kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / siasatbisnis

Menjadi master strategist

oleh Jennie M. Xue - Kolumnis Internasional dan Pengajar Bisnis, tinggal di California, AS


Senin, 30 November 2015 / 15:29 WIB
Menjadi master strategist

Reporter: Jennie M. Xue | Editor: tri.adi

Kita tentu mengenal nama nama besar di bidang teknologi informasi, yang telah mempengaruhi dan mengubah arah bisnis global. Mereka memiliki pelbagai racikan strategi yang akhirnya bisa menjadi kunci sukses bisnisnya.

Bagaimana Bill Gates dengan Microsoft, lalu almarhum Steve Jobs dengan Apple, atau Andy Grove dengan Intel mampu menjadi para legenda strategi? Mereka tidak dilahirkan dengan kemampuan ekstra dalam hal ini, namun proses belajar dan jatuh bangun yang mengkristalkan kemampuan mendesain dan menjalankan strategi sebaik mungkin.

Profesor Administrasi Bisnis Internasional di Harvard Business School David B. Yoffie dan Profesor Manajemen di Massachusetts Institute of Technology's (MIT) Michael A. Cusumano telah melakukan riset mendalam tentang kepemimpinan tiga raksasa teknologi informasi (TI) tersebut. Dalam buku mereka "Strategy Rules: Five Timeless Lessons from Bill Gates, Andy Grove, and Steve Jobs," ada lima kerangka strategi merupakan inti dari sukses berkesinambungan.

Pertama, memiliki visi ke depan, namun tetap mempelajari pengalaman masa lalu. Filsuf dan teoritis politik Irlandia Edmund Burke pernah berkata, "Those who don’t know history are destined to repeat it." Mereka yang tidak mengenal sejarah akan mengulanginya. Seorang strategis yang baik mengenali apa saja yang telah dia pelajari dari kesalahan masa lalu dan menjembatani masa kini dengan masa depan.

Caranya adalah dengan menganalisa diri akan mengetahui sampai mana batas-batas dan prioritas, arah perilaku konsumen, dan mengantisipasi pergerakan industri. Gunakan pengaruh sedapat mungkin. Antara lain dengan menjadi anggota atau pengurus organisasi industri penentu arah.

Kedua, bertaruh untuk hal-hal besar, namun tanpa mempertaruhkan keseluruhan perusahaan. Para strategis legendaris mengenali kekuatan pengaruh mereka, namun upaya dilakukan dengan berbagai cara yang beretika walapun terkadang agak kontra-intuitif. Alias menjadi kontrarian yang terkesan "melawan arus."

Bill Gates dengan Microsoft startup pada tahun 1980an berani berkompetisi dengan raksasa IBM.

Sementara Grove dengan kebijakan policy Intelnya menjadi pemasok teknologi mikroprosesor dengan market share terbesar di dunia. Sedangkan Steve Jobs mengganti PowerPC chip dengan produksi Intel merupakan “pertaruhan” cukup besar di dalam persaingan bisnis di masa itu.

Diantara kita mungkin masih melihat, "Mengkanibalisasi" produk lama dengan produk baru yang sama-sama dibangun sendiri kedengarannya mengerikan. Namun, coba pikirkan baik-baik: bukankah lebih baik produk lama kita digantikan oleh produk baru sendiri?

Prinsip Jobs yang paling spektakuler dan dicatat penulis biografi Walter Isaacson, "If you don’t cannibalize yourself, someone else will." Contoh pelaku bisnis yang “tidak berani menjadi kanibal diri sendiri” adalah Kodak.

Ketiga, membangun platform dan ekosistem, bukan hanya produk. Platform adalah terminologi yang sering digunakan diberbagai kesempatan. Seorang politikus dan penulis buku perlu mempunyai platform terdiri dari pendukung dan pembaca.

Di dunia TI, ini berarti membangun suatu fondasi yang dipakai bersama-sama sebagai faktor pengikat. Bill Gates membangun Windows, Jobs membangun iOS dan Page membangun Android. Baik dengan lisensi maupun open source, tiga platform inilah yang kini digunakan oleh berbagai gadget kita.

Keempat, mengeksploitasi leverage dan kekuasaan, ala Judo dan Sumo. Kemampuan memilih dan memilah para strategis legendaris menentukan arah bisnis. Gunakan beberapa taktik martial arts ini: bergerak di bawah radar, pegang kompetitor, dan gunakan kekuatan diri untuk memenangkan kompetisi. Serang sisi-sisi para kompetitor yang terlihat lemah.

Kelima, membentuk perusahaan di sekeliling jangkar utama. Kenali kelebihan utama perusahaan, seperti Microsoft dengan teknologi software, Intel dengan mikrochipnya, dan Apple dengan kekuatan desainnya. Kenali kekurangan diri sehingga bisa diisi oleh partner lain.

Setiap CEO legendaris belajar dari kesalahan mereka. Grove, misalnya, menyadari pentingnya pendekatan bottom-up selain top-bottom. Gates pernah nyaris dikalahkan oleh Netscape, namun akhirnya berhasil mengatasi kompetitor ini dengan beradaptasi optimal. Jobs malah pernah dipecat dari Apple yang dia dirikan. Setelah ia kembali, ia sadari pentingnya menjalin kerja sama yang baik dengan para kompetitor, termasuk Microsoft.

Ketika suksesi terjadi, kejernihan strategi harus dijaga dengan baik. Contohnya Bill Gates and Grove telah mengundurkan diri dari posisi CEO, namun kehadiran mereka sebagai penasehat masih dibutuhkan karena kejernihan visi perusahaan perlu selalu diingatkan.



TERBARU

×