kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
KOLOM / bigdata

Hollywood dan big data

oleh Feris Thia - Founder of Lightora UMN Incubator


Senin, 18 Januari 2016 / 14:49 WIB
Hollywood dan big data

Reporter: Feris Thia | Editor: tri.adi

Anda sudah menonton film aksi terbaru dari Holloywood seperti Star Wars atau film Revenant? Apa adegan yang paling menarik dan diingat? Kenapa adegan Anda tersebut menarik? Sangat Menegangkan? Seru? Lucu?

Lightwave dan Fox Studio
Kelihatannya pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijawab dengan sepele. Tetapi setelah dijawab, pertanyaan berikutnya bagaimana kita dapat mengukur tingkat reaksi yang diterima dalam bentuk angka? Kemudian perjalanan ritme adegan demi adegan yang disukai dan diterima positif dari para penonton itu?

Baru-baru ini Lightwave–sebuah perusahaan software di bidang bioanalytics–dan Fox Studios mengadakan studi dengan mengukur reaksi 100 penonton di empat kota ketika menonton film Revenant. Penonton dikenakan suatu gelang yang akan mengukur detak jantung, suhu tubuh, pergerakan, dan reaksi saraf terhadap kulit. Kesemuanya diukur dalam periode 10 detik dan data dikirimkan melalui koneksi wifi. Hasilnya, terkumpul data ratusan juta baris data yang dapat menggambarkan dengan detil reaksi tubuh terhadap film ini.

Kenapa industri film perlu “kepo” untuk mengetahui hal-hal ini? Karena ini bisa menjadi formulasi ke depannya untuk membuat film-film yang sukses dan mengurangi tingkat risiko gagal di pasar. Saat ini, metode survei di tempat kurang detail dan bisa bias, sehingga mengurangi tingkat akurasi dari hasil analisis. Mengukur fisiologi tubuh dari reaksi penonton ini adalah hal terbaru dan menarik dari penerapan teknologi Internet of Things (IoT) dan big data di industri entertainment.


Netflix dan SDI
Anda tahu Netflix? Netflix adalah sebuah layanan tontonan film on demand yang juga memiliki banyak koleksi film Hollywood dan baru-baru ini menjadi pilihan baru bagi pemirsa Internet Indonesia untuk menikmati film-film legal dan berkualitas melalui internet. Salah satu fitur Netflix yang turut menyumbangkan kesuksesan adalah mampu merekomdendasikan tontonan sesuai dengan perilaku dari pengguna Netflix. Dari perilaku ini, data dikumpulkan dan dianalisis seperti jenis-jenis film yang dicari, kapan ditonton, dan kapan distop di tengah-tengah. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di bioskop.

Dari perilaku ini, tentunya data akan sangat berguna untuk melakukan segmentasi dari konten film dan juga pengguna Netflix kemudian akan menjadi masukan bagi industri film dalam memproduksi dan memasarkan hasil kreasinya. Untuk melakukan segmentasi konten dari film, tentunya kita perlu memetakan genre film menjadi banyak data karakteristik seperti potongan adegan di film, tahun pembuatan, aktor, produksi film, dan banyak lainnya. Semakin detail akan semakin akurat.

Sebuah perusahaan yang bernama Structured Data Intelligence telah membuat proses identifikasi ini menjadi otomatis dengan algoritma big data melalui suatu teknologi bernama Video Gnome Project. Teknologi ini akan mengolah, menemukan, dan mengerti komponen elemen data yang diperlukan dari film baik dari televisi maupun rekaman video online.

Dengan pemetaan detil secara otomatis, diharapkan dapat membantu banyak stakeholder dari industri perfilman memanfaatkan data ini untuk berbagai kepentingan bisnis. Selain kedua hal di atas, setiap bulan banyak sekali teknologi IoT dan Big Data yang semakin banyak bermunculan dan dapat menganalisa konten. Dan berita baiknya, banyak yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan oleh user secara online maupun diinslatasi sendiri dengan biaya yang sangat bersahabat.



TERBARU

×