kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Seni promosi Donald Trump

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis Internasional dan Pengajar Bisnis, tinggal di California, AS


Senin, 23 November 2015 / 15:55 WIB
Seni promosi Donald Trump

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: tri.adi

Anda tentu mengenal Donald Trump, peserta konvensi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Sosok ini juga terkenal di Indonesia lantaran kampanyenya dihadiri oleh tokoh politik dan bisnis dari Indonesia.

Donald Trump sinonim dengan properti papan atas, hotel-hotel berbintang lima, padang golf kelas dunia, resor ala dunia dongeng, dan reality TV show. Ia juga dikenal dengan merek fashion-nya yang baru dan pernah memenangkan Piala Emmy. Trump is larger than life. Mungkin ia adalah miliarder paling terkenal di dunia.

Donald Trump identik dengan bisnis spektakuler dan showmanship. Ia adalah seorang miliarder dalam arti sebenarnya. Dengan akumen bisnis, kemampuan negosiasi hebat, dan ahli mempromosikan diri, nama besarnya semakin meroket di kancah internasional. Kini, Trump adalah ikon internasional.

Kecintaannya akan investasi properti diwariskan dari ayah Fred Trump. Fred bekerja sebagai pendiri dan pemilik beberapa gedung apartemen kelas menengah di Queens dan Brooklyn. Trump kecil memulai karier bisnisnya sebagai pegawai ayahnya di gedung apartemen. Walaupun orang tuanya kaya-raya dan memiliki rumah dengan 23 kamar.

Apa saja yang Donald kecil kerjakan adalah termasuk menyapu, membersihkan gedung, dan membetulkan berbagai kerusakan ringan dengan tangan sendiri. Ayahnya mengajarkan untuk hidup hemat, efisien dalam kerja dan mengelola properti. Lampu yang tidak dipakai, pasti ia matikan untuk menghemat listrik.

Donald kecil dikenal cerdas, asertif, dan nakal, sehingga di usia 13 tahun ia dikirim untuk belajar di New York Military Academy yang berdisiplin ala militer. Disiplin ala militer menjadi kapital diri yang tidak ternilai di masa depan. Pendidikan tingginya dicapai di Wharton School of Business University of Pennsylvania. Selulusnya, ia kembali bekerja di dunia realestat.

Sejak 1970-an, Donald J. Trump muda telah membangun Manhattan dengan mengakuisisi properti–properti kadaluwarsa. Ia melakukan proses gentrifikasi dengan mempromosikan lingkungan baru bagi properti modernnya. Commodore Hotel tua terletak di depan Grand Central Station diakuisisi dan dia renovasi sebelum menjelma menjadi Grand Hyatt Hotel yang berwarna mengkilat keemasan.

Periode 1970-an adalah tahun-tahun sulit bagi pemerintahan New York City yang berhutang US$ 6 miliar dan menjelang bangkrut. Bagi Trump, ini adalah kesempatan emas untuk mengakuisisi properti-properti yang menjelang atau telah bangkrut. Strateginya? Networking with power brokers. Berhubungan baik dengan pengambil keputusan kota, para bankir, dan para shakers.

Kemudian ia mendirikan Trump Tower di tahun 1980. Ini sekaligus menerjemahkan "siapa itu Donald Trump" yang merupakan kombinasi dari perkantoran, pertokoan, dan kondominium prestisius dengan pemandangan menakjubkan Manhattan. Trump Tower membeli "hak udara" atau "air rights" dari Tiffany & Co Building, sehingga pembangunan 58 lantai berhasil tanpa hambatan hukum.

Lalu, di tahun 1980an, ia terlibat dengan pendirian kasino di Atlantic City. Dengan profit US$ 30 juta per bulan kala itu, kapital mengucur untuk pendirian Trump Park, Trump Plaza, dan St. Moritz Hotel.

Di tahun 1987, otobiografinya The Art of the Deal berada di puncak New York Times' Best-Sellers List. Sejak itu, ia sadar betul bahwa nilai merek "Donald Trump" lebih besar daripada nilai bisnis-bisnisnya. Ini adalah realisasi luar biasa yang menjadi kapital tidak ternilai yang bisa dikapitalisasikan masif. Super star telah lahir!

Dengan sukses barunya, bank-bank mengucurkan banyak kapital untuk akuisisi maskapai penerbangan Trump Shuttle, properti resort di Florida, yacht seharga US$ 30 juta, klub bola, dan sebagainya. Di tahun 1988, ia mengakuisisi The Plaza senilai US$ 390 juta. Dia juga mulai membangun Trump Taj Mahal Casino senilai US$ 1 miliar di Atlantic City.

Pada era 1990-an, Donald Trump berutang US$ 8 miliar ke bank dan US$ 975 juta ke individu karena resesi. Gelembung properti NYC kolaps seketika dan kredit bank sangat dibatasi. Net worth Trump menukik deras.

Hebatnya, ia berhasil mendapatkan US$ 65 juta bridge loan untuk bertahan dengan menggunakan "nama hebatnya" alias "merek Trump" sebagai "agunan."

Dengan kehebatannya mempromosikan diri dan merek Trump, kembali ia berhasil merestrukturisasi utang sehingga ia berhasil terbebas dari jeratan utang-utangnya. Kata-kata bijaksana dari Donald Trump, "Dalam kesulitan, kita belajar tentang kemampuan-kemampuan terbaik dari diri kita."

Akhir kata, kapitalisasi merek atau "brand capital" merupakan aset paling berharga yang bisa menjadi penyelamat tunggal ketika kapital-kapital lainnya telah gagal bertahan.



TERBARU

×