacu pelaku bisnis di industri otomotif untuk melakukan transformasi industri coklat otomotif ke industri otomotif bersih (clean automotive industry), yakni suatu industri yang mampu mengurangi atau meniadakan emisi CO2 dan ketergantungan terhadap minyak bumi.

Ada beberapa cara industri otomotif berkontribusi signifikan dalam pengurangan emisi CO2 (NRI, 2010), yaitu, pertama, pengurangan perjalanan dengan menggunakan mobil – misalnya melakukan konferensi jarak jauh. Kedua, pengalihan penggunaan mobil pribadi ke transportasi umum atau kendaraan lain tanpa emisi CO. Ketiga, pengurangan emisi CO2 dari mobil-mobil lama terpakai melalui pengalihan bahan bakar ke biofuel. Misalnya, di Brasil sudah banyak mobil dengan bahan-bahan etanol. Keempat, mengurangi emisi CO2 dari mobil baru seperti pengurangan berat mobil. Kelima, mengurangi atau meniadakan CO2 dengan meluncurkan mobil listrik.

Pelaku bisnis otomotif memilih mobil listrik (electric car) sebagai jawaban terbaik atas tuntutan industri otomotif bersih. Diprediksikan, mobil listrik akan menjadi industri otomotif masa depan. Industri otomotif telah meluncurkan beberapa tipe mobil listrik, yaitu hybrid electric vehicle, plug-in hybrid electric vehicle, dan pure electric vehicle. Misalnya, Renault menyertakan mobil listriknya dalam pameran mobil di Frankfurt pada tahun 2009 silam.

Lahirnya era mobil listrik

Bain & Company (2010) menyampaikan beberapa alasan akan lahirnya era mobil listrik di tahun 2020. Pangsa pasarnya juga akan bertumbuh. Peluncuran awal mobil listrik akan segera disambut oleh pelanggan yang telah memiliki mobil mewah konvensional. Mereka akan menjadikan mobil listrik sebagai mobil kedua atau ketiga, dan akan dipakai untuk perjalanan jarak pendek. Mereka termasuk segmen pasar atas yang bersedia memberi contoh perilaku peduli lingkungan dan berkampanye penggunaan mobil listrik untuk menyelamatkan lingkungan dunia. Oleh karenanya, harga awal yang tinggi untuk mobil listrik bukan merupakan penghalang untuk membanggakan dirinya sebagai pemelihara lingkungan hijau.

Mobil listrik bukan sekadar varian mobil konvensional, tapi mobil dengan kandungan teknologi hijau yang mampu memberi kesan fun driving dan 100% bebas emisi CO2. Pengendara mobil listrik juga mengalami perubahan paradigma dari penggunaan bensin sebagai sumber energi ke tenaga listrik sebagai sumber energi, dari perubahan pengendaraan mobil konvensional ke pengendaraan mobil listrik. Dukungan pemerintah dari beberapa negara terhadap peluncuran mobil listrik sangat kuat dan positif untuk melahirkan era baru mobil listrik sebagai contoh industri otomotif bersih.

Meski begitu, beberapa tantangan yang menghadang mobil listrik untuk cepat diadopsi menjadi platform baru industri otomotif perlu tanggapan strategis dari para eksekutif puncak di industri otomotif sekarang ini (Capgemini, 2010).

Soal keandalan dan kinerja baterai sebagai sumber utama tenaga listrik penggerak mobil, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemasok baterai. Misalnya, jarak tempuh mobil yang masih pendek dari kapasitas baterai yang tersedia dan waktu yang diperlukan untuk pengisian kembali baterai, siklus pendek dari baterai, dan harga baterai mobil yang masih mahal.

Selain itu, perlu dipertimbangkan juga kesepadanan antara nilai ekologi dari mobil listrik yang mampu mengurangi atau meniadakan 100% emisi CO2 dengan penambahan pasokan tenaga listrik yang bersumber dari pembakaran minyak fosil, entah itu batubara dan diesel yang menghasilkan juga emisi CO2. Nilai ekologi menjadi rendah apabila pengurangan CO2 dari mobil listrik lebih rendah dibanding dengan penambahan emisi CO2 dari pembakaran minyak fosil di pusat tenaga listrik.

Tentunya, alternatif model bisnis baru diperlukan untuk mendukung kesuksesan mobil listrik. Pertama, model bisnis terintegrasi, yaitu model bisnis pabrikan mobil listrik menambahkan profit formula bisnis dengan layanan baterai mobil listrik kepada pelanggan dalam hal penjaminan baterai, pengisian kembali baterai, pemeliharaan dan reparasi baterai, penggantian baterai, dan pembuangan baterai bekas sebagai limbah padat.

Kedua, model bisnis penyewaan, yaitu pabrikan mobil melakukan penjualan mobil listrik dan menambahkan layanan penyewaan baterai listrik. Keuntungan dari pemilik mobil yaitu tidak terbebani dengan tambahan harga baterai, pemeliharaan, pengisian, dan reparasi baterai. Ketiga, pabrikan mobil listrik terbatas pada penjualan mobil listrik dan perusahaan lain menyediakan layanan baterai mobil. Perusahaan layanan baterai ini dapat menawarkan kepada pemilik mobil agar mereka hanya membayar untuk pemakaian baterai mobil, misalnya biaya baterai per kilometer.

Mobil listrik sebagai solusi megatren berupa tuntutan pengurangan emisi CO2 masih menyisakan beberapa tantangan strategis. Walaupun demikian, harapan besar masih bertumpu pada mobil listrik sebagai proksi baru industri otomotif bersih.



TERBARU

×